Agar Anak Tumbuh Menjadi Manusia Baik, Ajarkan Mereka Hal Ini!

Etc

Ficky Yusrini・27 Jan 2021

detail-thumb

Untuk membesarkan anak menjadi pribadi yang baik hati, dimulai dengan mengajarkan kemampuan mengendalikan emosi.

Dalam perjalanan hidup, akan ada banyak situasi dan pengalaman yang memunculkan emosi yang intens. Berebut mainan, jatuh dari sepeda, kalah dalam pertandingan, menghadapi teman nakal, dan sebagainya. Tak jarang, yang kita anggap situasi sepele, namun respons anak kadang tidak bisa diduga. Respons seperti tantrum, kemarahan, kesedihan yang berlebihan, stres, atau jatuhnya kekerasan, adalah hal-hal yang paling ditakuti para orangtua.

Penelitian dalam perkembangan otak menunjukkan bahwa pada anak, korteks prefrontal — area utama otak yang membantu kita mengelola emosi — adalah bagian terakhir dari otak yang berkembang sepenuhnya. Bagian otak tersebut belum mencapai kematangan penuh sampai pertengahan dua puluhan! Itulah kenapa, mengelola dan mengendalikan emosi bukanlah hal yang mudah bagi anak-anak. Menurut American Journal of Public Health, mengajarkan keterampilan sosial dan emosional (atau popular dengan istilah social and emotional learning atau SEL) juga perlu diterapkan di sekolah-sekolah.

Menurut sebuah artikel di Parents Magazine, sekolah yang menggunakan pendekatan SEL, terbukti menunjukkan kaitan antara rendahnya tingkat putus sekolah dan kenakalan remaja. Orangtua, sebagai pendidik utama anak di rumah, perlu memahami apa saja yang bisa dilakukan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan emosional ini pada anak sejak usia dini.

Kenali kapan anak menunjukkan kesulitan mengendalikan emosi dan bagaimana mereka menunjukkannya?

Pada sebagian anak, mungkin bentuknya tantrum, kemarahan yang tidak terkendali yang muncul lewat teriakan, bentakan, atau jeritan. Misalnya, saat anak tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, sebagai bentuk protes atau kekecewaan. Pada anak lain, bisa jadi ia tidak bisa mengelola emosi pada situasi senang yang berlebihan. Anak menjadi hiperaktif, berlarian, berlompatan, atau menunjukkan sikap yang tidak sadar bahaya. Di sekolah, gesekan dengan teman, menghadapi guru yang keras, ataupun kegagalan dalam nilai, juga bisa membuat emosi anak bak roller coaster. Dengan mengamati kapan momen-momen ini muncul pada anak, Anda dapat membantu mereka mencari solusi.

Tanggapi Emosi, Bukan Kata-Kata

Anak-anak dapat mengalami ledakan emosi dan meneriakkan kalimat yang menyakitkan, seperti, "Kenapa aku selalu disalahin terus!” “Ibu lebih sayang sama adik!” “Ayah kejam!” Apa yang Anda lakukan jika anak Anda mengatakan hal seperti itu? Jika kitanya juga tidak bisa mengelola emosi, akhirnya malah terpancing menanggapi pernyataan tersebut. Butuh ketenangan ekstra untuk tidak terpancing menanggapi kata-kata anak.

Baca juga: Orang tua Stop Katakan 7 Kalimat Ini ke Anak

Validasi Perasaan Anak untuk mengajarkan mereka mengendalikan emosi

Anak belum bisa memahami emosinya sendiri. Peran kita, membantu anak mengenali emosinya. Sesederhana mengatakan, "Aku tahu pasti sedih rasanya kalau mainanmu direbut.” “Aku bisa melihat kamu kecewa karena ini sudah waktunya selesai nonton.” “Kakimu pasti sakit sekali sehabis jatuh tadi, sampai kamu nangis begitu.” Terkadang kita hanya perlu mendengarkan anak sampai ia reda emosinya. Saat melakukan validasi perasaan anak, kita perlu memercayai emosi mereka, memperdalam pemahaman diri mereka, dan memperhatikan reaksi anak. Menyatakan emosi anak dengan nada yang memvalidasi dan empati sangat membantu anak-anak, terutama anak usia dini, yang belum bisa mengungkapkan perasaan mereka secara verbal.

Baca juga: 4 Kebiasaan Orang tua yang Bisa Mematikan Emosi Anak

Mengajarkan manajemen diri

Salah satunya dengan memberi ruang dan kesempatan pada anak agar dia bisa mengelola emosinya sendiri. Biarkan ia mencari cara untuk mengatasi rasa bosan, mengatasi kesulitan, maupun momen-momen untuk menenangkan dirinya sendiri saat ia mengalami emosi negatif. Tahu kapan kita perlu intervensi dan kapan kita bisa menjaga jarak. Anak dengan manajemen diri yang kuat mampu mengatasi stres.

Keterampilan Berhubungan dengan Orang Lain

Berkomunikasi dengan orang lain ada seninya, bantu anak untuk bisa belajar mengungkapkan perasaan dan pikiran kita secara verbal sehingga bisa dipahami oleh orang lain. Anak juga perlu belajar mendengarkan pendapat orang lain. Belajar berkolaborasi dan bekerja sama dalam kelompok, tanpa menuntut selalu menjadi pusat perhatian.

Mampu melayani diri sendiri dan orang lain

Ajarkan anak kemampuan untuk berperilaku yang melayani diri sendiri dan orang lain. Untuk memupuk keterampilan ini, di antaranya dengan melibatkan anak dalam tanggung jawab pekerjaan rumah sehari-hari maupun pekerjaan di sekolah, seperti piket, tugas bersih-bersih, dan sebagainya.

Baca juga: 5 Hal Ini Wajib Dimiliki Anak Untuk Menjadi Tangguh