banner-detik
SELF

Kenali Bahaya Toxic Productivity

author

Fannya Gita Alamanda22 Apr 2021

Kenali Bahaya Toxic Productivity

Ternyata tidak selamanya selalu produktif itu bagus. Mau tahu kenapa si toxic productivity ini berbahaya?

Siapa di sini yang sering banget begitu merebahkan diri di atas tempat tidur saat malam hari pikiran malah melanglang buana kemana-mana, seringnya memikirkan pekerjaan? Kemudian sibuk merancang kegiatan untuk besok dan bermunculan ide-ide berkaitan dengan produktivitas di pekerjaan? Lantas mengingat ulang kegiatan hari ini dan uring-uringan saat teringat ada satu dua hal yang nggak berjalan sesuai rencana?

Hati-hati, Mommies. Mungkin ini pertanda Anda terserang toxic productivity. Memaksakan diri dan justru jadi frustrasi ketika rencana yang sebenarnya nggak realistis itu gagal dijalankan semuanya.

Tak masalah apa pun aktivitas Anda, misalnya niat memasak 3 menu rumit untuk makan malam, merapikan kebun yang berantakan, menulis cerita pendek, berolahraga, atau bekerja dari rumah atau di kantor, jika dilakukan tanpa jeda, efek buruk toxic productivity akan mulai mengintai dan justru nggak akan membantu meningkatkan kualitas kerja dan hidup Anda.

Sama dengan budaya gila kerja atau hustle culture, toxic productivity mengacu kepada obsesi yang tak sehat dan ekstrim dengan produktivitas, merasa harus terus beraktivitas dan merasa tidak pernah cukup. Kebanyakan orang melakukan ini karena perasaan senang saat menerima pujian atas kerja keras (baca: gila-gilaan) mereka, padahal belum tentu secara kualitas, mutunya bagus. Dan bagian terburuknya adalah, ini bisa sangat membebani sehingga kita hanya bisa melihat harga diri kita cuma senilai dengan tumpukan pekerjaan.

Efek buruk toxic productivity

Di satu sisi, membuat seseorang terlalu sibuk dengan pekerjaan, apa pun itu, sehingga hanya punya sedikit waktu untuk diri sendiri atau hal lain. Dan tidak soal sudah berapa banyak yang kita lakukan, kita akan selalu merasa kurang. Di sisi lain, karena terlalu banyak tugas yang harus dilakukan, kita akan merasa begitu kewalahan, sehingga nggak bisa fokus pada apa pun untuk waktu yang lama. Kita akan terus bolak-balik di antara tugas-tugas yang sudah kita jadwalkan. Dan ketika beberapa tugas hasilnya buruk, kita akan frustrasi berat.

BACA JUGA: 14 HAL YANG JANGAN DILAKUKAN SAAT ZOOM MEETING

Tanda-tanda toxic productivity

1. Bekerja terlalu keras sehingga membahayakan kesehatan dan hubungan pribadi Anda. Jika Mommies mulai mengabaikan kebutuhan dasar manusia seperti makan, tidur, ngobrol dengan teman dan keluarga, dan melupakan kewajiban dan tanggung jawab yang lain, maka ini tanda-tanda Anda mulai jatuh ke dalam perangkap toxic productivity.

2. Memiliki harapan yang tidak masuk akal. Mengharapkan hasil yang sama dari diri Anda, setiap hari, tanpa memerhatikan faktor-faktor eksternal yang mungkin saja menggagalkan ‘rencana indah’ dan tekanan (stres) yang bisa mengganggu rutinitas normal sehari-hari, adalah tindakan yang nggak realistis.

3. Sering gelisah. Jika Anda merasa bersalah ketika mengambil cuti atau istirahat karena sedang sakit, kemungkinan besar ini bukanlah ciri-ciri karyawan teladan, melainkan toxic productivity.

Begini cara mengatasinya

1. Mulailah dengan menetapkan tujuan yang realistis, bisa dicapai, dan disesuaikan dengan kebutuhan, dan tentu saja harus bisa membuat Anda merasa nyaman dan hepi. Ingatlah bahwa istirahat bukanlah untuk yang lemah. Istirahat untuk menyegarkan tubuh dan pikiran agar Anda bisa kembali bekarja dan menghasilkan sesuatu yang bagus. Jangan merasa bersalah. Saat Anda harus kembali bekerja usai beristirahat, Anda akan lebih produktif, tetapi dengan cara yang tenang dan sehat.

2. Dengarkan orang-orang di sekitar Anda, terutama yang Anda tahu sangat menyayangi Anda. Jika mereka bilang Anda terlalu banyak bekerja sehingga mereka merasa diabaikan dan Anda jadi mengabaikan tanggung-jawab yang lain, dengarkan dan pedulikan.

3. Luangkan waktu untuk memberi batasan antara pekerjaan dan kebutuhan Anda sebagai makhluk hidup. Tidur cukup, habiskan waktu berkualitas bersama keluarga dan teman, dan upayakan tidak ada telepon saat makan malam dan obrolan soal pekerjaan di akhir pekan.

4. Kita mungkin sering mendapati diri terjebak dalam siklus nggak sehat ini. Mengejar pencapaian untuk merasa bahagia yang sementara. Memiliki dan mengejar tujuan itu penting, tapi harga diri seseorang tidak bisa diwakili oleh hanya satu hal itu.

Perlakukan diri Anda sendiri dengan baik, seperti Anda bersikap terhadap seseorang yang Anda sayangi.

BACA JUGA: 16 KEBIASAAN LADY BOSS YANG LAYAK DICONTOH

Photo by Kevin Bhagat on Unsplash

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan