4 Fakta Tentang Kadar Oksigen di dalam Darah

Self

RachelKaloh・11 Dec 2020

detail-thumb

Ketika kadar oksigen di dalam darah menurun, banyak orang yang tidak menyadarinya, lalu bagaimana kita memastikan kadar oksigen dalam darah kita selalu cukup? Perlukah membeli oximeter?

Bicara tentang kadar oksigen di dalam darah manusia, normalnya ada pada rentang 95-100% atau sekitar 75-100 mmHg. Beberapa waktu lalu, muncul kasus di mana penderita Covid-19 banyak yang tidak menyadari ketika kadar oksigen di dalam darahnya menurun, mereka tidak mengalami kesulitan bernapas. Istilah ini disebut dengan happy hipoxia

Kita semua tahu, bahwa tubuh membutuhkan oksigen untuk bekerja. Oksigen yang kita hirup melalui udara masuk ke dalam paru-paru, lalu diterima oleh darah untuk disalurkan ke sel-sel di seluruh tubuh. Tentu, kadar oksigen di dalam tubuh harus seimbang supaya kesehatan tubuh bisa optimal secara menyeluruh. Lalu, apa yang terjadi bila kadar oksigen dalam darah kita rendah?

Baca juga: Happy Hipoxia, Gejala Covid-19 yang Tidak Terlihat Namun Sangat Berbahaya

Hipoksia dan Hipoksemia: Ketika kadar oksigen dalam darah rendah

Hipoksia adalah suatu kondisi di mana jaringan tubuh memiliki kadar oksigen yang berada di bawah batas normal. Kondisi ini disebabkan oleh hipoksemia, yaitu kadar oksigen di dalam darah lebih rendah dari kadar yang seharusnya. Pada keadaan normal, oksigen yang seharusnya terkandung di dalam darah adalah 75-100 mmHg, bila kadar oksigen di tubuh seseorang di bawah 60 mmHg, maka kemungkinan besar ia mengalami hipoksia. 

Keadaan ini tentu berbahaya karena artinya darah tidak dapat membawa cukup oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Fungsi normal tubuh pun dapat terganggu, termasuk fungsi otak, hati, jantung, dan organ lainnya. 

Gejala yang dialami ketika kadar oksigen mulai rendah

Pada umumnya, ketika kadar oksigen di dalam tubuh mulai rendah, seseorang akan mengalami:

  • Napas yang lebih pendek atau sesak napas karena saat itu paru-paru sedang memberi respons bahwa ia tengah berusaha lebih keras untuk mengingkatkan kadar oksigen dalam darah
  • Detak jantung lebih cepat, yang merupakan reaksi jantung ketika kekurangan kadar oksigen yang seharusnya tersebar ke seluruh tubuh. 
  • Nyeri dada karena jantung tidak menerima cukup oksigen.
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Kebingungan
  • Gelisah
  • Dalam keadaan yang lebih parah, fungsi otak bisa terganggu yang membuat perhatian menurun serta disorientasi. Sementara pada jantung, hipoksemia berat dapat menyebabkan detak jantung dan tekananan darah menurun. Hipoksemia yang parah bisa menyebabkan koma bahkan kematian. 

    Siapa yang bisa mengalami hipoksia?

    Pada beberapa orang yang memiliki masalah kesehatan yang berkaitan dengan jantung dan pernapasan, seperti penyakit asma, bronkitis dan serangan jantung, memang lebih berisiko mengalami kondisi ini. Hipoksia juga kerap terjadi pada orang dengan anemia, di mana kadar hemoglobinnya rendah sehingga darah tidak dapat menyerap oksigen dengan baik. Begitu juga ketika seseorang mengalami masalah pada sistem metabolismenya, di mana organ-organ tubuhnya tidak dapat menyerap oksigen dari darah dengan baik. Pada kasus Covid-19 belakangan ini, orang tanpa riwayat masalah kesehatan yang berkaitan dengan jantung pun dapat mengalami happy hipoxia. 

    Dapatkah kita mengukur kadar oksigen dalam darah sendiri?

    Seperti yang dilansir Detik Health beberapa waktu lalu, karena tingginya kasus happy hipoxia pada pasien Covid-19, dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr Adria Rusli, SpP(K) menyarankan masyarakat untuk mendeteksi gejala happy hipoxia dengan pulse oximeter. Harga yang dijual sangat beragam, mulai dari Rp. 40 ribuan sampai dengan 120 ribuan. Alat tersebut dapat mengukur kadar oksigen di jaringan dengan cara sederhana, cukup ditaruh saja di ujung telunjuk jari. Melalui sensor pada oximeter, akan terlihat kadar oksigen di dalam jaringan tubuh kita. Angka yang keluar merupakan angka saturasi oksigen. 

    Namun, menurut penjelasan dr Adria, pulse oximeter hanya dapat digunakan sebagai alat deteksi dini gejala happy hipoxia Covid-19, karena alat tersebut tidak dapat mendeteksi kadar oksigen di dalam darah. “Ujung jari itu kan paling jauh dari jantung, jadi peredaran darah di ujung jarilah yang merepresentasikan seluruh jaringan, namun kalau kadar oksigen di dalam darah, sih, tidak bisa, harus pakai AGD atau Analisa Gas Darah,” tuturnya. 

    Kalau dari cara kerja oximeter, tentu bisa kita percaya, namun ingat, hanya sebatas mengukur saturasi oksigen, tidak bisa secara detil memberikan kita keterangan mengenai cukup atau tidaknya kadar oksigen di dalam darah. Dr Adria juga lebih menekankan penggunaan pulse oximeter pada pasien Covid-19 sehubungan dengan banyaknya kasus happy hipoxia. Karena pada dasarnya, seseorang akan mengalami sesak napas, gelisah, jantung berdebar kencang ketika kadar oksigen dalam darahnya menurun.

    Baca juga: Penyebab & Cara Mengatasi Tekanan Darah Rendah pada Ibu Hamil