Yuk, kenali tanda pertemanan tidak sehat yang dialami oleh anak-anak kita. Agar sebagai orang tua, kita tahu kapan harus bertindak.
“Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak kecil nggak paham perbedaan antara persahabatan yang sehat dengan yang tidak. Mereka bahkan nggak sadar bahwa lingkungan pertemanan mereka tidak sehat,” jelas Michelle Risser, LISW-S, seorang terapis kesehatan mental.
Sedangkan untuk anak yang lebih besar, tekanan teman sebaya, keinginan untuk menyatu dan diterima di kelompok pertemanan tertentu, atau bahkan tekanan media sosial berkontribusi untuk membuat mereka memaksa bertahan dalam sebuah lingkungan pertemanan yang tidak sehat.
Bagi para orang tua, penting untuk dapat mengenali tanda-tandanya dan mengetahui kapan Anda perlu turun tangan.
Baca juga: 14 Tipe Pertemanan di Mata Remaja
Photo by Hannah Rodrigo on Unsplash
Persahabatan yang sehat memiliki dampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Persahabatan yang sehat juga dapat menciptakan lingkungan di mana anak mampu mengembangkan kompetensi sosial dan membangun kepercayaan diri. Pertemanan juga dapat menjadi sumber dukungan emosional. Sedangkan anak-anak yang tidak memiliki teman lebih berisiko mengalami depresi, kecemasan, keluhan psikosomatis yang tinggi, cenderung membangun sifat agresif, hiperaktif, dan mencari perhatian.
“Persahabatan yang sehat melibatkan kerjasama dan kolaborasi, tetapi karakteristik ini jarang ada dalam persahabatan yang tidak sehat. Sebaliknya, Anda cenderung melihat seorang anak yang suka mememerintah, selalu ingin dituruti, tidak peduli dengan keinginan teman-temannya, dan berat sebelah,” kata Shafir.
Terkadang persahabatan yang tidak sehat akan melibatkan perilaku jahat atau kasar. Misalnya, teman anak Anda terlalu kritis atau senang berbicara buruk tentang orang lain. Mereka menertawakan dan mengolok-olok orang lain karena cara orang lain berpakaian, berpenampilan, atau bertindak. Mereka bahkan akan meremehkan dan mengolok-olok anak Anda di depan orang lain atau memanfaatkan kemurahan hati dan niat baik orang lain.
Photo by saeed karimi on Unsplash
Selalu ada sesuatu yang negatif terjadi. Misalnya, teman anak Anda senang menyebarkan informasi pribadi tentang orang lain, menyebarkan gosip, membohongi anak Anda, berusaha memonopoli waktu anak Anda dan mungkin mencoba memanipulasinya secara emosional dengan memanfaatkan rasa bersalah anak atau merajuk demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Kecemburuan sering hadir dalam persahabatan yang tidak sehat. Entah itu iri dengan mainan atau baju baru atau cemburu dengan hadirnya teman baru. Persahabatan yang tidak sehat jarang menunjukkan sikap saling mendukung dan seperasaan. Alih-alih senang melihat sahabatnya senang, teman yang buruk malah cemburu, marah, dan mendengki.
Sering kali, persahabatan yang tidak sehat akan melibatkan pengucilan atau isolasi sosial. Dengan kata lain, teman anak Anda mungkin menuntut agar anak Anda hanya menghabiskan waktu bersama mereka atau mereka akan mengucilkan. “Salah satu perilaku paling beracun di lingkaran sosial adalah ketika anak-anak mengucilkan orang lain dari kelompok dan membujuk orang lain untuk ikut memusuhi orang yang dikucilkan,” kata Risser.
Photo by Elizaveta Dushechkina on Unsplash
Ada pihak yang gemar mengendalikan dan pihak yang lain harus mau mengikuti perintah. Dia akan kehilangan kepercayaan diri. Menjadi lebih pendiam dan tertutup, peragu, dan selalu mengandalkan orang lain membuat keputusan untuknya.
Dalam situasi ini, Risser menyarankan untuk mendorong anak Anda menghabiskan waktu dengan teman-teman yang menebarkan energi positif.
Photo by Spikeball on Unsplash
Teman yang buruk akan memengaruhi anak Anda untuk berani bersikap kasar, melawan orang tua, dan menentang otoritas. Mereka suka mengambil risiko dan terlibat dalam perilaku bermasalah. Meskipun pada awalnya anak Anda belum terpengaruh, menghabiskan banyak waktu dengan mereka yang senang melanggar aturan akan menggiring anak Anda menuju masalah yang lebih besar.
Jika Anda merasa tidak nyaman dengan persahabatan si anak, tetapi Anda nggak tahu pasti apa yang salah, Smith menyarankan untuk memperhatikan dan memercayai perasaan negatif yang muncul di hati. Naluri Anda mungkin memberi tahu Anda ada hal buruk yang belum timbul ke permukaan.
“Sebagai orang tua, penting untuk memercayai naluri Anda. Terutama ketika Anda merasakan ketidaknyaman yang sangat dengan kehadiran teman anak itu di dekat Anda,” kata Smith.
Baca juga: Mendukung Pertemanan PraRemaja dengan Cara yang Asyik