Memahami Parental Burnout dan Cara Mengatasinya

Parenting & Kids

Sisca Christina・18 Feb 2021

detail-thumb

Orang tua juga bisa kelelahan dan kehabisan daya, hingga merasa nggak tahan lagi berperan sebagai orang tua. Pahami gejala parental burnout dan cara mengatasinya.

Iya, menjadi orang tua itu adalah karunia indah. Namun, mommies pasti setuju kalau menjalani peran orang tua itu nggak selalu seindah penampakan postingan influencer di Instagram. Kebahagiaannya sebanding dengan kesulitannya. Pada titik tertentu, orang tua bisa mengalami kelelahan yang luar biasa dalam perjalanannya mengasuh anak. Kondisi ini disebut sebagai parental burnout.

Profesor Moïra Mikolajczak dari Universitas Louvain di Belgia telah meneliti soal parental burnout ini. Menurutnya, parental burnout adalah sindrom kelelahan akibat terlalu lama terpapar stres dalam perannya sebagai orang tua, dan tidak adanya sumber daya yang cukup untuk mengimbangi efek stres. Kelelahan ini mencakup fisik, mental dan emosional.

Menurut Dr. Amy Imms, pendiri The Burnout Project dan penulis Burnout Your First Ten Steps, orang tua yang berada dalam situasi tertentu misalnya orang tua tunggal, mengasuh anak berkebutuhan khusus, orang tua dengan masalah mental masa lalu atau saat ini, orang tua dengan kecenderungan perfeksionis, dan mereka yang terisolasi secara sosial tanpa dukungan praktis atau emosional, lebih berisiko untuk mengalami parental burnout.

Tanda-tanda parental burnout

Penyebab burnout antara orang tua yang satu dengan yang lainnya bisa sangat berbeda, dan bisa dipengaruhi oleh karakter pribadi orang tua, kondisi fisik dan mental yang masing-masing yang berbeda-beda pula.

Dari situs Firstfiveyears, ada empat gejala khas dari parental burnout dan terjadi dalam urutan berikut menurut Dr. Mikolajczak.

  • Kelelahan, dimanifestasikan orang tua dalam bentuk emosional (perasaan tidak mampu atau tidak sanggup lagi), kognitif (perasaan tidak lagi bisa berpikir dengan rasional), dan/atau kelelahan fisik.
  • Hilangnya sukacita dalam pengasuhan.
  • Menjauhkan emosi dari anak-anak. Saking terlalu lelah, orang tua merasa kehabisan energi untuk bonding dengan anak, dan hanya melakukan kewajiban ala kadarnya saja.
  • Orang tua menyadari bahwa mereka bukan lagi sosok orang tua yang mereka impikan dulu.
  • Semua gejala ini pada akhinya menimbulkan perasaan aneh, bersalah dan malu pada orang tua.

    Dampak parental burnout

    Adanya stigma bahwa menjadi orang tua itu hal yang menyenangkan, anugerah yang patut disyukuri, tugas mulia, sehingga pantang bagi orang tua untuk berkata lelah, sulit, repot dan mengeluh, membuat orang tua merasa malu atau takut mengakui kelelahan yang mereka alami. Padahal, ibarat baterai, orang tua juga punya daya yang bisa habis dan perlu di-recharge.

    Jika tidak diatasi segera, parental burnout bisa membawa dampak serius bagi dirinya sendiri, pasangan dan anak-anak.

    Bagi orang tua yang mengalami kelelahan

    Orang tua yang dalam kondisi ini, umumnya mengalami gangguan tidur, masalah kesehatan, gangguan konsenstrasi, konsumsi alkohol dan lain sebagainya. Secara emosional bisa menjadi mudah tersinggung, mudah cemas, depresi, sulit berempati, dan jadi menarik diri secara sosial.

    Bagi pasangan

    Andak jadi lekas marah dan melampiaskannya kepada pasangan. Konflik rumah tangga jadi meningkat. Selain itu, Anda juga jadi melimpahkan tanggung jawab sebagai orang tua kepada pasangan. Biasanya, kelelahan saah satu orang tua akan menjadi kelelahan bagi pasangannya juga.

    Bagi anak-anak

    Anak-anak akan merasakan penelantaran dan kekerasan dari orang tua. Kebutuhan emosional anak diabaikan, diikuti kekerasan verbal, dan sangat mungkin mengalami kekerasan fisik dari orang tua jika tingkat kelelahannya parah. Orang tua jadi lebih sulit bersabar kepada anak dan kurang telaten dalam memenuhi kebutuhan anak. Pada akhirnya, orang tua akan kehilangan momen bonding dengan anak, dan gagal menjadi teladan yang positif bagi anak-anak.

    Baca juga: 8 Kesalahan yang Membuat Momen Orangtua Bonding dengan Anak Gagal Total

    Cegah dengan merawat diri dan mencari bantuan

    Meski kondisi ini terdengar berat, namun bisa diatasi dengan perawatan diri dan dukungan dari pihak luar. Jangan takut dicap egois ketika mommies merasa perlu mengambil waktu sejenak untuk merawat diri. Malahan, ini penting untuk mencontohkan kepada anak kehidupan dewasa yang sehat. Pergilah ke salon, lakukan pijat dan spa, yoga, meditasi rutin, menonton film, liburan ke alam bebas, lakukan pertemuan-pertemuan dengan komunitas baik via daring maupun langsung.

    Merawat diri punya peran penting dalam menjaga kesehatan dan kestabilan psikologis orang tua. Nggak lain, itu demi bisa merawat anak-anak dengan lebih baik.

    Bila perlu, mintalah bantuan pada orang lain. Misalnya, curhat kepada sahabat yang dipercaya, mengecek kondisi kelelahan kepada dokter, atau berkonsultasi ke psikolog untuk mendapat penanganan yang tepat. Mungkin masalah nggak akan langsung selesai, tapi bisa mengurangi rasa lelah yang dirasakan.

    Jangan lupa, lepaskan sedikit demi sedikit tekanan yang dirasakan. Perlambat sedikit laju Anda, nggak semua pekerjaan harus beres dalam sekali waktu. Longgarkan sedikit harapan-harapan, nggak perlu menjadi sama seperti orang lain. Cobalah untuk tidak merasa bersalah dan ingatkan diri bahwa Anda bisa menjadi orang tua yang lebih baik.

    Jika mengalami burnout dalam pekerjaan atau hal lainnya, mungkin mommies bisa mempertimbangkan untuk resign. Tapi, dalam parental burnout, separah apapun kondisi kita, nggak mungkin kita berhenti jadi orang tua. Dukungan yang tepat dari pasangan dan pihak lain, bisa memperbaiki keadaan jadi lebih baik. You are not alone, so, hang in there mommies!

    Baca juga: 

    8 Hal yang Perlu Diingat Ayah & Ibu Saat Membesarkan Anak

    10 Tanda Orang Tua Tidak Menghargai Anak