Sorry, we couldn't find any article matching ''
Gaya Pengasuhan Ala Ibunda Maudy Ayunda yang Patut Ditiru
Maudy Ayunda bukanlah anak hasil sulap yang tahu-tahu berprestasi dan berbudi pekerti baik. Itu semua tak lepas dari gaya pengasuhan yang diterapkan sang ibunda.
Walau sudah lewat dua minggu sejak pernikahan Maudy Ayunda dan Jesse Jisoek Choi, namun hypenya pasangan terviral saat ini masih terasa sampai sekarang. Kita yang bukan siapa-siapanya masih tergemas-gemas scrolling foto-foto sejoli yang lagi berbahagia itu di jagat maya. Nggak hanya soal pernikahan, pada akhirnya kehidupan masa kecil Maudy pun jadi bikin penasaran.
Mungkin beberapa orang jadi pengen tanya ke ibunda Maudy: “Bu, dulu ngidam apa sih waktu hamil Maudy?” Hohoho. Sayangnya, untuk membentuk seorang Maudy Ayunda bukan terletak pada ngidamnya, melainkan gaya pengasuhan orang tuanya. Maudy Ayunda bukanlah anak hasil sulap yang tahu-tahu berprestasi dan berbudi pekerti baik.
Apa jadinya Maudy sekarang tentu nggak lepas dari peran pola asuh orang tuanya. Jika ditilik dari dari postingan-postingan Instagram dan paparannya di berbagai media, Mauren Jasmedi, sang ibunda tampak sangat thoughtful dan gentle untuk urusan parenting. Bagi sang ibu, cerdas hanya di atas kertas saja nggak cukup. Seseorang perlu mampu mengatasi solusi, menyenangkan saat berdiskusi, hingga terampil mengerjakan pekerjaan rumah.
Baca juga: Tips Parenting Ridwan Kamil: Keluarga adalah Pondasi Peradaban Masa Depan
Jadi, wajar kalau kita ingin meniru gaya pengasuhan ala ibunda Maudy Ayunda, sebab hasilnya sudah terbukti.
Berkomunikasi dua arah dengan anak
Tampak jelas, sang ibu dan anak punya komunikasi terbuka. Bahkan ketika anak-anak sudah besar, mereka mencari sang ibu untuk jadi teman diskusi seru dan menyenangkan. Ini tentu nggak terbentuk dalam hitungan beberapa tahun saja. Sedari kecil pastinya sang ibu sudah menerapkan komunikasi dua arah dengan anak, mau mendengar pendapat anak-anaknya, sehingga anak merasa aman dan nyaman untuk menyampaikan pandangannya. Mauren selalu melibatkan anak dalam diskusi dan pengambilan keputusan. Jadi, nampak jelas, ya, gaya pengasuhan ibunda Maudy jauh dari otoriter.
Mengajarkan kemandirian
Walau di rumah ada mbak yang membantu, nggak membuat anak-anaknya menuntut harus dilayani. Mauren tidak mengijinkan Maudy dan adiknya untuk sedikit-sedikit: “Mbak, ambilin minum, dong,” atau hal lainnya. Ini akhirnya membuat sang anak jadi terbiasa untuk melakukan semuanya sendiri. Kemandirian yang ditanamkan sang ibu terlihat ketika anak-anaknya sekolah jauh dari orang tua. Mereka dapat dipercaya untuk bisa mengandalkan diri sendiri tanpa harus terus-menerus didampingi.
Menularkan minat membaca buku
Membaca buku loh ya, bukan baca berita isu selebriti. Sang ibu punya hobi membaca dan mengoleksi buku. Hobi ini diwariskannya kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya punya hobi yang sama. Mungkin karena kebiasaan ini, anak-anaknya jadi haus akan ilmu pengetahuan.
Kita tahu betul, kalau buku itu jendela dunia. Tapi buku apa yang kita sodorkan untuk jadi bahan bacaan anak-anak, itu yang perlu kita teliti. Jadi, mulai sekarang, yuk, tumbuhkan minat anak terhadap membaca buku, terutama buku-buku bermutu, bukan yang sekadar sedap dipandang mata anak.
Menumbuhkan sikap peduli dan berbagi
Mauren selalu berpesan kepada anak-anaknya, “Mau sehebat apapun, kalau hidup kamu tidak bermanfaat buat orang lain, itu tidak penting.” Mungkin itu sebabnya aura humble dan nggak sombong memancar dari dalam diri Maudy. Kehebatannya nggak disimpan sendiri, tetapi dibagikan. Salah satunya dengan aktif berkegiatan di bidang kemanusiaan, menyuarakan isu-isu pendidikan, pemberdayaan pemuda hingga masalah literasi.
Teliti memilih pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak
Sebelum mengirim anak ke sebuah sekolah, Mauren mengobservasi dari berbagai sudut agar tak salah menentukan pilihan. Bahkan ia nggak berhenti mengobservasi ketika anaknya sudah masuk sekolah. Ini tampak pada keputusannya memindahkan anak ke sekolah lain saat kecewa saat menemukan sekolah anaknya tak sesuai dengan harapan. Dalam pencarian sekolah yang baru, ia mencari tahu nggak hanya kurikulum dan proses belajar di kelas saja, namun juga hingga mencermati gaya bergaul peserta didiknya.
Mengajarkan sikap tangguh
Walau hidup sangat berkecukupan, Mauren tetap mendidik anak-anaknya untuk memiliki daya juang. Misalnya, saat SMA rela meninggalkan kenyamanan bertransportasi ke sekolah dengan mobil karena harus dijual, dan beralih ke bis jemputan sekolah demi bisa membayar studi di sekolah impian. Itu artinya Maudy dan adiknya harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih sore dengan jarak tempuh yang nggak dekat juga. Sang ibu mengajarkan sikap membuat pilihan melalui sebuah pengorbanan. Dari situ Maudy dan adiknya mengerti arti sebuah perjuangan.
Nggak hanya itu. Bersekolah di SD pindahan dengan pengantar bahasa Inggris, nggak langsung mulus juga bagi Maudy. Mauren menemukan Maudy mengalami kebingungan belajar di kelas karena belum lancar berbahasa Inggris. Namun, Maudy sendiri yang meyakinkan sang ibu bahwa ini adalah perjuangan yang ia harus jalani, dia siap menghadapi tantangan demi bisa sekolah di SD tersebut. Dan, perjuangan yang ia tempuh dari kecil, berbuah manis sekarang, bukan?
Fix-lah ini, gaya pengasuhan ibunda Maudy Ayunda wajib ditiru. Sebab, bagaimana gaya pengasuhan kita pada anak sedari kecil, akan sangat menentukan jadi seperti apa anak kita dewasa nanti. Ada poin-poin lainnya yang mommies mau tambahkan?
Baca juga: Tips Parenting Benedict Cumberbatch: Pendidikan Itu Nomor Satu
Foto: Instagram @muren.s
Share Article
COMMENTS