Sorry, we couldn't find any article matching ''
Milestone dan Tumbuh Kembang Anak Usia 7 Tahun
Berikut milestone dan tumbuh kembang anak usia 7 tahun yang bisa Mommies jadikan panduan :).
Rasa tahunya jauh lebih besar, mulai mengenali dengan detail apa yang membuat dirinya senang dan sedih, mampu dengan runut mengemukakan ide dan pendapatnya, tapiiii kadang ngeyel kalau dibilangin adalah sebagian kecil dari karakter dan pencapaian si anak lanang saya yang sebentar lagi menginjak usia 7 tahun, ada yang mengalami hal yang sama, kah, mommies?
Di bawah ini kami paparkan, milestone dan tumbuh kembang anak usia 7 tahun. Untuk membantu mommies memantau dan mengevaluasi apa saja yang sebaiknya si kecil kuasai atau mungkin butuh bantuan dari pakar.
Kemampuan di bidang matematika
-Penambahan dan pengurangan angka dua digit dan mungkin tiga digit
-Mampu menjawab pertanyaan dengan kalimat tanya sederhana
-Memperkirakan jumlah (seperti berapa banyak biji dalam toples)
-Menggunakan penggaris untuk mengukur
-Berhitung sampai 100, baik itu dalam puluhan maupu kelipatan angka lima
-Bisa melanjutkan angka yang akan muncul berikutnya, misalnya “Berapa angka yang muncul setelah 49 dan 128.”
- tahu nomor mana yang datang berikutnya (setelah, katakanlah, 49 atau 128)
-Mulai bisa memahami konsep membaca jam dan memberi tahu jam berapa
Paham konsep kalah dan menang
Anak tujuh tahun mulai punya pemahaman tentang konsep ada pemenang dan yang kalah dalam sebuah kompetisi. Baik itu permainan, olahraga dan lain-lain.
Mulai olahraga
Ketika memasuki usia 7 tahun anak akan menunjukkan kehebatan fisik yang luar biasa. Dia bisa melempar atau menendang bola dengan akurat, melompat dan berpacu, menunjukkan penguasaan dalam keseimbangan saat melompat atau mengendarai sepeda. Koordinasi tangan-mata sangat baik, dan dia bisa berlari cepat dan berputar atau berhenti dengan akurat dan tanpa terjatuh. Jadi jika si kecil mulai menyukai cabang olahraga tertentu atau aktivitas fisik lainnya, didukung ya, moms.
Belajar sesuatu dari situasi yang sulit
Untuk poin ini saya teringat kalimat “Jangan selalu memudahkan anak, untuk menyusahkannya di kemudian hari.” Anak sebaiknya dikenalkan bahwa tiap tindakan dia, punya konsekuensi yang harus dihadapi dan diselesaikan. Contohnya, jika si kecil secara sengaja dan berturut-turut tidak mengerjakan PR-nya, biarkan dia yang menghadapi gurunya sendiri. Dari situasi sulit tersebut, anak akan belajar bahwa dia sudah bertanggung jawab akan sesuatu.
Membaca dengan lantang
Stimulasi si kecil dengan membiasakannya terlebih dulu senang dengan buku. Mulai dari kita yang membacakan sebelum tidur, dan pelan-pelan ketika si kecil berproses berlatih membaca, akan datang giliran anak kita yang akan membacakan buku cerita kesukaannya dengan lantang di depan mommies.
Stereotip gender
Perlahan anak akan mencerna stereotip berdasarkan dari jenis kelamin. Misalnya anak perempuan saat bermain akan cenderung bergaul dengan gadis lain dalam kelompok kecil, cekikikan. Anak laki-laki cenderung tertarik pada anak laki-laki lain dan lebih banyak terlibat dalam permainan fisik.
Yang mesti diperhatikan, jangan sampai ia terjebak dalam stereotip gender yang malah tidak mendukung kesetaraan gender. Contohnya, hanya laki-laki yang bisa jadi pilot dan astronot. Atau perempuan nantinya di rumah saja urus anak dan rumah.
Jika anak laki-laki mau main masak-masakan, ya, biarkan. Toh, nantinya ketika dia besar memasak adalah salah satu kemampuan dasar seseorang untuk bisa bertahan hidup, kan? Atau anak perempuan kita senang banget main bola dan mobil-mobilan, ya kenapa tidak kita dukung? Selama tidak membahayakan diri dan orang di sekitarnya.
Dan STOP mengatakan: “Anak laki-laki nggak boleh cengeng dan nangis!”, yang namanya menangis adalah bentuk dari reaksi emosi sedih atau marah manusia, mau itu perempuan atau laki-laki.
Rasa ingin tahunya sangat besar
Jangan “bunuh” rasa penasarannya dengan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan dari si kecil. Iya, sih, tidak setiap saat kita punya jawaban yang memuaskan. Triknya nggak apa-apa jujur, “nanti, yah, mama belum tahu jawabannya. Gimana kalau kita cari tahu sama-sama besok di Google?”
Punya selera humor
Saya menyaksikan sendiri bagaimana anak saya dan teman-temannya sekelas saling melontarkan tebak-tebakan di sela sesi belajar online. Wah, jokes mereka berhasil bikin saya tertawa terbahak-bahak, sih, moms - kepikiran aja gitu kasih modelan pertanyaan yang jawabannya “ajaib.” Jadi, suatu saat si kecil mendekat ke mommies dan ngasih cerita atau tebak-tebakan mengandung humor, please diladeni dengan baik, karena reaksi tawa kita adalah pencapaian mereka yang sangat besar!
Menguasai kemampuan berbicara
Pada usia 7 tahun, anak sebaiknya mampu melakukan:
-Mengucapkan alfabet dengan jelas
-Menggunakan kosakata yang beragam saat berbicara (minimal sebanyak 20.000 kata)
-Membaca sebanyak 200 kata
-Memahami hal yang berlawanan (berkilau versus kusam, berawan versus cerah)
-Pola pencocokan kata terkait (domba-domba, sapi-anak sapi)
-Mempunyai kemampuan parafrase, yaitu mengemukakan apa yang sudah anak baca atau dia dengar dengan kata-katanya sendiri.
Membantu belanja
Si kecil mulai bisa jadi asisten mommies. Dia akan membaca daftar belanjaan kita. Lalu mencari barang yang dimaksud, dan memasukannya kei troli. Ubah kegiatan belanja menjadi permainan dengan memintanya memberi tahu mana dari dua produk serupa yang lebih mahal. Bantu dia belajar bahwa bukan berarti belanja sama mama, dia bisa beli apa pun yang diinginkan. Caranya, tetapkan batasan, “Kamu boleh beli 2 camilan, ya, kak.”
Punya teman dekat
Memasuki usia 7 tahun, anak cenderung punya teman dekat yang dia rasa nyaman untuk berinteraksi. Tapi jangan heran, jika ke depannya bisa berubah. Beri pengertian jika si kecil bermain ke rumah temannya, bahwa tiap rumah punya peraturannya masing-masing.
Terbiasa dengan rutinitas
Pada usia ini, anak mommies memiliki pemahaman waktu yang cukup akurat dan siap melihat arus peristiwa di sekolah, di rumah, dan di antara anggota keluarga yang berbeda. Karena itu, penting membuat anak terbiasa dengan rutinitas sehari-hari di rumah.
Satu hal yang juga penting diingat, jangan lupa bonding dengan anak, ya! Pencapaian si kecil tanpa ikatan yang kuat dengan orang tuanya, akan percuma. Ini adalah usia yang tepat untuk menghabiskan banyak waktu bersama anak, cari tahu bersama pasangan apa yang dia suka dan tidak suka, kekuatan dan kelemahannya. Anak membuka dirinya sangat lebar untuk menyerap nilai-nilai baik dari orang tuanya, dalam berbagai aspek.
Baca juga:
Mommies, Yuk, Cermati Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah
Orang Tua, Didik Anak Perempuan Agar Berani Bersuara, Bukan Untuk Jadi Sempurna
Artikel ini diadaptasi dari sini
Photo by Viet Hoang on Unsplash
Share Article
COMMENTS