Sorry, we couldn't find any article matching ''
Sabrina Rochelle: Perempuan Harus Percaya Sama Dirinya Sendiri
Membuktikan dirinya dengan aksi nyata bahwa perempuan juga bisa menjadi apa yang diinginkan, simak wawancara Mommies Daily dengan Sabrina Rochelle, sutradara Noktah Merah Pernikahan.
Sudah diberikan kebebasan dan kepercayaan dari orangtuanya sejak kecil untuk menentukan apa yang ia inginkan dalam hidup, Sabrina Rochelle Kalangie tumbuh menjadi salah satu perempuan Indonesia yang berbakat dan bisa menginspirasi para perempuan lainnya.
Menjadi sutradara dengan film pertamanya Terlalu Tampan, Sabrina memulai kariernya di industri film dengan menjadi creative designer di sebuah rumah produksi dan menangani konten promosi film-film.
Perempuan berbakat yang satu ini juga pernah ditunjuk menjadi sutradara beberapa seri web hingga akhirnya mengerjakan film terbarunya Noktah Merah Perkawinan yang diadaptasi dari sinetron jaman dulu dengan judul yang sama.
Mommies Daily pun berkesempatan untuk berbincang dengan Sabrina Rochelle Kalangie, mulai dari kehidupan pribadi hingga seputar perfilman. Simak obrolan selengkapnya di sini ya, Mommies!
Sebutkan 3 hal yang kamu suka dari diri kamu dan kenapa?
Mungkin aku bisa dibilang orangnya mandiri, all in ketika mengerjakan sesuatu karena aku benar-benar making sure everything’s going right. Sama satu lagi, aku orang yang empatinya lumayan tinggi, hehe.
Bagaimana peran orang tua yang membuat kamu memiliki 3 hal tersebut?
Dari sejak kecil dulu aku merasa cukup diberi kebebasan untuk melakukan apa yang aku mau. Contohnya dari pas SMA pun, aku nggak ditentukan untuk masuk kelas IPA atau IPS. Orangtuaku memang memberikan ruang untuk aku. Dan kebetulan pada saat itu memang papa aku lagi sakit, jadi mau nggak mau ada hal-hal yang harus aku putuskan sendiri karena mama lagi fokus ngerawat papa.
Aku juga sempat nggak tinggal bareng orangtuaku, jadi aku lumayan banyak dikasih kebebasan juga. Menurutku, itu jadi salah satu alasan yang bikin aku terbiasa untuk melakukan dan memutuskan segala sesuatu sendiri, dan menjadi orang yang cukup mandiri.
Kepercayaan juga paling penting. Aku biasanya akan memberitahu atau menanyakan ke orangtuaku, ketika itu ada second chance-nya juga ya, sebagai bentuk menghargai mereka yang sudah memberi aku ruang.
Kayak ketika aku memutuskan untuk pindah ke industri film padahal kuliahnya di DKV (Desain Komunikasi Visual), jadi aku sampaikan ke mama dan senangnya mama juga dukung. Bukan berarti ketika dikasih kebebasan, kitanya malah sesuka hati. Makanya kalau ada keputusan-keputusan besar, aku akan share ke mama, karena saat ini papa sudah nggak ada.
BACA JUGA: Penerapan Konsep Ikigai dalam Dunia Kerja, Bisa Tingkatkan Semangat Kerja
Foto: Instagram @sabrochelle
3 Film favorit yang kamu suka dan kenapa?
Kalau film Indonesia favoritku salah satunya, “Yuni”. Ketika nonton film ini, aku merasa banyak hal dalam diri aku yang semacam terwakili. Mulai dari apa yang pernah aku lalui, yang aku pikirkan, dan aku rasakan seperti tercerminkan. Seolah Yuni berbicara untuk kita dan mewakili kita.
Aku juga merasa Mama Mila (Kamila Andini) membuat film itu dengan sangat intimate. Film ini jadi salah satu film Indonesia yang aku suka dan membekas sampai sekarang.
Film berikutnya, “AADC (Ada Apa dengan Cinta)”. Film ini salah satu yang impact-nya lumayan besar buat aku. Setelah nonton film ini, aku jadi suka puisi dan jadi suka banget pelajaran bahasa Indonesia saat aku masih SMP. Aku juga jadi sering berpartisipasi dalam kegiatan drama, sampai menulis puisi di sekolah. Jadi, AADC adalah salah satu film yang mendukung aku untuk suka menulis puisi.
Kayaknya dua dulu aja deh, satu lagi aku bingung, hehe.
Menurut seorang Sabrina Rochelle, bagaimana tantangan dunia kerja di industri film bagi perempuan? Dan cara kamu menangani tantangan tersebut?
Aku merasa sekarang memang rata-rata masih male dominated untuk sutradara dan produser, walaupun udah mulai cukup terdengar dan ternyata ada ruang untuk perempuan dalam bidang ini.
Aku sendiri pernah mengalami masa di mana aku merasa, sebagai seorang perempuan yang ditempatkan di posisi sutradara aja masih ada yang menyepelekan aku. Dan itu berasal dari orang-orang yang bekerja sama dengan aku.
Aku nggak pernah berpikir menjadi sutradara adalah hirarki paling tinggi, aku juga nggak merasa harus dihormati atau gimana. Tapi, sayang sekali ketika secara kreatif visi film itu dari sutradara, aku berusaha menyampaikan semua itu untuk dimengerti semua pihak yang membangun film itu bareng-bareng, tapi ada yang nggak respect, pasti kan akan sangat berpengaruh di lingkungan tersebut.
Cara aku mengatasinya sih sebetulnya kalau hal tersebut “sudah mengganggu” dalam artian mengganggu aku secara pribadi atau mengganggu proses kreatif kita bersama, aku pasti akan omongin. Aku tipe orang yang berusaha mendingan omongin aja semuanya bareng-bareng.
Atau kalau menurutku sepertinya orang tersebut nggak bisa diajak ngomong bareng, aku akan tunjukin apa yang aku lakukan dan kerjakan dengan membuatnya sebagus mungkin. Pada saat itu, mungkin si orangnya juga nggak akan sadar langsung, tapi dengan menunjukkan hasil yang terbaik, dia pasti akan paham bahwa aku nggak main-main dengan apa yang aku lakukan dan yang aku perjuangkan untuk menghasilkan yang terbaik di kemudian hari.
Menurutku pada akhirnya, actions speak louder than words.
Foto: Instagram @sabrochelle
Jenis film yang ingin kamu buat dan alasannya?
Aku sebenarnya suka banget suspense thriller dan suka banget film yang ada misterinya, tapi bukan horor dan bukan yang mengganggu kita secara pikiran. Aku juga pingin banget bikin film yang based on true story atau yang benar-benar rasanya dekat banget sama kehidupan sehari-hari kita.
Aku juga punya keinginan bikin film tentang hal yang nggak pernah kita obrolin dan mungkin dirasa tabu. Terus, aku nggak suka film yang membingungkan dan menggantung, tapi lebih suka ke arah psikologis gitu.
Teruskan kalimat ini: Perempuan itu harus ……
Ini sebenarnya kata-kata buat diri aku sendiri juga, bukan berusaha mengajarkan orang lain, tapi karena aku tahu sulitnya seperti apa.
“Perempuan itu harus percaya sama dirinya sendiri.”
Karena menurutku, statement seperti be confident itu kadang-kadang overlook. Dalam arti, kata-kata itu sering banget kita dengar sampai kita lupa maksudnya percaya diri sendiri itu bukan cuma pede pakai baju apa dan pede mau ngomong apa. Tapi juga pede sama hal-hal yang ingin kita capai dan kejar.
Percaya kalau kita punya kapasitasnya. Dan juga kalau kita tahu kita nggak punya kapasitas tersebut, percaya kalau kita bisa mencapai hal itu dengan berusaha.
BACA JUGA: 7 Fakta Film Noktah Merah Perkawinan yang Sukses Bikin Campur Aduk Perasaan
Cover image: Dok. Mommies Daily
Share Article
COMMENTS