Menjadi salah satu sekolah dasar swasta favorit di Bogor, SDIT Insantama jelaskan komitmen dan metode pendidikan berbasis Islami untuk para murid.
Berkomitmen dalam memberikan metode pendidikan terbaik berdasarkan aqidah Islam, SDIT Insantama yang terletak di Bogor ini memiliki moto “Better Education for Better Life” yang menjadi penyemangat untuk terus berkembang menjadi lebih baik. Kali ini, Mommies Daily berkesempatan untuk berbincang dengan Bapak Adi Fadjar Nugroho, S.TP, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SDIT Insantama Bogor.
Berdiri di tahun 2001, visi Insantama mulai dibentuk oleh 8 orang pendiri yayasan yang sampai saat ini masih sama, yaitu mewujudkan Insantama sebagai lembaga pendidikan yang bermutu tinggi dan unggul di Indonesia. Bermutu tinggi artinya secara kapasitas, Insantama punya kelebihan-kelebihan yang dapat dipertanggungjawabkan dan keunggulan dibandingkan sekolah dasar lainnya.
Sementara itu, misi Insantama adalah menyelenggarakan pendidikan dasar yang memadukan aspek pembentukan syakhshiyyah (kepribadian) Islamiyyah, penguasaan tsaqafah (ilmu) Islam, dan ilmu kehidupan (ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam suasana pendidikan yang religius, didukung oleh peran serta orangtua dan masyarakat.
BACA JUGA: 8 Manfaat Ikut Aktif di Kegiatan Sekolah Anak
Foto: Dok. SDIT Insantama
Pada saat awal pendirian sekolah, SDIT Insantama menggunakan kurikulum yang mengacu pada Dinas Pendidikan. Mulai dari kurikulum 2006, kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 2013 yang masih digunakan hingga saat ini, dan mungkin kurikulum lainnya seperti kurikulum merdeka di kemudian hari.
“Namun agar SDIT Insantama berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya, terdapat muatan internal yang berupa muatan Islam, seperti baca tulis Quran, BSI (Bina Syakhshiyyah Islam) di mana murid dan guru dapat membahas dan mendiskusikan bersama kejadian yang dialami murid di hari kemarin. Misalnya, jika kemarin ada murid berkelahi, maka solusinya adalah persaudaraan dalam Islam. Sehingga jika disimpulkan, kurikulum yang SDIT Insantama gunakan adalah kurikulum Dinas Pendidikan yang diperkaya dengan muatan Insantama.” ungkap Fadjar.
Untuk sistem belajar, pada saat masa normal sebelum pandemi kegiatan belajar mengajar dilakukan 5 hari dari Senin sampai Jumat. Dimulai dari jam 07.00-14.30 WIB untuk kelas 1, 2, dan 3, serta jam 07.00-16.00 WIB untuk kelas 4, 5, dan 6.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan 5 hari kerja, namun jam dalam setiap harinya dikurangi dan sebagian pelajaran dibantu oleh orangtua murid di rumah.
Porsi pembelajaran yang dilakukan oleh pihak sekolah yaitu 2 jam untuk Zoom dengan mata pelajaran seperti Matematika, IPA, dan lain-lain. Kemudian 1 jam untuk Zoom baca tulis Al-Quran, 30 menit untuk keakraban, dan 30 menit untuk japri murid secara pribadi.
Selain itu, untuk mendekatkan murid dengan guru, SDIT Insantama juga melakukan Muhibah di setiap bulan
Foto: Dok. SDIT Insantama
Secara umum, SDIT Insantama berusaha memenuhi syarat minimal yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan, salah satunya adalah standar sarana. Dengan gedung 3 lantai di lahan seluas 4.000 meter, SDIT Insantama memiliki mini gor kecil untuk anak sekolah dasar belajar dan berlatih basket, serta kegiatan lainnya.
Ruang kelas juga memadai untuk 28 siswa di mana per kelasnya terdapat LCD. Terdapat juga perpustakaan dengan luas sekitar 80 m² yang terdapat sekitar 8.000 eksemplar buku di dalamnya, serta ruang baca di depannya. Selain itu, SDIT juga memiliki laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, jemputan, hingga makanan seperti snack.
“SDIT Insantama juga menyediakan psikolog bagi orangtua yang membutuhkan.” jelas Fadjar. Terdapat juga 1 ruang UKS untuk perempuan dan 1 ruang UKS untuk laki-laki, 1 masjid yang berkapasitas 1.500 jamaah dan digunakan bersama SMP dan SMA Insantama.
BACA JUGA: Tips Mendukung Kesetaraan Gender di Lingkungan Sekolah yang Bisa Diterapkan Tenaga Pengajar
Secara prinsip, tes masuk SDIT Insantama mengikuti arahan dari Dinas Pendidikan untuk menerima semua calon murid baru yang bisa menempuh pendidikan sekolah dasar, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Namun, terdapat pembatas yaitu kapasitas kelas yang saat ini 5 rombe dikali dengan 28 siswa per rombenya. SDIT Insantama tidak menerima anak autis yang berat dan anak dengan IQ di bawah 77. Hal ini disebabkan belum adanya kesanggupan dari SDIT Insantama dan belum adanya ahli untuk menangani, serta dikhawatirkan anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan terbaik dari sekolah kami.” jelas Fadjar.
Tes masuk ini juga bukan sebagai penentu kelulusan, melainkan sebagai saringan awal agar pihak sekolah dapat mengenal siswa terlebih dulu. Hal ini juga bertujuan agar sekolah dapat mengelompokkan program belajar yang akan didapatkan para calon murid baru untuk mempersiapkan belajar di kelas 1.
Sebelum pandemi, tes masuk dilakukan secara langsung dengan 8 tes yang diujikan. Mulai dari tes membaca, menulis, hingga kemandirian. Namun selama pandemi, mau tidak mau pihak sekolah harus melakukan tes masuk melalui Zoom.
Tetapi, biasanya ada beberapa anak dan orangtua yang tidak mau ikut tes dari Zoom. Maka untuk kasus seperti ini, anak dan orangtuanya akan diundang khusus untuk mengikuti tes secara offline di sekolah, tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat.
Alamat: Jl. Hegarmanah IV No.47, RT.01/RW.08, Gunungbatu, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16118.
Telepon: (0251) 7581011
Website: www. insantama.sch.id
BACA JUGA: Biaya-biaya di Luar Uang Pangkal & Uang Sekolah yang Patut Disiapkan Ketika Anak Masuk SD
Cover image: Foto: Dok. SDIT Insantama