Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Tanda Orang Tua Tidak Menghargai Anak
Orang tua kadang suka lupa, bahwa sebagai manusia, anak juga butuh merasa dihargai. Berikut 10 tanda orang tua tidak menghargai anak. Semoga kita tidak melakukannya.
Semua orang tua pasti setuju, ingin anak-anaknya mampu menghargai kita sebagai orang tua. Bagaimana dengan anak? Saya yakin, pasti mereka menginginkan hal yang sama: dihargai oleh orang tua atas segala kelebihan dan kekurangannya.
Tapi sayangnya tanpa sadar, kita sering terjebak pada budaya: yang muda harus menghormati dan menghargai yang lebih tua, yang tua? Nanti dulu. Padahal, yang mampu membuat anak-anak belajar menghargai dirinya sendiri dan orang lain, yaitu dengan dia melihat contoh dan cara-cara bagaimana orang tua menghargai mereka.
Maka menurut Belinda Agustya Pawidya Putri, M.Psi, Psikolog Klinis Anak dari Rainbow Castle, ada 10 hal yang menjadi tanda orang tua tidak menghargai anak. Apa saja?
Tidak menyimak saat anak bercerita
Mendengar itu beda dengan menyimak. Mendengar hanya butuh telinga. Kalau menyimak, melibatkan telinga, hati, pikiran dan perasaan. Anak bisa merasakan kalau kita sedang menyimak mereka berbicara atau tidak. Jika kita menyimak dengan baik, respon kita pasti “nyambung” dengan cerita mereka. Orang tua yang bisa meluangkan waktu untuk menyimak anak bercerita tanpa terdistraksi, menunjukkan sikap menghargai anak.
Tidak memberi pujian atas usaha anak
Apa reaksi mommies ketikaanak minta ikutan ngepel tapi rumah jadi banjir? Kalau mommies tetap memberi pujian, tandanya mommies menghargai anak. Terlepas dari hasilnya, kita mau mengapresiasi usaha anak untuk membantu kita. Mengucapkan, "Terima kasih, ya, Nak, sudah berusaha bantu mama bersihin lantai" pasti membuat anak merasa dihargai. Tapi, jangan juga umbar pujian, ya. Terlalu sering memuji bisa membuat anak jadi mudah menyerah.
Judgmental saat anak berbuat salah
Saat anak berbuat salah dan kita berhasil menahan diri untuk nggak buru-buru memberi penilaian sepihak, itu pertanda kita menghargai anak. Anak tidak mengerjakan PR, belum tentu ia malas, bisa saja sedang sakit atau keletihan. Anak memukul temannya si sekolah, bukan berarti ia nakal. Bisa saja ia jadi korban bully. Sikap orang tua yang non-judgmental dan non-labeling membuat anak merasa dihargai.
Baca juga: Jangan Lakukan 7 Hal Ini Saat Anak Berbuat Salah
Tidak berempati pada perasaan anak
Menunjukkan empati dengan bertanya, memeluk, menggendong atau menemani saat anak merasa sedih, marah atau takut, pertanda orang tua menghargai perasaan anak. Andaikan anak sedang menangis, lalu orang tua bilang: “Udahlah, kalau capek nangis juga nanti diam sendiri,” bakal membuat anak semakin kecewa karena merasa diabaikan. Lebih baik katakan: "Kamu sedang sedih, ya, Nak? Mama temani di sini ya sampai sedihnya hilang."
Baca juga: Validasi Perasaan Anak dengan 6 Teknik Ini Untuk Redakan Emosi
Menyepelekan masalah yang dihadapi anak
Sebagai orang dewasa, kita tentu sadar bahwa masalah kecil buat kita, bisa jadi besar buat anak. Jangan gunakan perspektif orang dewasa saat memandang masalah anak. Sesimpel urusan mengupas jeruk buat anak usia 4 tahun, kalau kesulitan, bisa bikin ia kesal. Respon orang tua seperti: “Wah, kamu kesulitan mengupas jeruk ya? Memang awalnya itu nggak mudah, tapi kalau terus mencoba, pasti bisa. Semangat, ya!” membuat anak merasa dihargai.
Tidak sigap membantu saat anak meminta pertolongan
Buat anak, orang tua adalah penolong nomor satu. Memang, kadang ini membuat orang tua overwhelmed. Tapi percayalah, jika anak selalu “lari” ke kita saat butuh pertolongan, itu tandanya anak merasa percaya pada orang tua. Tapi, bukan berarti anak harus selalu ditolong ya! Tetap berikan kesempatan untuk mencoba dahulu. Orang tua cukup berikan clue atau bantuan kecil untuk menopang keberhasilan atas usahanya sendiri.
Mudah mengkritik
Sudah tahu anak nggak begitu pandai menggambar, sewaktu ia menggambar orang dengan bentuk telinga besar sebelah, orang tua mengkritik tajam. Alih-alih merasa dihargai, anak makin males menggambar. Bukan berarti gambarnya dibilang bagus banget juga! Tapi, hindarilah mengkritik secepat kilat. Mengatakan, “Wah telinganya lucu ya, besar sebelah. Pasti telinga yang lebih besar punya kekuatan mendengar super nih. Seperti kamu, yang pandai mendengar mama.” Dijamin, habis itu anak tertawa dan peluk mommies karena sudah merasa dihargai.
Baca juga: 4 Tips Pola Asuh Agar Terhindar dari Sikap Perfeksionis
Tidak ikut tertawa atas lelucon yang anak anggap lucu
Lagi-lagi, jokes anak dengan orang dewasa pasti beda. Buat kita garing, buat anak itu lucu banget! Entah itu tontonan, candaan, coretan yang mau ia tunjukkan pada kita, dengan tujuan untuk tertawa bersamanya, maka tertawalah! Nggak cuma anak yang akan merasa dihargai, mommies pun pasti senang melihatnya riang.
Tidak menghormati pilihan anak
Mulai usia 2 tahun, anak sudah ingin ikut-ikutan memilih baju yang mau dipakainya. Kadang, baju yang dipilih kurang pantas menurut kita. Menghormati pilihan anak nggak hanya membuatnya merasa dihargai, tapi juga melatih dirinya memgambil keputusan.
Tidak menghormati privasi anak
Buat orang tua yang punya anak remaja, ini penting. Ada kalanya anak merasa butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri. Tenang saja, pasti ia kembali saat sudah siap bercerita. Menghargai privasi anak bukan berarti orang tua hilang pengawasan dan otoritas. Tapi tahu kapan waktu yang tepat untuk memberi ruang.
Orang tua perlu menunjukkan pada anak bahwa kita mampu mencintai diri sendiri dan menghargai usaha-usaha kita untuk terus belajar menjadi orang tua yang lebih baik. Kalau orang tua sudah mampu menghargai diri sendiri dan anak, mereka pun belajar menghargai orang lain. Nggak usah jauh-jauh, pasti kita jadi orang pertama yang mereka hargai.
Baca juga: 8 Hal yang Perlu Diingat Ayah & Ibu Saat Membesarkan Anak
Share Article
COMMENTS