banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

Pernikahan Tanpa Seks: Normal atau Nggak Wajar?

author

Fannya Gita Alamanda14 Jul 2022

Pernikahan Tanpa Seks: Normal atau Nggak Wajar?

Pernikahan ideal itu kerap digambarkan beriringan dengan aktivitas seks yang rutin, bergairah, dan membara. Namun beragam faktor memaksa pasangan lain justru menjalankan yang sebaliknya: pernikahan tanpa seks.

Menjalani pernikahan tanpa seks pasti berat dan bagi kebanyakan orang, ini nyaris nggak mungkin dijalani. Namun, bagi beberapa pasangan lain, pernikahan tanpa seks bisa bertahan. Bergantung dari alasannya.

Apa sih pernikahan tanpa seks itu? Di dalam pernikahan semacam ini, pasangan tidak berhubungan intim dengan satu sama lain atau frekuensi berhubungan seksnya sangat minim. Sekali lagi, dengan beragam alasan. Tapi jika tak berhubungan seks hanya berlangsung sementara waktu, pernikahan itu belum bisa disebut sexless marriage. Beda cerita kalau seks tidak dilakukan lebih dari 1 tahun.

Pernikahan tanpa seks sebenarnya dapat diatasi asal Anda tahu penyebabnya dan sama-sama punya niat mengatasinya.

BACA JUGA: Kesepian dalam Pernikahan, Ini Tanda-tandanya

10 penyebab terjadinya sexless marriage

Sepuluh hal inilah yang biasanya menjadi penyebab mengapa kehidupan seksual Anda bisa sekering padang sahara:

  1. Meningkatnya stres dan munculnya ekspektasi-ekspektasi baru
  2. Baru mengalami kehilangan dan menderita secara emosional
  3. Hilangnya gairah akibat bertambahnya usia
  4. Kepercayaan diri yang rendah atau berkurang
  5. Kehamilan atau kelahiran anak
  6. Problem-problem serius dalam pernikahan
  7. Konflik dan masalah komunikasi
  8. Sering menerima kritik dan kurangnya dukungan dari pasangan
  9. Pernah mengalami trauma
  10. Dorongan seks yang berbeda atau rendah

Apakah Pernikahan Tanpa Seks Selalu Buruk?

Sebuah pernikahan bisa kehilangan faktor seks dengan berbagai cara seperti kedua pasangan mungkin memiliki dorongan seks yang sangat rendah dan memilih untuk tidak melakukan hubungan seks terlalu sering. Jika seperti itu yang terjadi (ada kesepakatan), sexless marriage akan lebih mudah dijalani. Namun, seringnya bukan begitu karena kebutuhan seksual seseorang mungkin terganggu oleh kondisi tertentu seperti kehamilan atau bayi baru lahir, masalah kesehatan, atau usia.

Robert Epstein, PhD, seorang psikolog yang berbasis di San Diego, pendiri dan direktur dari Pusat Studi Perilaku Cambridge di Beverly, Massachusetts selalu terkenang dengan ucapan salah seorang mantan dosennya yang bilang, “Ketika pasangan suami istri menikmati hubungan seks yang cukup (versi mereka), maka seks cuma menjadi 5 persen masalah di pernikahan mereka.

Namun ketika kehidupan seks mereka buruk, maka itu menjadi 95 persen dari masalah di dalam pernikahan mereka.” Kuncinya adalah memahami apa seks yang baik dan seks yang buruk. Baik berarti kebutuhan seksual kedua belah pihak terpenuhi. Buruk berarti setidaknya kebutuhan satu orang tidak terpenuhi.

Jika Anda dan pasangan memiliki dorongan seks yang sangat rendah tapi merasa kebutuhan seks terpenuhi, maka pernikahan Anda baik-baik aja.

Ketika ada alasan fisik di balik kurangnya seks, seperti masalah kesehatan, dan Anda berdua tetap merasa pernikahan kalian baik-baik saja, maka pernikahan Anda tetapbisa dibilang bahagia.

Masalah muncul ketika terjadi ketidakseimbangan yaitu jika salah satu pasangan memiliki dorongan seks yang rendah dan yang lain memiliki dorongan seks yang tinggi. Atau di awal pernikahan, Anda berdua memiliki dorangan seks yang sama, namun karena muncul masalah kesehatan atau hubungan yang memburuk, keadaan berubah membuat salah satu pasangan menghindari seks sehingga kebutuhan seks pasangannya mulai terabaikan.

Efek dari Pernikahan Tanpa Seks

Bagi sebagian orang, pernikahan tanpa seks adalah mimpi buruk, sementara bagi yang lain, itu pilihan yang memang mereka inginkan. Untuk bisa tahu apa efek dari pernikahan tanpa seks terhadap pasangan, bisa dilihat dari seberapa terpenuhinya kebutuhan seksual mereka.

1. Ketika kedua pasangan memiliki dorongan seks yang rendah, kemungkinan besar, mereka tidak menganggapnya sebagai masalah. Jika Anda bertanya-tanya apakah masuk akal untuk menjalani pernikahan tanpa seks? Mungkin saja jika kedua pasangan berdamai dengan seberapa banyak atau sedikiti seks yang mereka dapatkan.

2. Ketika salah satu atau kedua pasangan menginginkan lebih banyak keintiman seksual, sejumlah efek negatif dapat terjadi. Mereka mungkin merasa marah, kecewa, kesepian, malu, dan merasa kurang percaya diri. Jika seks merupakan bagian penting dari hubungan mereka, maka pernikahan mereka bisa mengalami masalah secara keseluruhan. Dan, bukan hal yang aneh jika mereka kemudian bertanya-tanya kapan harus mengakhiri pernikahan tanpa seks ini?

Alasan Pernikahan Tanpa Seks Mungkin Diakhiri

Hidup nggak menyediakan jawaban untuk semua masalah. Jadi, bagaimana seseorang bisa tahu kapan pernikahan tanpa seks harus ditinggalkan? Tujuh alasan ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan:

  1. Pasangan Anda tidak mau ikut mencari solusi
  2. Anda berdua sudah berusaha mencari jalan keluar dan menjalani terapi tapi nggak ada hasilnya
  3. Masalah seks hanyalah puncak dari gunung es (Anda punya banyak masalah lain yang sangat serius di dalam perkawinan seperti problem keuangan, kesehatan, pengasuhan anak, penganiayaan fisik dan emosional).
  4. Anda berdua memiliki preferensi dan dorongan seksual yang berbeda
  5. Telah terjadi perselingkuhan. Jika salah satu berselingkuh, yang lain akan sulit merasa bergairah karena sakit hati. Kalau dua-duanya berselingkuh, maka apa lagi yang mau dipertahankan?
  6. Pasangan menahan seks untuk mengontrol dan mengendalikan Anda
  7. Sudah tak ada lagi yang namanya cinta

BACA JUGA: 14 Mitos Pernikahan yang Sering Membuat Kita Terjebak

Foto: Pexels

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan