Sorry, we couldn't find any article matching ''
Orang tua, Lakukan 6 Hal Ini Agar Anak Memaafkan Kesalahan Kita
Saat orang tua membuat anak merasa sakit hati, apa yang bisa dilakukan agar anak memaafkan kesalahan kita? Nomor dua sering kita lupakan.
Sepanjang usia menjadi orang tua, siapa yang tidak pernah berbuat salah? Yakin, nggak ada yang berani acung tangan. Jangan, kan, saya yang anaknya sudah remaja, teman saya yang baru punya anak aja juga mengakui, berbuat salah, walau tanpa sengaja. Dan, kans orang tua berbuat salah pada anak semakin besar dengan bertambahnya usia anak.
Siapa yang tidak pernah adu mulut dengan anak remajanya? Saat anak menunda-nunda mengerjakan tugas, membantah, mengacuhkan, menolak instruksi, dan perilaku sulit lainnya (yang sungguh menguji emosi), pasti kita gampang tersulut. Tak jarang, saat kita terpancing, keluar kata-kata yang menyakiti perasaan anak.
Dalam kasus saya, saya sering kesal melihat anak memegang handphone terlalu lama, karena dalam benak saya, pastilah ia nonton Youtube atau game. Jadi, ketika suatu kali saya tegur, ia tersinggung. “Ibu, aku sedang jawab WA dari guru.” Atau “Aku sedang diskusi tugas sama teman-teman.” Saya menyesal karena intonasi saya yang tinggi. Mungkin lain situasinya jika saya menegurnya dengan kalem atau menanyakan terlebih dahulu, apa yang sedang ia lakukan?
Melihat wajahnya kesal dan moodnya ambyar, saya jadi merasa bersalah. Situasi jadi canggung, antara tetap menunjukkan ketegasan dan wibawa atau…minta maaf? Berdasarkan pengalaman saya, beberapa tip berikut ini bisa membantu kita mengambil keputusan terbaik, saat kita berbuat salah agar anak memaafkan kita
Baca juga: 5 Tanda Kita Sebagai Orang tua Terlalu Keras pada Anak
1. Ambil napas dalam, lalu hembuskan perlahan
Sebelum bertindak, pastikan sistem saraf kita tenang. Dalam otak kita ada bagian yang dinamakan sistem limbik, berperan untuk menghasilkan emosi. Logika kita tidak akan berjalan bila sistem limbik ini tidak bekerja. Sistem saraf akan kembali normal apabila kita tidak sedang dalam ketegangan. Lakukan beberapa saat sampai kita tenang kembali.
2. Buat permintaan maaf yang tulus dan sepenuh hati, dan bahwa kita bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan kita
Ada saran menarik dari Cameron Kleimo, parent coach dan psikolog, yang mengatakan, saat meminta maaf, orang tua seringkali menggunakan kata ‘tapi’, ‘soalnya’, ‘makanya’. Contohnya begini,
“Maaf ibu teriak, TAPI kamu sih, nggak mau dengerin, kan ibu udah bilang, adiknya jangan dipukul.”
"Maaf ibu marah. Coba kalau kamu mau dengerin dan enggak teriak gitu, ibu nggak akan terpancing emosi.”
“Habis, kamu seringnya dipanggil nggak nyahut. Kalau pegang hape, pasti buat main. Makanya ibu marah.”
Menurut Cameron, permintaan maaf yang tulus tidak menggunakan kata-kata ‘tapi’, ‘habis…”, dan sebagainya.
Ini menunjukkan, orang tua tetap menyalahkan anak dan tidak menunjukkan penyesalan.
Permintaan maaf yang benar memiliki lima komponen:
1. Bertanggung jawab penuh atas peran kita dalam konflik.
2. Memberikan penjelasan yang jujur tentang perilaku kita.
3. Menempatkan diri kita pada posisi orang lain.
4. Mengomunikasikan empati atas pengalamannya.
5. Mengekspresikan penyesalan yang tulus atas tindakan kita.
3. Tanyakan responsnya
Setelah meminta maaf, tanyakan pada anak bagaimana perasaannya? Apakah dia merasa takut saat kita berteriak? Sedih? Marah? Miliki rasa penasaran tentang apa yang dipikirkan anak agar ia mau mengungkapkan perasaannya. “Sebaiknya, tahan keinginan untuk membantah, menjelaskan, atau menyela. Praktikkan mendengarkan secara aktif dengan merefleksikan kembali apa yang Anda dengar dan validasi pengalamannya,” saran Cameron.
4. Jelaskan pada anak bahwa kita tidak sempurna, bisa melakukan salah, dan yang terpenting mau memperbaiki kesalahan
Setiap orang punya proses masing-masing untuk menjadi versi lebih baik dan tidak pernah lepas dari berbuat salah. Jadikan pengalaman ini sebagai pelajaran untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Kita adalah role model anak, sehingga cara kita menangani masalah dan menebus kesalahan, akan menjadi teladan juga buat anak.
5. Sentuh dan peluk
Sentuhan fisik adalah cara terbaik agar kita dapat terhubung kembali dengan anak. Pelukan hangat dapat menghilangkan perasaan negatif yang muncul selama interaksi yang menegangkan. Kontak fisik yang lembut melepaskan hormon oksitosin yang meningkatkan kepercayaan dan keamanan. Saat kita menyentuh lembut, memeluk, dan mencium anak, mereka diyakinkan bahwa kita selalu ada untuk mereka, apa pun yang terjadi.
6. Let go
Sudah minta maaf, sudah memeluk anak, inilah saatnya untuk melepaskan. Tidak perlu memaksa anak untuk memaafkan saat itu juga. Tidak perlu juga menyalahkan diri sendiri terus menerus. Jika anak masih manyun atau tantrum, beri waktu sampai ia tenang dan memaafkan.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS