Supaya suami nggak kecewa ditolak istri terus untuk bercinta, mommies perlu beri tahu suami: ini lho penyebab mengapa gairah seks menurun saat menyusui.
“Nggak sekarang, ya..”
Mommies yang sedang menyusui, merasa sering melontarkan respon andalan tersebut setiap suami ngajak mesra-mesraan? Untuk yang kesekian kalinya, entah dengan alasan takut ASI muncrat, kecapean, nggak mood, daaaaann seabrek alasan lainnya, mommies terpaksa menolak suami saat diajak bercinta. Nggak tahu kenapa, tapi rasanya nggak pengen aja. Ada yang relate dengan situasi ini?
Tenang, mommies nggak sendiri. Ini sangat wajar dialami ibu, terutama di tiga bulan pertama menyusui. Namun, jangan sampai keengganan bercinta membuat hubungan suami istri jadi dingin dan alot. Ada baiknya mommies mencari tahu penyebab mengapa gairah seks tahu-tahu menurun saat menyusui. Kemudian jelaskan kepada pasangan agar mereka bisa lebih memahami kondisi mommies dan legowo menerima alasan di balik “penolakan” untuk bercinta.
Kebanyakan penyebab gairah seks menurun saat menyusui itu berkaitan dengan hormonal. Jadi, daddies jangan keburu baper, ya! Ini bukan berarti para istri yang sedang menyusui itu nggak tertarik sama sekali dengan pasangannya.
Hormon, hormon, hormon!
Yep, salahkan hormon! Hormon adalah salah satu dalang dari menurunnya gairah seks ibu menyusui. Setelah melahirkan, kadar estrogen ibu akan turun. Seperti yang kita tahu, hormon estrogen ini dapat meningkatkan gairah seks. Sebaliknya, kadar dua hormon lainnya yaitu prolaktin dan oksitosin, akan meningkat. Kedua hormon ini sangat berperan dalam memproduksi ASI. Di sisi lain, kedua hormon tersebut juga dapat mengganggu gairah seks ibu.
Meningkatnya hormon prolaktin dan oksitosin dapat membuat ibu merasa sangat senang menyusui. Kebutuhan keintiman emosional dan fisik dapat dipenuhi dengan menyusui si kecil, sehingga dorongan seks ibu menurun. Akibatnya, mommies nggak merasa butuh atau ingin mencari keintiman dari pasangan.
Kelelahan
Bangun 2-3 jam sekali untuk menyusui tentu bikin tubuh kelelahan karena kurang tidur. Belum lagi urusan perintilan bayi yang membuat ibu kerepotan. Terutama buat para ibu baru yang sedang beradaptasi dengan ritme barunya. Malam jadi siang, siang jadi malam, tidur nyolong-nyolong. Boro-boro seks, bisa beres mandi-makan saat bayi lagi lelap aja rasanya udah bikin plong. Tenaga yang ada disimpan-simpan buat kembali berjibaku untuk menyusui dan menimang-nimang bayi tengah malam. Jadi, maaf, apa itu seks?
Mommy mode: ON
Setelah sembilan bulan mengandung, wajar jika sekarang fokus mommies tertuju pada bayi. Ini naluri alami seorang ibu. Ini mungkin nggak akan jadi masalah ketika mommies melibatkan daddies dalam mengurus bayi, sehingga masa-masa mommy mode ini dilewati bersama pasangan. Akan jadi masalah jika mommies terlalu memprioritaskan urusan bayi di atas segalanya termasuk hubungan dengan suami, sehingga menciptakan jarak di dalam hubungan. Akibatnya gairah seks bisa semakin menurun.
Baca juga: Amankah Oral Seks Saat Hamil?
Postpartum Depression (PPD)
Depresi pascapersalinan (PPD) disinyalir sebagai pembunuh libido sejati. Sekitar 20 persen wanita mengalami PPD. Ini dapat terjadi kapan saja dalam setahun atau bahkan lebih setelah ibu melahirkan. Perhatikan tanda-tanda PPD seperti kesedihan, kekurangan energi, kesulitan berkonsentrasi, kecemasan, dan perasaan bersalah dan tidak berharga.
Oya, catatan buat para ibu: menjadi orang tua baru bagi para ayah juga sulit, lho. PPD yang dialami istri juga bisa memengaruhi para suami. So, jangan ragu mencari bantuan seperti konseling dengan psikolog untuk mengatasi hal ini, ya.
Lalu, harus bagaimana?
Dalam situasi ini, mommies bukan lantas dituntut untuk memilih antara menyusui dan seks. Karena, sebetulnya keduanya tetap bisa dijalani bersamaan. Silakan lanjutkan menyusui! Jika sedang enggan bercinta, komunikasikan perasaan dan alasan mommies kepada pasangan. Ada cara lain agar keintiman dengan pasangan tetap terjaga. Tak melulu harus melibatkan seks. Misalnya, Netflix-an atau dinner berdua saat bayi tidur, sesekali nge-date keluar tanpa mengajak bayi, atau intimacy tanpa penetrasi seperti saling memijat pasangan, berpelukan, bersentuhan, berciuman di sela leyeh-leyeh juga bisa mengembalikan kemesraan mommies dan pasangan.
So, breastfeeding and sex intimacy, why not?
Baca juga: Kisah Tumpuk Bantal, Ketika Aktivitas Seks Harus Berjalan Meski Sekamar dengan Si Kecil
Foto: Freepik