banner-detik
PRETEEN & TEENAGER

Agar Tak Parno Menghadapi Pertemanan Si Anak Pra-Remaja

author

dewdew28 Jan 2020

Agar Tak Parno Menghadapi Pertemanan Si Anak Pra-Remaja

Kini tiba saatnya, ketika si sulung saya selangkah lagi masuk ke kelas menengah. Masa-masa di mana ‘apa kata teman’ akan terdengar jauh lebih cool dibanding nasihat kita orangtuanya. Yeah, been there done that.

Bagian dari tumbuh kembang ini ternyata sebenarnya nggak harus ditakut-takuti amat, karena pada dasarnya persahabatannya bisa saja tetap positif, yang penting bagaimana kita mengarahkan dan mendukung pertemanan tersebut dan mengarahkannya untuk nggak berteman dengan teman yang toxic.

bamper teman kerja

Kenapa pertemanan di kalangan remaja itu penting?

Bagaimana pun ketika teman menjadi begitu penting dalam kehidupan si pra remaja adalah hal yang perlu kita maklumi. Karena hal tersebut merupakan bagian dari proses tumbuh kembangnya menuju dewasa.

Sebelum kita suka kesal duluan ketika mereka lebih mementingkan pergi dengan temannya daripada dengan keluarganya, coba maklumi dulu alasan-alasan di bawah ini:

1. Berteman membuat anak memiliki perasaan dihargai, tercipta juga sense of belonging, dan bukan tak mungkin membantu mengembangkan rasa percaya dirinya.

2. Tercipta rasa aman dan nyaman ketika bersama teman yang seumuran dan sehari-hari mengalami pengalaman yang sama.

3. Ia bisa mengeksplor dirinya melalui perbedaan nilai pandang, identitas, dan juga ide atau gagasan yang dimiliki teman-temannya.

4. Ia menikmati pengalaman bergaul dengan orang di luar keluarganya, termasuk bergaul dengan lawan jenis.

5. Pertemanannya dengan seseorang atau beberapa orang membuatnya menemukan hal-hal baru dan berbeda, di luar dari keluarganya.

(Baca: 14 Tipe Pertemanan di Mata Remaja)

Yang bisa kita lakukan tanpa terlihat parno:

1. Yang namanya parno sah-sah saja. Apa lagi pengalaman kita dulu menjadi acuan. Yak, yang dulu jaman pre-teen sudah bandel mana suaranya? Begitu sekarang punya pre-teen, langsung, deh, parno tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Supaya tetap terlihat cool di mata anak (parnonya simpan dalam hati saja), ini yang bisa kita lakukan dalam mengkurasi pertemanannya. Bagaimana pun ia tetap butuh kita orangtuanya walaupun dia nggak sadar.

2. Tetap bersikap hangat, suportif, serta positif dalam keseharian. Perilaku positif kita sebagai orangtua, cenderung menyebabkan anak-anak kita juga memiliki hubungan positif dengan teman sebaya.

3. Stay connected sama anak dan aktif mendengarkan ketika ia bercerita tentang teman-temannya.

4. Usahakan nggak terlalu judging ketika ia curhat mengenai teman-temannya. Mungkin kita jadikan saja contoh. Ambil positif dan negatif dari sebuah kasus dalam hubungan pertemanan.

5. Ketika teman-temannya bermain atau datang ke rumah, usahakan untuk bersikap hangat dan suportif walaupun kita baru mengenalnya juga. Sikap positif membuat anak-anak lebih terbuka. Kalau diajak ngobrol saja sudah enak, kita bisa lanjut dengan bertanya di manakah rumahnya, siapa orangtuanya, dan sejenisnya.

6. Tetap waspada ketika anak-anak menghabiskan waktu di dalam kamar. Tak perlu juga buat ikut nimbrung. Pasang telinga, curi-curi pandang juga boleh. Yang penting jaga juga privasi mereka.

7. Kalau saya, sih, jujur sama anak bahwa saya akan tetap mengawasi pertemanannya. Ketika saya akhirnya mengizinkan anak saya punya smartphone sendiri, saya katakan bahwa saya akan tetap memeriksa handphone-nya secara berkala. Saya akan mengkurasi teman-temannya, namun saya berjanji padanya untuk tidak mempermalukan dirinya di depan teman-temannya. Saran saya, nggak perlu sembunyi-sembunyi dan nggak perlu bohong sama anak, supaya mereka tetap percaya sama kita, dan nggak akan bohong balik ke orangtuanya.

(Baca: Ini Daftar Sumber Pertengkaran Antara Orangtua dan Remaja)

Sama-sama cari solusi, beri beberapa alternatif saran jika anak curhat saat menghadapi tantangan dengan temannya. Sebaiknya, sih, hindari memerintahnya melakukan sesuatu seperti yang kita mau. Supaya dia nggak merasa didikte.

Biasanya, nih, orangtua yang juga memiliki pertemanan positif dan anak melihat hubungan tersebut ketika ia bertumbuh kembang, maka ia pun cenderung untuk memilih jenis pertemanan sehat yang sama.

Share Article

author

dewdew

Mother of Two. Blogger. Make-Up Lover. Skin Care Amateur. Beginner Baker. Entrepreneur Wannabe. And Everything in Between. www.therusamsis.wordpress.com


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan