Bernegosiasi dengan anak remaja memang susah-susah mudah tapi asal tau kuncinya, Mommies bisa sukses melakukannya.
Bernegosiasi dengan pra-remaja dan remaja membantu mereka belajar bagaimana berkomunikasi, berkompromi, dan membuat keputusan yang baik. Bernegosiasi juga bagus untuk memperkuat hubungan Anda dengan anak pra-remaja dan remaja.
Tapi ini hanya bisa berjalan dengan baik jika Anda mau mendengarkan, berbicara, menentukan dengan jelas tentang apa yang boleh dinegosiasikan dan yang tidak, dan tidak melibatkan emosi negatif.
Keuntungan bernegosiasi dengan anak remaja. Membantu mereka belajar bagaimana:
• memikirkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan
• mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan mereka tanpa banyak drama
• memahami perspektif lain
• berkompromi
• membuat keputusan yang baik.
Bernegosiasi adalah tentang berkomunikasi dengan baik, cara bekerja sama, dan menemukan solusi yang bisa diterima kedua belah pihak. Membiasakan hal ini juga baik untuk membangun rasa saling percaya.
Photo by Creative Christians on Unsplash
Kadang-kadang Anda bisa tahu sebelumnya saat anak ingin bernegosiasi. Misalnya, ketika anak membicarakan pesta yang akan dihadiri teman-temannya. Dalam situasi ini, Anda punya waktu untuk memikirkan apa yang penting untuk disampaikan dan dalam hal apa Anda bisa fleksibel. Anda juga punya waktu untuk mendiskusikan masalah ini dengan pasangan atau menuliskan apa yang ingin Anda katakan.
Jika Anda tidak siap bernegosiasi saat itu juga, beritahu anak bahwa Anda akan membicarakannya lagi nanti. Tapi pastikan jangan terlalu lama agar anak tahu Anda akan menepati janji. Ini juga memberi tahu anak bahwa berkompromi penting bagi Anda. Jika itu adalah masalah yang membutuhkan masukan orang lain, sisihkan waktu yang memungkinkan Anda untuk bisa mendiskusikannya.
Photo by Jarritos Mexican Soda on Unsplash
• Jelas tentang apa yang bisa dan tidak bisa dinegosiasikan. Memahami kepribadian dan tingkat kematangan anak akan membantu Anda memutuskan hal ini. Tingkat kepercayaan yang Anda miliki pada anak juga bisa berdasarkan peristiwa di masa lalu
• Pikirkan berbagai pilihan. Misalnya, ‘Mama nggak mau kamu mengecat kamar dengan warna hitam karena itu bikin rumah jadi suram. Ada nggak warna lain yang kamu suka, atau bisa nggak kamu cat hitam satu sisi dinding saja? Atau ada ide lain?’
• Bersikap tegas tentang hal-hal yang memang tidak dapat dinegosiasikan. Misalnya, ‘Mama nggak ambil pusing dengan apa kata orang. Mama akan jemput kamu setelah film selesai.’
• Tunjukkan bahwa Anda bersedia berkompromi dan menyetujui sesuatu yang dapat diterima oleh kalian berdua. Misalnya, ‘Mama tahu kamu ingin main game, tetapi selesaikan tanggung jawab dulu dan jangan terlalu lama karena kamu harus cukup tidur. Berapa lama yang kamu butuhkan untuk main game?’
• Nyatakan dengan jelas keputusan yang telah disepakati. Misalnya, ‘Oke, kamu pergi ke pesta dengan teman-temanmu dan Papa akan jemput kamu jam 11 malam’. Anak Anda mungkin tidak senang dengan keputusan itu tapi tidak apa. Beri dia waktu untuk menerimanya.
• Diskusikan dan sepakati konsekuensinya jika kesepakatan dilanggar. Misalnya, ‘Kita sepakat kamu boleh mengecat satu sisi dinding kamar dengan warna hitam. Kita sepakat bahwa jika kamu mengecat lebih dari itu, kamu harus membeli cat putihnya sendiri dan mengecat dindingnya lagi dengan warna putih. OKE?’
• Akhiri dengan nada positif meskipun negosiasi berakhir tidak sempurna. Misalnya, ‘Terima kasih sudah ngobrolin ini dengan Mama dan Mama menghargai kita bisa bicara tanpa bertengkar.”
• Saat anak mematuhi kesepakatan, pujilah mereka. Misalnya, ‘Terima kasih karena sudah menepati kesepakatan kita. Mama jadi lebih percaya dan yakin kalau lain waktu kamu pasti akan tepati janji lagi’.
Jika ada dua orang tua dalam keluarga, ada baiknya untuk saling mendukung saat melakukan teknik negosiasi ini. Maka bicarakan dulu dengan suami secara pribadi untuk mencapai kesepakatan bersama.
Di masa perkembangan anak, menggunakan otoritas dan pengaruh Anda dengan cara terhormat dan positif akan membantu menjaga hubungan tetap kuat dan terbuka. Saat anak memasuki masa remaja, tetap penting untuk memanfaatkan otoritas Anda demi melindungi keselamatan dan kesejahteraannya.
Misalnya, Anda boleh teguh dengan keputusan untuk mengetahui anak akan pergi kemana, dengan siapa, jam berapa ia akan pulang, dan kapan mereka perlu menelepon jika terjadi perubahan.
Seiring bertumbuhnya usia anak, Anda bakal mendapati ia berusaha menantang otoritas Anda.
Cara merespon mungkin bergantung pada usia anak. Misalnya, jika anak berusia 12 tahun, Anda dapat mengatakan, ‘Sebagai orang tua, Mama bertanggung jawab atas keselamatanmu, tetapi Mama juga mau kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Mari kita bicara dan cari solusinya’.
Tetapi jika anak berusia 16 tahun, Anda bisa bilang, ‘Mama ingin mendukungmu melakukan apa yang kamu mau, tetapi Mama tetap bertanggung jawab atas keselamatanmu. Jadi Mama perlu tahu ke mana kamu pergi dan dengan siapa saja. Ayo, kita obrolin ini dan lihat apakah kita bisa menemukan solusi yang sama-sama bikin kita senang.”