Dehidrasi bisa terjadi pada bayi di bawah 6 bulan, yang masih ASI. Berikut tanda bayi dehidrasi dan cara mengatasinya.
Salah satu hal yang paling sering ditanyakan oleh ibu baru pada diri sendiri adalah ....“ASI-ku cukup, nggak, ya?” Ada rasa khawatir kalau si kecil kekurangan asupan ASI. Karena faktanya memang bayi bisa mengalami dehidrasi.
Pada umumnya, bayi akan menangis ketika ingin menyusu atau memberikan tanda berupa gerakan tangan ke arah mulut, yang artinya ia mencari puting ibu. Saat bayi sudah memberikan tanda bahwa ia ingin menyusu, sebaiknya langsung berikan saat itu juga, karena ia bisa saja mengalami dehidrasi, yaitu suatu kondisi di mana ia tidak mendapatkan cukup cairan di dalam tubuh.
Tubuh bayi sendiri 75% -nya adalah air, dan ketika ia berkeringat, menangis, buang air kecil, buang air besar, bahkan bernapas, maka cairan di dalam tubuhnya akan berkurang. Itulah sebabnya demand bayi akan ASI sangat tinggi. Namun, tidak semua bayi langsung menangis saat haus, yang membuat ibu perlu menerapkan jadwal konsisten dalam menyusui, 2-3 jam sekali.
Dari lansiran Whattoexpect.com, berikut beberapa tandanya:
Bayi yang dehidrasi dapat ditandai dengan urin berwarna lebih pekat, kuning tua atau oranye. Selain itu, frekuensi BAK yang berkurang, ditandai oleh penggunaan popok kurang dari dalam waktu 24 jam, atau popoknya kering selama 2-3 jam.
Wajah bayi juga bisa menandakan tubuhnya kekurangan cairan, matanya sayu dan cekung, menangis tanpa air mata, kulitnya tampak kering dan kendur, dan bibir pecah-pecah.
Tanda lain yaitu berupa fontanel atau titik lunak di atas kepalanya yang cekung, seperti tertekan.
Bayi terlihat lemas dan mengantuk terus, pada beberapa bayi menjadi sangat rewel, tangan dan kakinya dingin dan timbul bercak.
Baca juga: 8 Tanda Bayi Stress
Pada bayi baru lahir, pemicu utamanya adalah ia tidak mendapatkan ASI yang cukup, karena satu-satunya sumber cairan yang ia dapat hanyalah melalui ASI. Tidak cukupnya ASI yang masuk juga bisa terjadi karena beberapa hal, seperti saat bayi menolak payudara atau pemberian ASIP dari botol, hidungnya tersumbat, adanya gangguan di pencernaan seperti muntah dan diare, yang biasanya terkait dengan makanan yang dikonsumsi ibu, serta paparan panas seperti cuaca ekstrim atau suhu yang tinggi, maupun paparan sinar matahari yang berlebihan.
Salah satunya dengan memastikan bayi rutin menyusu. Namun, bila karena satu dan lain hal bayi menolak menyusu, maka sebaiknya jangan menunda untuk membawanya ke dokter, agar dokter bisa mencari tahu penyebabnya. Frekuensi BAK dan tampilan urin dapat menjadi tanda awal dehidrasi yang sebaiknya segera ditindaklanjuti, bahkan sebelum tanda-tanda lain muncul, karena artinya, bayi tidak membaik juga.
Penanganan dokter berupa pemberian cairan rehidrasi maupun obat-obatan mungkin diperlukan, mengingat penyebab bayi mengalami dehidrasi bisa lebih dari sekadar kekurangan ASI, salah satunya ketika bayi mengalami masalah pada saluran pencernaannya.
Baca juga: Mengenal Kolik pada Bayi Baru Lahir