Yuk kita bandingkan, jika tidak mudik, kira-kira benar nggak bisa berhemat biaya atau malah sama aja? Berikut perbandingan biaya mudik vs tidak mudik.
Dari awal Maret lalu, orang tua saya sudah bolak-balik tanya, “Udah pesan tiket mudik lebaran? Biasanya jauh-jauh hari udah beli tiket, kok belum juga?” tanya ibu saya, tak sabar. Setelah gagal mudik tahun lalu, rasanya tahun ini panggilan mudik sudah sangat kuat. Biasanya, kami mudik dengan kereta api, tujuan Jakarta – Semarang, yang tiketnya harus rebutan 90 hari sebelum hari H. Saya urung buru-buru pesan tiket karena suami masih wait and see. Belum lagi agenda kunjungan ke keluarga mertua yang biasanya juga di momen lebaran.
Tidak tahunya keluar aturan larangan mudik lebaran oleh pemerintah selama tanggal 6-17 Mei 2021. Buyar sudah rencana berlebaran bersama keluarga besar di dua kota. Sedih? Pastinya. Terutama dari pihak keluarga, yang sudah sangat menantikan kunjungan dan berkumpulnya keluarga di momen penting lebaran. Ambil sisi positifnya saja, deh! Toh, kami masih bisa berkunjung di waktu lain, di luar libur lebaran.
BACA JUGA: 7 HAL POSITIF DI BALIK GAGAL MUDIK
Ritual mudik lebaran (sebelum pandemi) tak pernah absen kami lakukan, meski biayanya serba lebih mahal dan pengeluaran tinggi. Namanya juga tradisi. Prakiraan biaya mudik keluarga kami, biasanya sebagai berikut:
Biaya mudik
Total = Rp10.710.000 (Belum termasuk biaya ekstra seperti rapid tes untuk perjalanan, dan biaya tak terduga lainnya)
Biaya tidak mudik
Sebetulnya sudah ada benchmark-nya, sebab tahun lalu juga kami berlebaran di Jakarta. Apabila tidak mudik, prakiraan biaya yang dihabiskan kira-kira sebagai berikut:
Total = Rp6.090.000
Biaya itu menurut hitung-hitungan saya, sudah makan dan jajan enak selama liburan. Jalan-jalan juga tidak akan memakan biaya besar, karena jangkauannya tidak jauh.
Dengan demikian, selisih biaya jika tidak mudik tahun ini sekitar Rp4.620.000. Bisa lebih besar lagi, jika (dan hanya jika), saya mengurangi kunjungan ke mal dan makan di luar. Kalau jajan delivery, rasanya sulit untuk ditahan.
Selisih dana ini, enaknya buat apa ya?
-Biaya mudik di lain waktu. Jangan buru-buru senang dulu dengan sisa bujet. Silaturahmi ke keluarga itu tidak bisa dikonversikan dengan rupiah. Berhemat sih harus, tapi pos ini memang tidak bisa ditawar. Juni – Juli judulnya juga masih musim liburan, kan? (Psst, jangan bilang ke pemerintah!).
-Zakat. Di luar kewajiban zakat fitrah, ada zakat mal atau zakat harta yang besarnya 2,5% dari harta yang tersimpan selama 1 tahun.
-Beli e-bike. Kalau ini sih, wishlist suami. Entah, bisa kebeli nggak ya, tahun ini.
-Ganti sepatu jalan/lari. Pilih sepatu olahraga tidak bisa sembarang merek. Kalau mau yang nyaman, harga memang tidak berbohong.
-Investasi. Masuk ke pos investasi untuk simpanan masa depan. Bukan cuma buat pribadi, sekarang saya dan suami juga sudah mulai merancang endowment fund dari dana investasi untuk berdonasi.
BACA JUGA: PERSIAPAN PUASA IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI
Photo by Andre Taissin on Unsplash