Karena waktu yang tersisa di dunia begitu berharga, maka ini pesan untuk anak sebelum saya meninggal.
Selalu mellow mendengar berita kematian. Terlebih jika yang bersangkutan punya anak yang masih kecil yang ditinggalkan. Siapa bilang kematian hanya dekat bagi mereka yang sudah senja atau berpenyakit parah. Beberapa teman yang saya kenal dekat, bahkan yang berusia jauh di bawah saya, telah pergi meninggalkan dunia ini, dalam keadaan sehat sebelumnya. Tidak ada alasan untuk tidak siap, sebab, kita pun bisa dijemput kapan pun.
Membayangkan anak teman yang ditinggalkan ibundanya, atau ayahandanya, secara mendadak, membuat saya tersadar untuk berusaha meninggalkan legacy dan kesan mendalam pada anak.
Terkadang, dalam mendisiplinkan anak, kami terlibat pertengkaran dan pembawaan emosional yang tak bisa dihindarkan. Sering pula, kami berbeda pandangan dan adu argumentasi sampai adu urat leher. Entah bagaimana anak menanggapinya.
Baca juga: Pesan Untuk Anak Laki-laki Saya Sebelum Mereka Beranjak Remaja
Sebelum kesempatan itu terlewat dan saya tak sempat berpamitan dengan anak ketika waktu itu tiba, ada 7 hal yang saya ingin dia tahu.
Mungkin bukan budaya kita, tiap hari mengucap “I Love You”, sebab orang tua ibu juga tak pernah mengatakan hal ini. Jika menurutmu tak cukup dari sikap yang ibu tunjukkan, dari cara ibu mendidikmu, semua dilandasi karena sayang yang teramat besar. Tapi sayang bukan sekadar ungkapan untuk memanjakanmu, atau untuk membentukmu sesuai kemauan ibu, tapi justru demi mendewasakan dan untuk kebaikanmu di masa kamu dewasa nanti.
Meski di antara kita ada banyak perbedaan dan kadang pertengkaran, meski ibu sering mengeluhkan kelemahan-kelemahanmu, tapi ketahuilah bahwa ibu menyayangimu dan menerimamu seutuhnya. Dan ibu berharap, kamu bisa menjadi orang yang lebih baik dan mampu melampaui kelemahan-kelemahan itu.
Walaupun mungkin pengetahuanmu jauh lebih banyak, tapi ibu sudah menjalani hidup yang lebih lama darimu dengan segala pengalaman pahit getir dan asam garamnya. Saat ibu memberi nasihat, itu berasal dari pelajaran hidup yang pernah ibu alami, agar kamu tidak perlu mengulang pelajaran yang sama.
Seburuk-buruknya relasimu dengan ayahmu, dan terkadang caranya mendidikmu yang terlampau keras tak seperti yang kau harapkan, sayangnya padamu tetaplah teramat besar. Dan yang perlu kau ingat, beliau adalah cinta terbesar dalam hidup ibu.
Di masamu dewasa nanti, kemajuan teknologi akan semakin pesat, dan sulit dibayangkan saat ini. Kamu boleh saja hidup dalam kecanggihan teknologi, tapi kamu tetap harus belajar hidup dan survive tanpa teknologi. Latihlah tanganmu untuk mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Tanamlah sendiri menu makananmu. Pergilah keluar bertemu teman dan menikmati alam, menikmati pengalaman yang nyata, bukan dunia yang maya atau metaverse.
Saat suara ibu meninggi, saat ibu terlalu memaksakan kehendak, saat ibu jutek, atau apa pun yang ibu lakukan dan katakan yang pernah menyinggung perasaanmu dan mengecewakanmu, dengan tulus ibu meminta maaf. Tidak ada orang yang sempurna, begitupun ibu. Dan ibu tidak bisa selalu memenuhi harapanmu.
Membesarkanmu adalah hal yang penuh dengan tantangan dan kesulitan, tapi dengan itu, ibu belajar banyak. Ibu terpacu untuk menjadi orang yang lebih baik, sosok yang lebih pantas menjadi ibu buatmu. Di dalam rutinitas keseharian membesarkanmu yang hampir menghabiskan seluruh waktu dan hidup ibu, ibu belajar menemukan diri dan keberadaanmu membuat jiwa ibu bertumbuh.
Kamu adalah pribadi utuh, dengan segenap kepribadian dan talentamu. Ibu tak pernah memintamu untuk jadi ini atau itu. Temukan dirimu sendiri. Jangan juga kamu mengejar hidupmu demi mengikuti dan menyenangkan orang lain atau masyarakat. Kamu bisa menjadi siapa pun yang kamu inginkah, tapi ingatlah untuk tetap menjadi berkat bagi sesama. Hidupmu bukanlah milikmu sendiri.
Photo by Jonathan Borba on Unsplash