Maraita Listyasari: Quality Time Keluarga, Kualitas Saja Tidak Cukup Tanpa Kuantitas

#MommiesWorkingIt

Dhevita Wulandari・07 Dec 2022

detail-thumb

Sesibuk apapun sebagai ibu bekerja, bagi Maraita Listyasari, keluarga juga menjadi prioritas penting terutama dalam memenuhi hak-hak anak. 

Menjadi seorang ibu bekerja bukan alasan bagi wanita hebat ini untuk tidak memiliki waktu dan prioritas untuk keluarga. Maraita Listyasari, WASH (Water, Sanitation, Hygiene) Specialist UNICEF Indonesia yang merupakan ibu dari 3 orang anak ini punya cara tersendiri untuk tetap profesional dalam bekerja, sekaligus menjadi sosok ibu dan istri yang dibutuhkan anak-anak dan pasangannya.

Lulusan S1 Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung dan S2 Magister Manajemen Universitas Indonesia ini turut membagikan ceritanya bersama Mommies Daily.

Apa tantangan terbesar ibu bekerja di Indonesia dan apakah status seorang ibu pernah menjadi hambatan? Kalau pernah, bagaimana Anda mengatasinya?

Menurut saya, saat ini sudah banyak sekali peluang yang diberikan pada para perempuan untuk berkarir. Bahkan di sektor yang sedang saya jalani, yaitu sektor air dan sanitasi, sebenarnya banyak sekali perempuan yang tidak hanya ada di dalam perusahaan saja, tapi juga memiliki peran di dalam pengambilan keputusan yang strategis di perusahaan. Misalnya sebagai direktur perusahaan air dan limbah, direktur di Kementerian, dan lain-lain. 

Namun di samping peluang yang banyak, tantangan pasti ada. Misalnya ketika dihadapkan pada kondisi di mana ada kebutuhan-kebutuhan anak yang perlu segera dipenuhi. Sementara, di sisi lain ada juga prioritas perusahaan yang harus dilaksanakan secara bersamaan. Ini cukup menjadi tantangan dalam bagaimana menyeimbangkan antara peran ibu ini bisa dijalankan dengan baik, sementara di sisi lain kewajiban yang harus diberikan kepada perusahaan tetap bisa dijalankan.

Saya sebagai ibu bekerja juga pernah mengalami kondisi seperti itu. Misalnya ketika anak sakit, tapi pada saat yang sama di kantor ada deadline yang harus diselesaikan. Jika ada dalam kondisi seperti ini, saya biasanya bekerja sama dan mengandalkan support system yang ada, baik di rumah maupun di kantor. Saya juga mengandalkan suami untuk sama-sama saling jaga dan bergantian untuk urusan keluarga.

Begitu juga di kantor, saya sangat beruntung berada di lingkungan yang memang memahami bahwa hak-hak anak adalah hal yang sangat prioritas. Sehingga, dari sisi policy kantor dan tim sangat mendukung dan memahami jika terjadi kondisi seperti itu. 

Foto: Dok. Istimewa / Maraita Listyasari

Sebagai ibu bekerja dengan kesibukan yang luar biasa banyak, siapa saja 3 support system terbesar Anda yang membuat Anda bisa menjalani semuanya?

Support system menjadi bagian terbesar yang membantu saya berada di dalam posisi seperti saat ini. Yang pertama ada inner circle, terutama suami, di mana kita saling memahami bahwa membesarkan anak bukan hanya tanggung jawab ibu, tapi juga bersama. Jadi kita sama-sama saling mendukung dalam menjaga anak dan juga dalam pekerjaan. 

Lalu ada juga ibu saya dan asisten di rumah. Menurut saya, asisten di rumah juga punya peran yang cukup besar. Dia tidak cuma bisa beberes saja, tapi juga paham ketika saya sedang kesulitan di kantor dengan pekerjaan yang harus dibawa ke rumah, dia bisa bantu mengingatkan hal penting pada anak-anak. Meski begitu, dia juga paham bahwa ada batasan-batasan yang dia tidak bisa lewati karena menghormati bahwa saya adalah ibunya anak-anak.

Yang kedua adalah circle di sekolah anak. Meski saya jarang ke sekolah anak-anak, saya sangat upayakan punya hubungan yang baik dengan guru, terutama wali kelas, supaya saya bisa tahu seperti apa perkembangan anak-anak di sekolah. Maka dari itu, bagi saya, pengambilan raport menjadi hal yang penting untuk datang dan diskusi langsung tentang bagaimana anak saya di sekolah dan apa saja yang kira-kira perlu diperbaiki. Tidak hanya dari sisi nilai saja, tapi juga tentang bagaimana pertemanan dan pergaulan anak-anak. 

Selain dari guru, juga dari orangtua murid. Meski saya tidak bisa terlalu aktif karena pekerjaan saya di kantor, tapi saya coba untuk selalu up to date. Sebab banyak sekali informasi yang bisa saya dapatkan tentang anak-anak di sekolah. 

Yang terakhir dan juga sama pentingnya adalah support system di kantor. Semua memiliki visi yang sama, bukan hanya soal pekerjaan di kantor tapi juga tentang bagaimana kita mendukung pemerintah untuk kehidupan masyarakat yang lebih besar, namun juga tidak lupa di sisi lain kita juga mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya untuk keluarga. 

Kesamaan visi, apalagi didukung dengan policy yang kuat dari organisasi, sangat membantu saya dalam menjalankan peran sebagai ibu, sekaligus bisa berkontribusi untuk masyarakat yang lebih luas.

BACA JUGA: Masih Hobi Memberikan Silent Treatment kepada Anak? Ini Bahayanya!

Tips agar hubungan dengan pasangan dan juga anak bisa tetap baik-baik saja walau memiliki aktivitas yang tinggi?

Ketika sama-sama sibuk, saya dan suami menyadari dan menyempatkan untuk quality time berdua dengan melakukan hal-hal kecil. Misalnya ketika jam makan siang, kita makan berdua di kantin kantor atau cuma sekedar jalan berdua di weekend. Karena kami berdua sepakat bahwa kami di sini bukan sebagai orang tua saja tapi juga sebagai pasangan. 

Komunikasi juga harus benar dan dilakukan secara terbuka. Saya dan suami merasa pada akhirnya teman sejati dan jangka panjang itu adalah pasangan kita sendiri. Walaupun kita juga punya teman-teman yang lain, tentu saja. 

Selain itu, kami sekeluarga juga sering olahraga bareng dan pergi makan di luar seminggu sekali sambil banyak ngobrol, tanpa gadget. Saya juga suka bikin date dengan masing-masing anak supaya anak-anak tetap mendapatkan perhatian yang sama.

Foto: Dok. Istimewa / Maraita Listyasari

Perawatan kecantikan dan juga kesehatan kulit ala Maraita Listyasari?

Mungkin terdengar klise, tapi saya percaya semua yang terpancar di wajah kita adalah apa yang ada di hati. Bagi saya, wajah adalah jendela. Jadi, penting sekali untuk terus perbaiki hati dan perbaiki niat.

Lalu, olahraga yang cukup. Bagi saya, olahraga juga bisa sekaligus menjadi cara healing yang baik. Asupan makan juga harus diperhatikan, seperti minum air putih yang cukup. Saya seperti punya alarm tubuh, ketika kurang minum air putih tuh badan pasti mulai terasa nggak enak.

Saya juga jarang ngemil dan banyak makan buah-buahan. Saya merasa lebih baik untuk jajan sehat seperti ini. Saya juga mengajarkan dan menerapkan pada anak-anak untuk sering makan buah dan sayur.

Selanjutnya, hidup bersih. Menurut saya, seseorang tidak akan cantik kalau tidak hidup bersih. Jadi, bersih itu wajib dan kebetulan pas sekali dengan program saya mengenai hidup bersih dan sehat. Dan ternyata itu memang benar, lho.

Kekhawatiran terbesar seorang ibu bekerja berkaitan dengan anak dan bagaimana menyiasatinya?

Sebagai ibu bekerja, pasti banyak waktu yang kita keluarkan untuk kantor. Walaupun misalnya di rumah work from home, tapi kan namanya tetap ‘work’, jadi memang harus fokus bekerja dan kadang-kadang bisa sampai malam. Karena hal tersebut, saya punya kekhawatiran karena terlalu lama meninggalkan mereka, sehingga timbul rasa guilty

Saya merasa tidak punya cukup waktu untuk mendidik mereka dan tidak punya cukup waktu untuk menjadi ibu yang baik. Tapi balik lagi, akhirnya yang saya lakukan adalah lebih banyak melakukan quality time dan mengupayakan weekend menjadi waktu untuk keluarga. Sebab kualitas saja tidak cukup tanpa kuantitas waktunya.

Saya juga ingin sekali menjadi inspirasi bagi anak-anak saya. Saya dan suami biasanya menyediakan waktu untuk mengobrol dan mendengarkan pandangan mereka. Tidak hanya mendengarkan, tapi juga mempertimbangkan pandangan mereka dengan serius untuk berbagai hal. Anak secara fisik memang terlihat kecil, tapi sebenarnya pemikiran mereka yang sederhana bisa menyadarkan orang dewasa yang seringkali punya pemikiran yang sulit.

Foto: Dok. Dhevita Wulandari

Terakhir, apa program dari UNICEF di 2023 untuk anak-anak Indonesia?

Secara general, UNICEF memiliki mandat tentang bagaimana kami mendukung Pemerintah Indonesia dalam menjamin anak-anak Indonesia mendapatkan hak-haknya. Hak ini banyak jenisnya, mulai dari hak dalam mendapatkan pendidikan yang layak, hak mendapatkan kesehatan, hak mendapatkan perlindungan, termasuk juga hak untuk hidup di lingkungan yang bersih.

Hidup di lingkungan yang bersih ini menjadi sektor yang saya lakukan programnya di UNICEF. Seperti tahun-tahun sebelumnya, UNICEF akan terus mendukung Pemerintah agar anak-anak Indonesia bisa mendapatkan akses air yang bersih dan sanitasinya bisa dikelola dengan aman sehingga mereka bisa hidup di lingkungan yang bersih dan sehat. 

Tidak hanya pada sektor air, tapi juga menguatkan tekad dan upaya baru untuk anak-anak, meningkatkan pelayanan kesehatan yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup anak, memastikan kesempatan setara bagi semua anak untuk bertumbuh, dan masih banyak lagi. 

BACA JUGA: Cara Unik 3 Sekolah Ini dalam Mengatasi Bullying, Ada yang Punya Agent of Change

Cover image; Dok. Dhevita Wulandari