Mengetahui value dan standar diri merupakan salah satu bentuk self love yang membuat Monica bisa menjalani hidup seperti sekarang ini.
Monica Amadea (24 tahun) dikenal sebagai salah satu entrepreneur muda yang mengawali usahanya saat menjalani
kuliah. CEO dari @monomolly.id sekaligus influencer ini berbagi cerita dengan Mommies Daily bagaimana cerita masa kecil hingga remajanya dulu yang membentukya menjadi sosok pekerja keras namun penuh cinta. Simak yuk hasil obrolan kami dengan Monica…
- Full of love
- Gigih atau rajin
- Tidak pendendam dan mudah memaafkan
- Saya dibesarkan oleh orangtua yang memang penuh dengan cinta serta kehangatan. Orangtua selalu memberi contoh, bagaimana menggunakan kalimat-kalimat baik, penuh kasih sayang. Sehingga saya tumbuh besar dengan banyak dukungan.
- Kalau dari orangtua mungkin nggak ya, saya pribadi memang ambisius dan selalu ingin memberikan yang terbaik dalam setiap hal yang dilakukan.
- Mami dan almarhum papi selalu memberi contoh bagaimana menjadi manusia baik hati. Intinya, orangtua selalu memberi teladan dan contoh nyata sehingga mudah bagi saya mengikutinya.
Buku pertama yang saya baca saat kuliah: The Subtle Art of Not Giving a F*ck. Ini buku bagus banget sih. Dulu saya tipikal orang yang selalu peduli dengan apa yang dikatakan atau dipikirkan orang lain. Setelah membaca buku ini, saya jadi paham bahwa orang lain nggak sepeduli itu bahkan sama kita. Jadi sekarang I don’t really care what people say, I just care what my family says dan Tuhan tentunya. Kayak, kalau Tuhan mengizinkan dan ini membuat saya tenang, saya akan lakukan. Saya lebih peduli apa kata Tuhan.
Yang ingin saya contoh: Membesarkan anak always full of love sehingga anak saya menjadi product of love. Karena dari apa yang sudah saya rasakan, saya dari kecil selalu didukung, disayang, diberikan sentuhan fisik, dipeluk, dicium. Orang tua full support banget deh dan mereka tidak pernah meremehkan apa pun yang anak-anaknya lakukan.
Nah, mungkin yang nggak mau saya contoh dari mami papi, selama ini kan saya bagus di bidang yang memang saya suka dan orang tua mendukung. Tapi seperti, saya nggak cekatan urusan rumah, orang tua saya membiarkan, hasilnya sekarang saya cenderung nggak paham apa-apa tentang urusan rumah. Saya nggak mau anak saya seperti itu. Saya akan menyuruh anak saya mencoba apa yang mereka tidak suka.
Always be kind, jadi orang pemaaf, biasakan rendah hati dan menolong orang lain yang membutuhkan. Jadi ketika sekarang kondisi ekonomi saya membaik dibanding dulu, ya saya tetap Monica yang dulu, karena saya tahu rasanya susah.
Saya mencari pasangan yang juga paham tentang pentingnya kasih sayang saat membesarkan anak. Mencari laki-laki yang mau menjadi tim di dalam urusan parenting.
Saya belajar mengetahui my worth, my standard. Contoh sederhana, saya nggak akan mencari pasangan yang akan membuat saya merasa minder. Saya mencari pasangan yang mampu menghargai saya sama seperti saya menghargai diri sendiri.
Baca juga: