Ha? Para ayah ada yang suka nonton drakor alias drama Korea? Laki-laki? Senang nonton drakor? Yang bener? Nggak banci, kan?
Langsung, deh, berjuta pertanyaan keluar tanda tak percaya. Ternyata ada, lho. Saya berhasil menemukan tiga orang ayah yang bersedia ngobrol-ngobrol sama saya, kenapa mereka suka drakor. Jawaban-jawabannya menarik dan cukup mengejutkan.
Ya ampuuun, seandainya suami-suami punya pikiran kayak mereka ini, yang ada nobar melulu, deh, kita nonton drakor.
Plot cerita dan eksekusi yang menarik
Ayah Fahry Mando mengatakan bahwa plot cerita drama Korea, tuh, ternyata menarik banget. Mereka sangat piawai mengembangkan cerita tanpa mengada-ada. Sarat pesan juga, seperti bagaimana seharusnya mencintai seseorang, menyemangati teman, romantisme yang dibungkus dengan cara platonik. “Saya orangnya romantis soalnya, hahahaha.”
Senada dengan Fahry, menurut Ayah Bonifacius Nugeraha dan Yudistira, selain plot cerita yang nggak dipanjang-panjangin, saat drama diekskusi, mulai dari detil, hingga pemilihan karakter dipikirin banget. “Ya, jangan dibandingin sama Indonesia, deh, ya. Drama atau film Korea, sih, udah bisa banget disandingin sama produksi Hollywood,” terang Boni.
“Mereka menggunakan kaidah estetika dalam unsur sinematografinya. Kostum pemain juga pas, pemilihan setting, props, dan art, nggak seadanya,” terang Fahry. Jadi drakor bebas kegagalan art dari shooting yang nggak perlu. Wew, kalau para ayah bahas drakor, berat, nih, diskusinya.
Yang dilihat ceritanya bukan siapa pemainnya
Para ayah lebih mementingkan tema cerita dan eksekusi dari drama Korea. Kalau menarik hati, bagus, bikin penasaran, nggak melulu soal cinta-cintaan, pasti ditonton. Beda sama kebanyakan mommies yang mementingkan visual aktor dan aktrisnya. Ngaku, deh, mau kayak apa pun ceritanya, kalau Hyun Bin yang main, buciners setia menonton, kan? Hahaha...
“Kalau saya yang paling penting less drama yang nggak penting. Lucu boleh, action oke, drama nggak masalah, selama masih masuk akal dan nggak menye-menye,” jelas ayah Boni.
Menolak drama romantic comedy
“Jadi gini, pada dasarnya kita, tuh, cowok. Harus diakui, kebanyakan dari kita nggak sesensitif perempuan. Lebih mengutamakan logika daripada perasaan. Sementara drama romcom mengandung 70% estrogen. Hahahaha…” papar ayah Fahry. Jadi, ya, sudah pasti sebagai individu berhormon dominan testosteron, nggak bakal suka sama drama romantic comedy.
Pun ayah Boni punya alasan yang mirip. “Ya, kalau saya, sih, drama juga suka. Tapi memilih yang nggak 100% cinta-cintaan. Action, komedi, sedikit bumbu percintaan, akan saya tonton.” Jadi paham, ya, mommies, kalau ngajak nonton drakor pak suami, nontonnya sebangsa The Voice, Signal atau Vagabond. Jangan Why Secretary Kim :)))
Melancarkan komunikasi dengan istri
Menarik ketika ayah Fahry mengemukakan alasan, bahwa dengan menonton drama Korea, membuat komunikasi dengan istri jadi lebih lancar. “Kalau ngomong jadi nyambung, gitu. Ini juga salah satu cara saya mendekatkan diri sama dia, mencoba mengerti yang dia sukai apa. Walau pun awal-awal sempet saya ledekkin, sih, ternyata pas diseriusin nonton, ya, ampun, nggak kaleng-kaleng, ya, isinya.”
“Terkadang cerita di drama itu pun bisa jadi bahan introspeksi kita sebagai orangtua. Contohnya waktu nonton 18 Again. Duh, kita berdua ketohok banget, sih, sama temanya. Jadi belajar, gimana sebaiknya suami istri, tuh, berkomunikasi yang sehat,” papar Fahry lagi.
Boni sendiri pun mengakui, awal mula nonton drama Korea, ya, karena diajak nonton bareng istri. “Ya, saya pikir nggak ada salahnya dicoba. Nonton bareng, kan, enak juga. Ternyata seru juga, ya, kalo nonton drama yang tepat.”
Nggak merasa kelelakiannya terusik
3 ayah ini nggak ada satupun yang merasa kelelakiannya terusik hanya karena nonton drakor. “Saya, tuh, biasa nonton film Asia dari kecil. Dari mana pun drama atau film itu berasal, selama menurut saya bagus pasti saya tonton. Mulai dari film Cina, drama Korea, film India pun saya tonton. Makanya lihat-lihat ceritanyalah,” terang Yudis.
Yudis dan Boni pun satu suara, ketika ditanya kenapa, sih, ada pria yang malu atau enggan nonton drama Korea. “Bisa jadi karena Korea identik dengan favoritnya perempuan,” kata Boni. “Atau bisa juga karena hiburan dari Korea dianggap sama dengan Kpop, atau boyband yang di mata pria, kok, begini amat sih dandanannya. Padahal Kpop, boy band itu jauh beda dengan drama Korea,” tutup Yudis.
Rekomendasi drama dari para ayah
Seperti tadi yang sudah dijelaskan, jangan harap ada drama romantic comedy yang direkomendasikan. Berikut ini beberapa judul drama yang mungkin bisa dijadikan panduan saat ngajak nonton suami. Itaewon Class, Vagabond, dan Start Up merupakan 3 teratas yang disebut. 18 Again, Reply 1988 dan Prison Playbook adalah drama keluarga yang juga direkomendasikan para ayah ini. Oiya, drama lama macam Coffee Prince juga termasuk bagus dan layak tonton.
Baca juga:
Pelajaran Sebagai Orangtua dari Drakor Record of Youth
5 Rekomendasi Drakor Ongoing Bulan Ini
5 Sosok Mertua di Drakor yang Jadi Kesayangan