Strict parents adalah orang tua yang biasanya menerapkan pola asuh ketat, banyak aturan, menentukan semua hal untuk si kecil dan tidak membiarkannya bereksplorasi. Hati-hati anak bisa jadi rendah diri!
Mungkin selama ini Mommies sering mendengar tentang Strict Parents. Namun, sudah tahukah tanda-tandanya? Jangan-jangan selama ini kita tidak sadar telah menjadi orang tua yang terlalu mengekang anak.
Pada dasarnya, gaya parenting yang “strict” melibatkan aturan dan pembatasan yang berlebihan pada pilihan, aktivitas, dan rutinitas sehari-hari anak. Orang tua yang strict juga biasanya memiliki harapan yang sangat tinggi pada Si Kecil. Diikuti dengan memberikan hukuman berat apabila anak tidak mencapai ekspektasi atau mengikuti aturan tersebut.
Berikut tanda-tanda strict parents yang harus Mommies perhatikan:
Meskipun penting untuk memiliki aturan, tapi pahami bahwa ada hal-hal tertentu yang menjadi pengecualian. Orang tua yang strict biasanya tidak menerima alasan anak ketika melakukan kesalahan. Padahal, dibanding mengambil sikap otoriter dalam segala hal, tunjukkan kepada Si kecil bahwa Mommies bersedia mendengarkan kisahnya dan memberikan evaluasi agar kesalahan tersebut tidak terulang.
Tanpa disadari strict parents biasanya membuat aturan yang banyak untuk anaknya karena mereka ingin Si Kecil selalu disiplin. Namun, hal itu dapat membahayakan fisik dan mental anak. Sebaiknya, buat aturan yang simpel dan fokus pada hal-hal penting saja.
Anak-anak dengan orang tua strict biasanya hidup dari aktivitas satu ke yang lainnya dan hanya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat. Penting bagi anak untuk punya waktu luang dan tidak menjadi boneka untuk ambisi orangtuanya.
BACA JUGA: Jangan Anggap Remeh, 6 Ucapan Orang Tua Ini Bisa Mengganggu Psikologis Anak!
Mengomeli anak setiap saat dan mencegah mereka mengambil tanggung jawab atas perilakunya. Jika Mommies mendapati diri sering mengomel tentang segala hal—mulai dari kapan harus mengerjakan pekerjaan rumah hingga kapan mereka harus berlatih bermain piano—bisa jadi itu tanda orang tua strict. Jika terus dilakukan, anak-anak akan kehilangan kesempatan untuk belajar melakukan hal tersebut atas keinginannya sendiri.
Wajar jika Mommies memiliki aturan yang berbeda dari orang tua lainnya. Namun, jika aturan itu terlalu ketat dan ekstrem, maka Mommies memiliki ekspektasi berlebihan kepada Si Kecil.
Dibanding bertanya: “Mana yang ingin kamu lakukan lebih dulu? Merapikan tempat tidur atau mainan?”, orang tua yang strict akan langsung memberikan perintah. Padahal, dengan memberikan sedikit kebebasan memilih—terutama ketika kedua pilihan itu baik—bisa sangat membantu Si Kecil untuk membentuk kebiasaan.
Sementara kebanyakan orang tua merasa bersalah, mereka yang memiliki gaya parenting strict akan memberikan ancaman pada anak tanpa ragu. Sebagai contoh, mereka akan mengatakan: “Bersihkan kamarmu sekarang atau Mama akan membuang semua mainan ke tempat sampah!”.
Selama bertahun-tahun, beberapa studi menunjukkan bahwa pola pengasuhan seperti ini akan membuat anak mengalami depresi dan kecemasan. Selain itu, berikut dampak orang tua strict pada anak:
Orang tua yang strict biasanya membuat banyak aturan yang harus dipatuhi oleh anaknya secara terus menerus. Sayangnya, ini membuat anak kebingungan dan tidak siap jika harus menghadapi situasi yang belum pernah ditemuinya. Selama ini, anak selalu bergantung pada arahan orangtuanya sehingga tidak tahu bagaimana harus bersikap.
Mirip dengan poin pertama, anak akan kehilangan kemampuan alami untuk membuat pilihan. Pada akhirnya, ia tumbuh menjadi anak yang rendah diri dan sulit beradaptasi di lingkungan baru.
Pada titik tertentu, anak akhirnya merasa lelah dengan daftar aturan yang diberikan tanpa henti. Akibatnya, ia akan dengan sengaja menentang orang tua dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan diri sendiri.
Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua strict cenderung menghindar untuk mengekspresikan emosinya.
Bagaimana Mommies? Apakah Mommies memiliki tanda-tanda strict parents seperti di atas? Jika iya maka harus segera dikurangi ya agar anak dapat tumbuh dengan baik nantinya.
BACA JUGA: Catat! 8 Tanda Anda Butuh Psikolog