Siapa pun dapat mengalami frustrasi seksual, maka penting untuk tahu caranya mengatasi ketegangan ketika seks tidak bisa didapatkan.
Frustrasi seksual bukan cuma dialami oleh para ABG atau wanita menjelang menopause. Ini bisa dirasakan oleh siapa pun pada setiap fase kehidupan mereka baik yang lajang maupun yang sudah menikah.
Berikut adalah beberapa tips tentang cara mengelola frustrasi seksual dengan cara yang sehat, memuaskan, dan efektif.
“Ketidakpuasan terhadap kehidupan seks yang disebabkan oleh masalah kuantitas maupun kualitas,” kata seksolog Jessica Cline, MSW, Ph.D. Artinya, Anda bisa sering berhubungan seks dan masih merasa frustrasi secara seksual atau, ketegangan muncul karena merasa kebutuhan Anda tetap tidak terpenuhi.
Karena hubungan seks yang kurang bergairah, libodo rendah, atau ketidakpuasan dengan kualitas kehidupan seks. Namun, ada penyebab lain di baliknya:
• Kebutuhan yang tidak sesuai
Seseorang mungkin melakukan banyak seks namun masih mengalami frustrasi seksual. Seringkali, ini ada hubungannya dengan perbedaan harapan, bagaimana Anda dan pasangan lebih memilih untuk berhubungan intim. “Anda mungkin frustrasi dengan cara pasangan melakukan foreplay, cara ia menyentuh atau merangsang Anda, kurangnya kreativitas pasangan, keengganan untuk bereksprimen di kamar tidur, atau ketidakmampuan mereka untuk membicarakan seks,” papar Marin, terapis seks dan pendiri kursus online Passion Project.
• Komunikasi yang buruk
"Meskipun negosiasi dalam urusan seks adalah bagian penting dari sebuah hubungan, orang tidak selalu tahu bagaima cara mengatakan apa yang mereka butuhkan dan itu bisa membuat seseorang frustrasi,” jelas psikoterapis seks Ashley D. Swet, M.A., LPC, LMHC, CCRC. Tanpa komunikasi kebutuhan seksual bisa diabaikan atau tidak terpenuhi. Pada titik tertentu, seseorang mungkin berhenti memulai dan menyerah, menghasilkan sebuah pernikahan tanpa seks.
• Trauma atau stigma yang ditanamkan
Jika tumbuh dewasa dengan pemahaman bahwa seks itu buruk, tabu, kotor, dan berdosa Anda mungkin merasa sulit untuk menjalin hubungan romantis. Jika pernah mengalami kekerasan atau trauma seksual, berhubungan seks bisa memicu dan menyebabkan Anda mengingat kembali kenangan menyakitkan itu. Sebuah respon alami yang kemudian dilakukan adalah menghindari situasi seksual sama sekali. Padahal tanpa disadari, Anda merindukan jenis keintiman yang sayangnya nggak bisa didapatkan karena trauma atau stigma tadi.
• Stres
Mungkin Anda mengalami beberapa perubahan hidup baru-baru ini yang menyebabkan banyak hal jadi teredam, seperti pekerjaan baru, masalah kesehatan, atau situasi pandemi saat ini. Kekhawatiran dapat berdampak pada kehidupan seks. Jika tidak tahu harus dari mana mulai mengurai masalahnya, coba temui psikolog atau psikiater yang bisa bantu Anda mengelola stres.
• Kurangnya sentuhan fisik
Karena budaya yang memaksakan pandangan bahwa seks adalah aspek terpenting dalam kehidupan manusia, banyak dari kita berasumsi bahwa frustrasi seksual terjadi karena kurangnys seks. Tapi sangat mungkin bahwa perasaan yang Anda rasakan sebenarnya berasal dari kebutuhan menikmati pelukan platonik saja, tanpa aroma seksual. Meski tampaknya sepele, sentuhan dan sekadar pelukan hangat efeknya sangat besar untuk manusia.
• Lekas marah dan kerap bertengkar dengan membesar-besarkan masalah sepele
• Kepo dengan kehidupan seks orang lain
• Sering minta berhubungan seks
• Menginginkan lebih banyak dan lebih sering sentuhan fisik
• Tidak sabaran
• Jadi penggemar pornografi
• Mengarahkan topik obrolan bahkan pertengkaran ke seks
• Sering membayangkan seks
• Hanya melihat keburukan di diri pasangan
• Kebiasaan ngemil meningkat
• Sulit tidur
Atasi dengan cara ini:
Cara fisik
• Pergi bersama teman-teman untuk sekadar ngobrol dan ngopi
• Olahraga untuk membuang energi negatif yang bisa memicu frustrasi
• Gerakkan tubuh dengan menari, yoga, atau aktivitas radiovaskular lainnya.
• Eksplorasi jenis sentuhan fisik lain agar terhubung kembali dengan pasangan.
• Buang jauh-jauh pikiran bahwa orgasme di atas segala-galanya.
Cara emosional
• Sampaikan perasaan dan kekhawatiran satu sama lain. Jangan tunda.
• Dengarkan musik yang bisa bikin hati Anda senang dan bernyanyilah.
• Berlatih meditasi
• Tuliskan perasaan dan pikiran di dalam buku harian untuk memproses emosi yang meluap.
• Ngobrol dengan profesional. Terapis atau konselor dapat menawarkan panduan untuk membantu Anda mengelola masalah dengan lebih baik.
Baca juga:
Photo by nikko macaspac on Unsplash