Sorry, we couldn't find any article matching ''
Balita Meninggal Karena Sepsis, Bagaimana Gejalanya Pada Anak?
Pada April 2016, Nayra (15 bulan) meninggal setelah 11 hari berjuang melawan sepsis. Ibunda Neyra (Anggi), melalui Mommies Daily, berbagi informasi seputar sepsis yang tergolong penyakit langka ini.
Adalah Anggia Rahmadianti, ibu dari Alm Neyra (15 bulan) yang menjadi saksi hidup bagaimana perjuangan Neyra melawan sepsis. Penyakit yang satu ini tergolong langka, dan menjalar cukup cepat sehingga Neyra hanya bertahan selama 11 hari hingga akhirnya harus berpulang pada 18 April 2016.
Alm Neyra sedang digendong oleh sang Ibu
Kepada Mommies Daily, ibunda Neyra yang akrab disapa Anggi menuturkan perjuangan Neyra dan gejala sepsis apa saja yang dialaminya:
Hari pertama:
Ada sedikit ruam di wajah Neyra, semacam bintik merah disertai demam dan batuk pilek. Ruam yang keluar masih sedikit. Saat Anggi memeriksakan kondisi Neyra ke dokter, kesimpulan sementaranya adalah virus. Neyra pun diberikan antivirus dan obat demam. Selain itu, ada obat batuk pilek yang dikonsumsi Neyra di rumah.
Hari ke-2 dan ke-3:
Demam Neyra masih berlanjut serta batuk pileknya bertambah parah. Kali ini, muncul lendir dalam jumlah banyak dan menyumbat lubang hidung untuk bernapas. Selain itu ada kotoran mata yang menghijau dan membuat mata Neyra susah dibuka ketika bangun tidur. Mata Neyra juga bengap, kelopak matanya merah seperti meradang dan disertai bengkak. Batuknya jadi lebih sering, tetapi cenderung kering.
Di hari ketiga, Neyra terlihat susah bernapas. Hasil cek darah umum bagus, leukosit dan trombositnya normal. Dokter menyimpulkan Neyra terkena campak yang kategori berat. Ini karena matanya bengkak dan ruamnya juga bertambah banyak, walaupun belum ke seluruh tubuh--hanya di bagian dada dan tangan. Menurut dokter yang menangani Neyra, kalau ruam itu belum sampai ke kaki, nanti Si Kecil akan terus demam. Kalau bintiknya sudah menjalar ke kaki, biasanya demam akan berkurang.
Di hari ketiga itu juga, Anggi sempat menyampaikan ke dokter kalau Neyra mengalami sesak napas. “Saya juga bilang, napas anak saya kok nggak nyaman. Seperti ada sesak napas. Dokter hanya memeriksa lewat stetoskopnya, lalu dia bilang: 'Nggak kok bu, ini nggak sesak napas'. Jadi saya memutuskan melanjutkan pengobatan, dan tidak menaruh curiga apa-apa," papar Anggi.
Hari ke-5:
Hari pertama hingga keempat, Neyra masih rewel, napsu makannya sudah menurun. Menginjak hari ke-5 demam terus naik, menyentuh 41°, dan Neyra sudah tergolek lemas sehingga hanya bisa tidur. Anggi menyelidiki kenapa anaknya tidur terus, ternyata Neyra diberikan obat tambahan untuk pilek dan alerginya. Anggi pikir rasa kantuk datang dari dua obat itu tadi. Tapi Anggi curiga karena napas Neyra kian cepat dan lemas.
“Karena saya pikir ngantuknya dari obat, saya tunggu sampai hari ke-7, sampai bintiknya itu sampai ke kaki. Dan memang, itu bintiknya menjalar terus dengan harapan anak saya membaik. Ternyata tidak. Demam hari ke-5 sampai ke-7 turun naik 38-40,” tutur Anggi.
Hari ke-7 sampai ke-11:
Ketika bintiknya sudah sampai ke kaki, belum juga ada tanda- tanda membaik. Akhirnya hari ke-7 pagi, Anggi membawa Neyra ke dokter lagi.
"Itu napasnya sudah cepat banget, tapi dokter bilang napasnya bersih. Namun, agar lebih yakin, dokter menyarankan untuk melakukan tes darah lagi,” lanjut Anggi.
Akhirnya dilakukan tes darah tambahan, yaitu test CRP (C-Reactive Protein). Hasilnya kadar RP Neyra sangat tinggi, yaitu 280 dari ambang batas normal di angka 5. Dokter bilang Neyra sudah harus dirawat karena harus ada pemberian antibiotik via infus.
“Ketika saya tanya arti CRP ini ke dokter, dia bilang artinya ada infeksi bakteri di dalam tubuh anak. Dan kalau tinggi begini ada infeksi dan peradangan di badan–jadi harus pakai antibiotik yang lewat infus,” ungkap Anggi mengulang penjelasan dokter tentang kadar CRP Neyra.
Selain CRP Neyra yang tinggi, trombositnya juga tinggi. Namun dokter belum membuat kesimpulan Neyra sakit apa–tindakannya baru sebatas menangani anak yang CRP-nya tinggi. Malam itu juga Neyra dirawat dan diberikan antibiotik lewat infus.
Akhirnya dokter mencari diagnosa lain, dan menaruh curiga kalau Neyra terkena Kawasaki. Tapi Anggi ragu karena anak dari kenalannya juga terkena Kawasaki, tapi gejalanya sangat berbeda. “Oh kawasaki itu, gejalanya nggak harus lengkap. Ada anak yang kawasaki gejalanya hanya sebagian,” tutur dokternya. Neyra pun diperiksa oleh dokter jantung, mau dicari tahu, ada peradangan nggak di pembuluh darah jantungnya.
Di sela-sela menunggu Neyra diperiksa oleh dokter jantung, Anggi menyempatkan untuk browsing. Dari dua hasil CRP dan trombosit yang tinggi, menurut hasil pencarian Google, Neyra terkena Sepsis. “Tapi sepsis yang saya temui di internet ini hanya satu, yaitu anak 10 tahun, dia CRP-nya tinggi, tapi nggak setinggi anak saya. Dia hanya 100-an. Didiagnosa sepsis dan harus dirawat 5 hari,” pungkas Anggi menjelaskan hasil temuannya di internet.
Di hari Sabtu, CRP Neyra melesat ke angka 600, dan sebelumnya saya sudah sempat konsultasi ke dokter lainnya yang ahli Kawasaki, dan dia bilang Neyra bukan mengidap Kawasaki. Sebab, Kawasaki tidak diawali dengan gejala napas yang cepat. Sabtu malam demam Neyra sempat turun, dan Neyra disarankan untuk test darah Procalsotinin, yaitu tes spesifik untuk mengetahui seseorang mengidap Sepsis atau tidak.
Hari berikutnya yaitu hari ke-8, urine Neyra juga diperiksa karena dokter yang ahli Kawasaki itu curiga Neyra terkena Sepsis. Ternyata benar, urine Neyra sudah sedikit. “Mungkin karena sudah menjalar ke saluran kencing. Jadi dalam semalam itu anak saya naik 1 kg, karena cairan infus masuk tapi tidak bisa dikeluarkan lewat berkemih. Alhasil anak saya dalam semalam, kelihatan gemuk. Minggu pagi ditimbang naik 1 kg,” jelas Anggi.
Di minggu pagi itu juga napas Neyra semakin cepat, kurang lebih 80 tarikan per menit. Karena Anggi tidak tega melihat kondisi anaknya seperti itu, ia pun meminta obat yang bisa meringankan sesak napas Neyra kepada dokter. Tidak berapa lama Neyra kena sepsis shocked, suhu tubuhnya menurun drastis hingga 34°, seperti orang linglung dan gelisah. Neyra pun harus segera dibawa ke ICU.
Perburuan NICU dimulai, dan akhirnya berhasil mendapatkan NICU di RS di bilangan Cibitung. Ketika masuk NICU, kondisi Neyra sudah mengalami sepsis berat. Kesempatan Neyra untuk sembuh pun sempat diragukan dokter UGD di RS tersebut. Neyra ditangani dokter anak, jantung dan syaraf. Napas Neyra sempat membaik, baik dari tarikan napasnya dan kondisi jantungnya. Kabar baik sempat memperpanjang harapan Anggi, dokter saraf bilang “bakterinya belum sampai ke otak.”
Aaah lucunya Neyra :)
Senin malam, tiba-tiba Neyra terbangun, terlihat lebih aktif, ia menoleh ke berbagai sudut ruangan seakan ingin menyapa sekaligus “pamit” kepada orang yang hadir di ruangan itu. Tak lama kemudian, Neyra pergi untuk selamanya. Setelah kejadian itu, Anggie berusaha menggali lebih dalam lagi seputar Sepsis, rasa haus informasi mengenai Sepsis seperti tak pernah usai. Dia berharap ada organisasi atau mungkin saja komunitas yang terbentuk untuk memberikan edukasi seputar Sepsis.
Anggi berharap apa yang ia sampaikan ini mudah-mudahan bisa dijadikan pelajaran bagi para Mommies. Dan kelak ada lebih banyak informasi mengenai Sepsis, agar para orangtua dan tenaga medis bisa lebih waspada dan sigap dalam penanganan Sepsis
Cari tahu lebih banyak mengenai sepsis, di halaman selanjutnya:
Image: www.his.org.uk
Apa itu sebenarnya Sepsis?
Menurut dr. Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, Sepsis adalah SIRS + Infeksi. Kita bahas satu persatu dulu ya, Mommies.
SIRS atau Systemic Inflammatory Response Syndrome, yaitu respon inflamasi sistemik yang harus memenuhi setidaknya 2 dari:
Sementara definisi infeksi menurut International Consensus Conference on Pediatric Sepsis adalah kondisi di mana seseorang dicurigai atau sudah terbukti (lewat hasil laboratorium) terinfeksi oleh mikroorganisme atau menderita beberapa gejala yang dihubungkan dengan kemungkinan tinggi infeksi.
Bukti adanya infeksi ini bisa berupa pemeriksaan fisik, foto rontgen atau pemeriksaan radiologi lainnya dan laboratorium.(Misalnya kadar leukosit yang sangat tinggi atau foto rontgen paru-paru yang mendukung adanya pneumonia). Jadi, kesimpulan dari dokter Meta adalah suatu SIRS yang disertai proses infeksi dapat disebut sebagai Sepsis.
Nah, dokter Meta juga menyebutkan infeksi yang menyertai Sepsis bisa berasal dari macam-macam.
“Bisa karena pneumonia (kenyataannya, salah satu penyebab tersering Sepsis pada anak adalah pneumonia), infeksi saluran kencing, diare, campak, malaria, meningitis, infeksi telinga, bahkan infeksi karena luka terbuka. (Misalnya jatuh, lalu lukanya terbuka dan tidak dibersihkan dengan baik, bisa jadi infeksi). Intinya bisa dari mana pun.”
Di samping itu, ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan severitas sepsis ini. Misalnya usia yang sangat muda (kurang dari sebulan), mempunyai kondisi medis tertentu (keganasan, anak dengan HIV, status gizi buruk, dan-lain-lain)),” jelas dokter Meta.
Gejala-gejala Sepsis yang patut diwaspadai
Adapun gejala yang patut diwasdapi adalah demam tinggi, atau sebaliknya hipotermia (suhu tubuh di bawah normal dan frekuensi napas cepat). Segera bawa ke dokter untuk memastikan penyebabnya.
Hal senada juga disampaikan oleh ibunda Neyra, ia mengingatkan untuk semua orangtua supaya waspada jika menemui beberapa gejala berikut ini pada anak Anda:
Pasien Sepsis tak terbatas hanya menyerang anak, tapi memang lebih sering terjadi pada orang yang sangat muda atau tua. Untuk anak-anak, biasanya terutama di bawah 5 tahun, bayi yang baru lahir, dan bayi yang terlahir prematur tinggi risikonya terkena Sepsis.
Dokter Meta mengingatkan mencegah Sepsis artinya mencegah infeksi. Yaitu dengan cara imunisasi, cuci tangan yang benar, menjaga sanitasi dan kehigienisan lingkungan dan jangan anggap enteng infeksi.
Semoga semakin banyak pihak yang menaruh perhatian serius terhadap ketersediaan informasi mengenai penyakit-penyakit langka semacam Sepsis ini.
BACA JUGA:
PAGES:
Share Article
COMMENTS