Kekerasan emosional seringkali tidak disadari, kenali tanda-tandanya dan segera minta bantuan jika menjadi korban.
Secara umum, suatu hubungan dapat dianggap kekerasan emosional ketika ada pola yang konsisten dari kata-kata kasar dan perilaku intimidasi yang menghancurkan harga diri seseorang dan merusak kesehatan mental mereka. Caranya bisa halus tapi berbahaya atau terang-terangan dan manipulatif.
Pelecehan mental atau emosional, umumnya terjadi dalam sebuah hubungan pacaran, pernikahan, dan di dalam keluarga, tapi ini juga bisa terjadi dalam hubungan apa pun termasuk pertemanan dan di dunia kerja. Sedihnya, korban dari kekerasan emosional justru kerap meragukan kondisinya sendiri, bertanya-tanya jangan-jangan dirinya hanya bersikap dan bereaksi berlebihan.
Ingatlah bahwa kekerasan emosional seringkali tidak kentara sehingga sangat sulit dideteksi. Jika Anda kesulitan membedakan apakah hubungan Anda bermasalah atau tidak, coba renungkan bagaimana perasaan Anda saat berinteraksi dengan pasangan, teman, atau anggota keluarga. Ingat: Setiap orang berhak diperlakukan dengan baik dan rasa hormat. Jangan terjebak dengan mengatakan pada diri sendiri “ini nggak terlalu buruk kok” dan mengabaikan kekerasan yang Anda alami.
Photo by Hello I’m Nik on Unsplash
Pelaku membuat korban kebingungan dengan membohongi korban, meremehkan, melecehkan, menyebarkan gosip kejam tentang korban, dan memengaruhi orang lain bersekutu menentang korban. Akibatnya korban jadi mempertanyakan penilaian dan meragukan kewarasannya sendiri.
“Ketika Anda mencoba mengungkapkan rasa sakit dan kecewa, pelaku gaslighting akan mengatakan bahwa Anda mengada-ada dan berlebihan,” jelas Tina B. Tessina, PhD, psikoterapis dan terapis pernikahan dan keluarga berlisensi.
Ini terjadi ketika seseorang membanjiri Anda dengan kata-kata, tindakan, dan perilaku yang penuh cinta sebagai teknik manipulasi. “Love bombing sering digunakan untuk memenangkan kepercayaan dan kasih sayang Anda sehingga pelaku dapat memenuhi tujuannya membuat Anda merasa berutang budi,” jelas Shirin Peykar, MA, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi.
• Stonewalling/ silent treatment
Ini terjadi ketika seseorang menolak untuk berkomunikasi dengan pasangannya, memilih aksi diam atau memberi silent treatment. Pelaku stonewalling akan mengabaikan pasangannya sehingga bisa bikin frustrasi padahal pihak yang mendapatkan silent treatment sangat ingin tahu apa kesalahan mereka dan ingin menyelesaikan masalahnya.
Photo by Thought Catalog on Unsplash
• Mengisolir Anda
Berusaha mengisolasi dan mengendalikan pasangannya, seperti mengontrol dengan siapa Anda bergaul, memantau pesan, media sosial, dan email, harus tahu di mana Anda berada setiap saat atau menggunakan GPS untuk melacak setiap gerakan Anda, memperlakukan Anda seperti properti, mengkritik atau mengolok-olok teman, keluarga, dan rekan kerja Anda, memanfaatkan kecemburuannya untuk menjauhkan Anda dari orang lain, memaksa Anda untuk menghabiskan seluruh waktu hanya bersamanya, hingga mengontrol keuangan.\
• Segitiga terbalik
Triangulasi dapat terjadi di hampir semua jenis hubungan. Misalnya, hubungan antara dua saudara kandung dapat ditriangulasi oleh orang tua ketika saudara kandung bersiteru, hubungan antara pasangan dapat ditriangulasi ketika salah satu pasangan bersekutu dengan anak atau orang tua atau teman untuk cari dukungan, atau dua orang teman menarik teman lain ke dalam konflik mereka.
Tujuannya? Untuk mengaburkan masalahnya, menciptakan konflik lain untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya, atau mengukuhkan superioritas salah satu pihak dengan memanipulasi pihak ketiga agar mau memihaknya sehingga yang terjadi nanti adalah perang 2 lawan 1. Korban dari kekerasan emosional triangulasi akan mengalami depresi karena merasa diabaikan, ditinggalkan, dan sendirian.
• Devaluation
Ini adalah tahap di mana pelaku mulai menghancurkan korbannya secara mental dan emosional dengan membuat korban merasa bingung dan tidak mampu merasa bahagia. Awalnya, pelaku akan membuat korban seolah-olah sangat dicintai, berharga, dan istimewa namun setelah ia mendapatkan kepercayaan dan cinta, pelaku mulai secara halus dan diam-diam merendahkan, menjatuhkan, dan tidak menghargai Anda. Membuat Anda merasa tak berharga persis seperti keinginan si pelaku. Motivasinya? Ia ingin mengendalikan Anda sepenuhnya.
• Projection
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan yang biasa digunakan oleh pelaku, termasuk orang-orang narsistik, mereka dengan gangguan borderline personality disorder, dan pecandu. Pelaku menuduh orang lain melakukan perilaku negatif yang sebenarnya mereka lakukan. Jika ia marah, ia akan menuduh Andalah yang marah. Jika ia berselingkuh, ia akan menuduh Andalah yang berselingkuh. Pada dasarnya, mereka ingin bilang, “Sumber masalahnya itu kamu, bukan saya!” Jika Anda sering dituding sebagai biang kerok semua masalah, lama-lama mental Anda pasti jatuh, hati pun hancur.