Masa-masa “terrific two” (saya lebih suka menyebut ini dari pada terrible two!) sudah lewat, nih. Lalu, apa selanjutnya tahapan perkembangan balita?
Sabar, ya, perjalanan dengan anak balita tersayang masih lumayan panjang, hehehe. Masih ada 3 tahun untuk gemes-gemes pengen peluk si kecil dibumbui gemes pengen garuk-garuk tembok! Hahahaha.
Tambah usia tentu semakin bertambah juga keterampilan dan perkembangan kognitif, emosi dan sosial di kecil. Memang, sih, nggak semua perkembangan balita sama persis. Ada yang lebih dahulu menguasai keterampilan tertentu, namun belakangan di perkembangan lain. Namun, biar bagaimanapun ada gambaran umum yang bisa kita jadikan panduan sebagai orang tua, untuk melihat apakah perkembangan anak kita sudah sesuai dengan usia yang seharusnya atau tidak.
Dengan mengerti tahapan perkembangan balita kognitif, emosi dan sosial balita, orang tua jadi bisa segera menindaklanjuti jika ternyata terdapat kecenderungan anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
Dari beberapa sumber, ini rangkuman perkembangan balita untuk usia 3 hingga 5 tahun. Siapkan alat tulis, mommies bisa mulai check mark mana tahapan yang sudah dilalui oleh anak, mana yang belum.
Perkembangan Kognitif, Emosi dan Sosial Balita
Perkembangan Kognitif
Inilah beberapa kemampuan kognitif yang dimiliki anak usia 3-5 tahun:
Bisa menyebutkan warna dengan benar.
Mengurutkan objek berdasarkan bentuk, warna atau ukuran.
Berhitung 1-10 untuk usia 3-4 tahun, dan 1-20 untuk usia 5 tahun.
Mulai bisa memikirkan objek, orang, dan peristiwa tanpa melihatnya.
Bicaralah dengan jelas menggunakan kalimat yang lebih kompleks.
Lebih memahami konsep waktu dan urutan aktivitas sehari-hari, seperti sarapan pagi, makan siang di sore hari, dan makan malam di malam hari.
Miliki rentang perhatian yang lebih besar
Mengenali tanda kata yang sudah dikenal, seperti "STOP".
Mengajukan segudang pertanyaan: mengapa, bagaimana, kapan. Mommies pasti hafal banget!
Mulai melihat hubungan sebab dan akibat: jika saya melakukan ini, maka itu akan terjadi.
Mulai melihat perbedaan antara hal-hal yang mereka lihat dan hal yang nyata. Contoh, boneka kucing itu bukan kucing sungguhan.
Perkembangan Emosi
Di usia 3-5 tahun, berikut ini beberapa perkembangan emosi yang wajib mommies perhatikan pada balita:
Semakin pandai menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya, atau menceritakan pengalamannya.
Dapat membaca dan menafsirkan emosi orang lain, misalnya saat seseorang marah atau kesal, atau terluka dan sedih, dan berusaha untuk menghiburnya.
Namun, belum bisa memahami emosi abstrak seperti rasa kasihan, serakah, rasa syukur.
Menjadi mandiri dan tegas (kalau nggak mau dibilang keras, hehehe!).
Suka memberi dan menerima kasih sayang.
Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol emosi mereka sendiri. Contoh: menutup mata dan telinga; meronta tidak mau dikekang.
Berbicara kepada diri sendiri dengan lantang sebagai cara untuk mengontrol perilaku mereka.
Dapat memikirkan peristiwa di masa lalu atau yang belum terjadi.
Mulai mampu berpikir ke depan dan merencanakan tindakan mereka. Sudah bisa mengantisipasi konsekuensi fisik dari tindakan-tindakan mereka yang sederhana. Misalnya, takut lompat dari tempat yang terlalu tinggi karena tahu akan jatuh dan sakit.
Belajar dengan meniru, mengamati dan mengeksplorasi, menciptakan dan melakukan sesuatu.
Baca juga: 5 Kalimat yang Tidak Boleh Diucapkan Orangtua Saat Anak Menangis
Perkembangan Sosial
Berikut ini beberapa poin-poin yang bisa dicocokkan dengan perkembangan sosial balita mommies:
Mulai mengerti arti teman dan mulai membangun hubungan pertemanan pertamanya. Bukan nggak mungkin hubungan ini berlanjut hingga jadi persahabatan sejati hingga dewasa. Cara bermain di setiap usia berbeda-beda.
Usia 3 tahun: bermain di dekat seorang teman, masih sulit untuk bergiliran dan berbagi.
Usia 4 tahun: mulai bermain secara kooperatif, mulai memahami main secara bergiliran.
Usia 5 tahun: menikmati bermain dengan anak lain, sering bekerja sama dengan baik, memiliki teman khusus.
Semakin bertambah usia, semakin jarang menggunakan kekuatan fisik untuk membela diri. Namun, jadi lebih sering menggunakan kalimat seperti penghinaan, ancaman, ejekan untuk membela diri atau menyakiti anak lain. Pada tahap ini, mulai berpotensi muncul penindasan atau bullying dalam pertemanan.
Memahami aturan sosial dan dapat bertindak sesuai dengan aturan tersebut: main harus bergantian, bagi yang tidak, berarti ia melanggar.
Bersemangat untuk melaksanakan beberapa tanggung jawab atau menawarkan bantuan, misalnya mencuci piring, menyiram tanaman.
Memahami bahwa pujian atau kesalahan terjadi karena apa yang mereka lakukan.
Mulai memahami perbedaan melakukan sesuatu "dengan sengaja" dan "secara tidak sengaja".
Pada usia 4 tahun, mulai memiliki rasa identitas etnis.
Bagaimana, sudah di-check mark semua, mommies? Kalau ternyata jumlah check mark-nya tidak sampai 50% dari semua poin-poin di atas, nggak ada salahnya mommies berkonsultasi dengan psikolog anak.
Baca juga: Validasi Perasaan Anak dengan 6 Teknik Ini Untuk Redakan Emosi
Sumber:
WebMD.com
firstfiveyears.org.au
APA.org