Sorry, we couldn't find any article matching ''
9 Hal Yang Jangan Dilakukan Ibu Kepada Anak Remaja Laki-Laki
Memang menghadapi anak remaja laki-laki, tuh, susah-susah gampang moms. Ada yang harus dilakukan, tapi ada juga yang sebaiknya nggak dilakukan.
Yes, menghadapi anak remaja memang perkara susah-susah gampang. Apalagi anak remaja laki-laki, butuh kesabaran dan empati, serta welas asih (inhale exhale). Perilaku remaja laki-laki bisa sangat menantang, terutama dalam situasi unik belakangan ini. Sebut saja dampak pandemi, banjirnya informasi digital tanpa filter, kembali sekolah offline setelah sekian lama online, bukan cuma kita mommies, mereka pun kalang kabut menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi.
Sementara anak perempuan cenderung lebih mudah curhat, anak remaja laki-laki cenderung menyimpan perasaan, dan menarik diri ketika mereka sedang struggling. Berhadapan dengan remaja laki-laki, orang tua dalam hal ini ibu, perlu membuat batasan yang jelas dan konsekuensi yang efektif. Ada 9 hal yang sebaiknya nggak dilakukan ibu terhadap remaja laki-lakinya. Biar komunikasi aman-damai-tentrem, nggak banyak konflik, dan dia merasa kita tetap sebagai orang dekatnya.
Tidak menetapkan batasan alias aturan
Sebaiknya, sih, antara orangtua dan anak remaja laki-laki duduk bareng dan bersepakat untuk menetapkan batasan dan aturan. Aturan yang berlaku baiknya didasarkan pada nilai-nilai kebersamaan dalam menjaga keharmonisan keluarga.
Nggak konsekuen sama aturan yang dikeluarkan sendiri
Setelah menetapkan batasan alias aturan, tentu kita juga bisa menyepakati konsekuensi bila aturan tersebut dilanggar. Misalnya saja, potongan uang jajan jika tidur malam di atas jam yang telah disepakati. Biasa, kan, tuh, anak-anak remaja suka bablas main game online atau sekadar berbincang di ruang chat. Sedikit saja kita fleksibel terhadap konsekuensi aturan, di saat itu pulalah si anak remaja bisa mencari celah, kita pun jadi kelihatan mudah dimanipulasi olehnya.
Pasang badan kalau anak melanggar aturan
Lupa bawa tugas, pekerjaan rumah nggak dikerjakan, bergumul hebat dengan saudaranya, kita yang bantu atasi. Entah itu tugas diantar ke sekolah, atau kita memisahkan antara ia dan saudaranya. Sayangnya mereka sudah nggak SD lagi mommies. Waktunya ia menerima konsekuensi dari perilakunya sendiri.
Baca juga: Tingkah Laku Orangtua Yang Bikin Malu Anak Remaja
Kasih hukuman yang terlalu berat
Konsekuensi iya, tapi kalau hukuman yang berat malah bikin anak remaja laki-laki makin menarik dari lebih jauh dari kita ibunya. Hukuman yang berat, seperti hukuman fisik, akan membuat remaja laki-laki merasa ditolak dan nggak belong to the family. Minta saja ia menerima konsekuensi yang sudah disepakati bersama.
Terlalu panjang ‘menceramahi’
Meski kesannya kita bicara heart to heart, yang namanya anak remaja laki-laki, tuh, paling malas kalau ‘diceramahi’ panjang lebar. Usahakan sampaikan ‘nasehat’ dengan kalimat-kalimat straight to the point, namun tetap manis.
Sering cium-cium, peluk-peluk, dan tidur satu kasur
Ingin anak remaja laki-laki kita mandiri, kan, ya? Usahakan untuk nggak lagi-lagi sering mencium, memeluk, bahkan tidur bareng 1 kasur. Ya, sesekali cium atau peluk bolehlah. Saya pernah dapat saran dari mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, M.Psi, untuk mengungkapkan sayang ke anak remaja laki-laki, dengan cukup merangkul, menepuk pundak, dan katakan kita bangga dengan pencapaiannya.
Melakukan kontak mata berlebihan
Apalagi kalau dibarengi dengan mencecarnya. Misalnya kita konfrontasi pelanggaran yang ia lakukan. Meski sebenarnya kontak mata sering disarankan untuk komunikasi yang efektif, sayangnya ini nggak berlaku pada anak remaja laki-laki. Mereka akan mudah terintimidasi, seakan mommies menelanjangi dirinya habis-habisan. Berkomunikasi dengan anak remaja laki-laki sebenarnya bisa disambi. Pas di mobil, lagi siapkan meja untuk makan malam bersama, atau mungkin saat makan malam bersama.
Meledak-ledak saat menemukan kesalahannya
Dia tahu, kok, kalau dia salah. Dan sedang berusaha untuk memperbaikinya. Emosi kita yang meledak-ledak, menunjukkan kemarahan, membuat dia makin masuk ke dalam sarangnya, dan sulit terbuka lagi ke kita. Jangan sampai dia nggak datang ke kita untuk minta dukungan hanya karena takut dimarahi.
Berharap hasil instan
Hari ini kita menegurnya, berharap ia langsung berubah, sepertinya agak challenging untuk anak remaja laki-laki. Kecenderungan mereka adalah mereka butuh proses beberapa jam, atau bahkan beberapa hari untuk memikirkan percakapan penting. Biarkan ia menyerap informasi dan kemudian memprosesnya pada waktunya sendiri. Ya, kalau kelamaan, boleh, ok, mommies ingatkan lagi.
Share Article
COMMENTS