Menghadapi anggota keluarga yang menolak vaksin Covid-19 bisa membuat frustrasi! Sebab satu saja menolak vaksin, bisa menjadi risiko bagi anggota keluarga lainnya. Lantas, kita harus berbuat apa?
Selama obat Covid-19 belum ditemukan, hanya vaksin yang mampu menurunkan kurva kasus positif. Upaya pemerintah agar seluruh masyarakat mendapatkan vaksin Covid-19 ini nggak akan berhasil jika tidak didukung oleh seluruh anggota masyarakat. Guna mempercepat tercapainya herd immunity, setidaknya sekitar 70% dari total populasi harus mendapatkan vaksin Covid-19,
Sayangnya, ada saja orang yang menolak vaksin Covid-19. Padahal sebelumnya, kita sangat menantikan kehadiran vaksin ini. Beberapa orang yang menolak vaksin Covid-19 bisa saja anggota keluarga kita sendiri. Alasannya? Sangat beragam! Dari perbincangan saya dengan beberapa teman, kerabat dan keluarga, sebagian mereka yang tidak mau menerima vaksin karena masih merasa ragu. Sebagian lagi takut akan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau efek setelah vaksin yang dianggap membahayakan. Sebagian lagi tidak merasa perlu divaksin karena simply nggak percaya Covid-19 itu nyata adanya.
Gemas mendengarnya? Saya pun, hehehe. Bukan apa-apa, kita hanya ingin sama-sama pandemi cepat berakhir. Tapi kalau usahanya nggak bareng-bareng, bagaimana bisa berhasil? Lantas, apa yang harus kita lakukan? Dikutip dari situs Unicef, Dr. Saad Omer, Direktur Yale Institute for Global Health berbagi tips bagaimana menghadapi anggota keluarga yang menolak vaksin Covid-19.
Baca juga: Beberapa Efek Samping Vaksin Covid-19 yang Perlu Kita Ketahui
Hubungkan fakta dengan nilai-nilai yang mereka yakini
Hal pertama yang dapat kita lakukan yaitu tetap berempati pada nilai-nilai yang saat ini mereka yakini. Buat mereka merasa didengar. Tidak mudah memang, sebab Anda memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan mereka. Namun, menyerahkan diri untuk menerima vaksin buat mereka juga bukan hal mudah. Cobalah untuk menghubungkan fakta-fakta bahwa saat ini diperlukan kartu vaksin untuk pergi ke tempat-tempat yang mereka ingin kunjungi. Tanpa kartu vaksin, akan semakin membatasi ruang geraknya. Mereka tidak akan bisa beraktivitas dengan normal sehari-hari, dan harus menahan lebih lama untuk menjaga jarak dengan orang-orang yang dicintai.
Jangan menyela lawan bicara
Tahan diri Anda; jangan mudah menyela atau mengoreksi saat keluarga Anda berbicara. Tetap berdiskusi dengan tenang dan menghargai alasan mereka belum mau divaksin. Jika Anda menujukkan sikap kontra yang tajam, itu bisa menimbulkan konflik. Pada akhirnya, akan lebih sulit untuk membujuk mereka untuk divaksin.
Ketimbang menghakimi, berikan informasi yang benar
Menghakimi keluarga hanya akan memperburuk keadaan. Jika anggota keluarga Anda takut divaksin akibat terlalu banyak menyerap mitos yang beredar, bantu luruskan mitos-mitos tersebut dengan menyajikan informasi dan fakta tentang vaksin dari sumber terpercaya, misalnya dari Covid19.go.id atau berbagai badan kesehatan dunia. Mulailah dengan menyatakan fakta bahwa vaksin Covid-19 aman dan efektif. Kemudian, informasikan juga mengenai efikasi berbagai jenis vaksin, yang bervariasi antara 60-90% efektif menangkal paparan virus corona, bahkan varian Delta sekalipun! Bila masih sulit diyakinkan, sodorkan fakta tentang banyaknya jumlah kerabat dan keluarga yang meninggal akibat Covid-19. Ini mungkin lebih masuk akal bagi mereka. Terkadang ada saja yang harus “ditakut-takuti” dulu baru percaya.
Bantu mereka agar merasa berdaya
Dr. Omer menghimbau agar kita selalu menyampaikan pesan positif: “Kamu bisa, lho, mengambil peran untuk membantu mengatasi pandemi.” Salah satunya, dengan mau divaksin. Vaksin bermanfaat untuk keselamatan diri sendiri dan keluarga.
Utus orang lain untuk bicara
Tak ada salahnya meminta bantuan pihak lain untuk mengajak anggota keluarga Anda untuk vaksin. Misalnya, Anda memiliki anggota keluarga seorang dokter yang dipercaya oleh orang tua Anda, maka mintalah ia untuk meyakinkan orang tua Anda untuk divaksin. Seorang teman bercerita, awalnya ayahnya menolak divaksin. Namun, setelah mendengar himbauan dari Ustad, ia bersedia divaksin, bahkan ikut menghimbau keluarganya yang lain untuk divaksin juga. Cara ini cukup efektif, lho!
Miliki keyakinan mereka akan menerima vaksin
Berdiskusi panjang ada kalanya melelahkan dan nggak ada habisnya. Coba pakai cara ini: katakan setiap saat kepada anggota keluarga Anda: “Yuk, kita vaksin!”. Menurut Dr. Omer, ini metode komunikasi presumtif. Artinya, kita membuat pernyataan atau presumsi (dugaan) bahwa mereka pada akhirnya akan mau menerima vaksin. Ini terbukti membuahkan hasil.
Jika belum berhasil, tetapkan batasan
Jangan berkecil hati kalau segala upaya yang dilakukan belum berhasil. Mengubah mindset orang lain bukan perkara mudah. Maka, sebagai antisipasi, lakukan pembatasan dengan anggota keluarga yang menolak vaksin Covid-19. Misalnya, hindari pertemuan keluarga jika banyak anggotanya yang belum divaksin. Risikonya, Anda bakal dianggap sombong atau paranoid. Tapi, biar saja, ini demi melindungi diri Anda dan keluarga. Anda juga bisa menerapkan aturan tidak mengijinkan orang tua bertemu dengan anak-anak Anda sebelum mereka divaksin.
Harapannya, cara ini pada akhirnya dapat mengubah pikiran mereka untuk menerima vaksin. Walaupun belum tentu itu karena mereka sudah menyadari arti penting vaksin, namun semata-mata karena tidak ingin dijauhkan dari anggota keluarga. Tak bisa bertemu cucu terlalu menyiksa buat kakek dan nenek!
Kuncinya, jangan menyerah berupaya demi seluruh anggota keluarga mendapatkan vaksin. Semoga badai pandemi segera mereda, ya.
Foto: Freepik
Baca juga: Ini yang Perlu Diperhatikan Soal Vaksin Covid-19 pada Anak dan Ibu Hamil