Sekolah dari Rumah meningkatkan keluhan rabun jauh pada anak. Apa yang perlu diwaspadai orang tua? Berikut penjelasan dari dr. Zoraya Ariefia, SpM.
Miopi atau rabun jauh adalah masalah penglihatan umum yang sering dimulai antara usia 6 hingga 14 tahun. Ini memengaruhi hingga 5% anak prasekolah, sekitar 9% anak-anak usia sekolah, dan hampir 30% remaja. Simak hasil wawancara Mommies Daily dengan dr. Zoraya Ariefia Feranthy, SpM (IG: @ranthy_MD dan @ZAFeyecare.id) dari ZAF Eye Care at Lithea, Kemang yang juga berparaktik di RS Prikasih, Jakarta Selatan.
“Miopi (rabun jauh) disebabkan oleh faktor genetik dan faktor kebiasaan. Jika orang tua menderita miopi, maka kemungkinan anaknya juga menderita miopi. Sedangkan faktor kebiasaan melihat dari jarak dekat juga bisa menjadi pemicu miopi seperti membaca, bermain gawai, menulis, menjahit, dan aktivitas lain yang menggunakan jarak pandang dekat dalam waktu yang lama,” papar dr. Zoraya.
Miopi terjadi ketika bentuk bola mata anak lebih panjang dari ukuran bola mata yang normal. Ini juga dapat berkembang ketika kornea, jendela bening di bagian depan mata, melengkung terlalu tajam. Waktu cahaya memasuki mata anak Anda, sinarnya jatuh tepat di bawah retina, jaringan peka cahaya di bagian belakang mata. Ini membuat objek yang jauh menjadi buram dan objek yang dekat menjadi jelas. Seiring pertumbuhan mereka, rabun jauh biasanya berkurang dan sebagai gantinya kemungkinan mereka akan mengalami rabun dekat.
Baca juga: Siapkan 4 Hal Ini Sebelum ke Dokter Mata Anak
• Mengeluh penglihatannya kurang jelas seperti tidak bisa melihat tulisan di papan tulis atau jika menonton TV selalu ingin maju ke depan.
• Sering memicingkan mata untuk dapat membaca atau melihat objek yang jauh.
• Sering mengucek-ngucek mata untuk mendapat penglihatan yang lebih tajam.
• Mudah teralih konsentrasnya dari melihat atau memperhatikan objek yang berada di jarak jauh.
• Sering mengedip-ngedipkan mata.
• Posisi mata tidak lurus (juling).
• Sering mengeluh sakit kepala
Mendiagnosa miopi dan perawatannya
Jika anak tidak lulus pemeriksaan penglihatan di doker anak, kemungkinan besar mereka menderita miopi dan untuk mendapatkan diagnosa yang tepat, anak perlu diperiksa oleh dokter spesialis mata.
Baca juga: Rekomendasi Dokter Mata Anak di Jabodetabek
Menurut dr. Zoraya, mendiagnosa miopi pada pasien anak membutuhkan pemeriksaan yang lengkap dan penuh kehati-hatian. Mulai dari pemeriksaan fungsi penglihatan sampai pemeriksaan seluruh struktur bola mata.
Miopi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat diobati. Tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan penglihatan anak dan mencegahnya menjadi lebih buruk. Hal ini penting untuk melindungi kesehatan mata mereka di masa depan, meskipun mereka masih tetap membutuhkan kacamata atau lensa kontak.
• Kacamata
Kacamata untuk miopi dapat digunakan setiap saat sehingga anak Anda dapat melihat jauh. Penting untuk memilih bingkai kacamata yang nyaman, sesuai dengan usia dan aktivitas anak. Misal, jika anak Mommies masih kecil, belikan kacamata dengan tali sehingga memudahkan untuk dipakai, tidak mudah jatuh dan rusak, atau hilang. Ahli kacamata atau optician bisa membantu Mommies mendapatkan kacamata yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak Anda.
• Lensa kontak
Lensa kontak adalah pilihan lain jika anak lebih menyukainya, terutama dipakai ketika mereka harus melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Meskipun tidak ada batasan usia penggunaan lensa kontak, tapi anak harus bisa menolerir obat tetes mata dan mempraktikkan kebersihan dengan baik. Lensa kontak perlu dirawat dan rutin dijaga kebersihannya untuk mencegah infeksi mata. Anak tetap perlu punya kacamata bahkan jika ia lebih sering memakai lensa kontak. Jika terjadi mata merah atau rasa sakit ketika memakai lensa kontak, segera hubungi dokter mata Anda.
Baca juga: Penyebab Mata Minus pada Anak
Pandemi Covid-19 telah membuat banyak sekolah melakukan pengajaran jarak jauh atau sekolah virtual. Ini berarti semakin banyak waktu yang dihabiskan anak-anak memandangi layar gawai mereka. Adanya peraturan social distancing dan stay at home juga semakin membuat anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu di luar ruangan. Untuk membantu menurunkan risiko miopi terutama selama pandemi, ingatkan anak untuk sering mengambil waktu jeda saat ia membaca, menulis, atau menggambar dan jika memungkinkan, batasi waktu rekreasi di depan layar televisi atau gawai.
Ini beberapa saran dari dr. Zoraya yang bisa dilakukan para orang tua:
• Habiskan lebih banyak waktu di luar ruangan terutama di pagi hari agar bisa terpapar sinar matahari (pastikan prokes tetap dijalankan).
• Konsumsi makanan bergizi.
• Menerapkan rumus 20:20:20 saat anak sedang menggunakan penglihatan jarak dekat. Maksudnya adalah setiap menatap layar selama 20 menit, anak harus istirahat dengan melihat objek sejauh 20 feet (6 meter) selama 20 detik.
• Lakukan pemeriksaan kesehatan mata anak minimal 1 tahun sekali. Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengobati kelainan mata sedini mungkin karena akan mempengaruhi keberhasilan terapi.
Photo by Dinh Sam Vu on Unsplash