Homeschooling lebih dari sekedar memindahkan sekolah formal ke rumah. Orang tua wajib pahami dulu supaya tak salah memilih. Simak tips berikut.
Pamor homeschooling semakin naik sejak pandemi melanda dua tahun lalu. Beberapa orang tua memutuskan untuk mengeluarkan anaknya dari sekolah formal dan beralih ke homeschooling.
Namun, yakin kalau dasar memilih homeschooling sudah tepat? Bukan hanya didasari alasan bahwa sekolah online kurang efektif, nggak sebanding dengan biaya sekolah yang dikeluarkan, dan seterusnya? Kalau iya, coba simak kembali tips berikut sebelum memilih homeschooling untuk anak.
Homeschooling bukan sekedar memindahkan sekolah formal ke rumah
Melansir situs Perkumpulan Homeschooler Indonesia (PHI), esensi dari homeschooling yaitu “pendidikan berbasis keluarga.” Artinya, proses belajar dilakukan di rumah, dengan keluarga sebagai tenaga pendidiknya, yaitu ayah dan ibu. Jadi, homeschooling yang sebenarnya bukanlah memanggil guru les privat ke rumah untuk mengajarkan anak pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah formal tanpa perlu berangkat ke sekolah.
Orang tua adalah “kepala sekolahnya”
Salah satu perbedaaan besar antar sekolah formal dan homeschooling terletak pada pendidiknya. Di sekolah, anak-anak diajar dan dididik langsung oleh guru di sekolah. Sementara pada homeschooling orang tua harus siap untuk ambil tanggung jawab langsung mengajar, mengasuh dan mengarahkan anak, baik untuk pendidikan yang berkaitan dengan moral maupun akademis. Maka dari itu, orang tua harus merumuskan tujuan pendidikan anak, mau pakai metode pendidikan dan kurikulum apa, serta menentukan jadwal belajar yang paling sesuai untuk anak. Intinya, orang tua harus mau repot!
Pilih metode pendidikan yang paling tepat untuk anak
Keunggulan dari homeschooling yaitu anak dan orang tua tidak wajib mengikuti satu metode belajar atau kurikulum saja seperti sekolah formal. Di sekolah formal, mungkin saja ada metode yang orang tua kurang cocok, namun anak diwajibkan mengikuti kurikulum dan aturan sekolah.
Dengan homeschooling, orang tua bisa menggunakan satu atau lebih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan, usia, minat dan bakat anak. Orang tua bisa menggunakan kombinasi metode Montessori, Charlotte Mason, Brain-based Learning, dan seterusnya. Oya, jika orang tua mau mengadopsi kurikulum nasional, juga sah-sah aja, ya. Paling penting, orang tua wajib membekali diri dulu dengan metode yang ingin diterapkan pada anak.
Baca juga: Kenali Jenis-jenis Metode Pendidikan untuk Si Kecil
Tetap asah social skill anak
Homeschooling bukan berarti anak ngendon di rumah dan tak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dengan fleksibelnya jadwal sekolah anak di rumah, justru bisa dijadikan kesempatan buat orang tua buat melengkapi pendidikan anak dengan kegiatan yang mengasah keterampilan non akademis. Misalnya dengan les musik, olahraga, seni, kreasi digital, dan seterusnya. Interaksi dengan teman-teman di tempat kursus ini bisa membantu mengasah social skill anak.
Bergabung dengan komunitas homeschooler
Ini bisa berguna sebagai wadah berbagi dan bertukar informasi di antara para orang tua (homeschooler). Salah satu komunitas yang bisa orang tua ikuti adalah PHI. PHI bisa membantu anggotanya jika ada kendala teknis maupun yang berhubungan dengan regulasi pendidikan formal di Indonesia.
Gimana, sudah mantap jadi homeschooler? Atau mommies mungkin punya tips memilih homeschooling lainnya? Share, yuk!
Baca juga: 7 Kesalahan yang Harus Dihindari Ketika Homeschooling Jadi Pilihan