Baru ini, deh, drakor yang bikin saya nggak bisa menentukan pilihan. Terombang-ambing di antara dua pilihan. Ini dia review drakor Start Up.
Ada yang lagi nonton drakor Start Up? Siapa yang langsung jatuh cinta sama chemistry Han Ji Pyeong dan Nenek Dal Mi? Yang merasa bersalah karena langsung salfok sama second lead Han Ji Pyeong siapa, hayo! Saya (nggak tahu malu), ngacung tinggi-tinggi. Kharisma dan lesung pipitnya teruwu banget,. Penumpang kapal oleng kapten! Tim Ji Pyeong atau tim Do San, nih, kita?
Wait, wait, kita di sini nggak akan cuma membahas second lead syndrome dan sebaiknya Seo Dal Mi berakhir sama siapa. Tapi more than that. Karena drama Korea satu ini ternyata mengajarkan banyak hal, terutama tentang sibling rivalry, arti keluarga, serta bagaimana mengembangkan bisnis buat pemula. Ini dia review drakor Start Up.
Baca juga: Pelajaran Sebagai Orangtua dari Drakor Record of Youth
Orang-orang memang keburu kesal melihat perlakuan In Jye terhadap Dal Mi. Kok, kakak begitu amat, sih? Mulai dari status sosial, hingga pilihan hidup In Jye ingin membuktikan kalau dia lebih segala-galanya dibanding Dal Mi. Eits, tapi Dal Mi juga bukan karakter ala Cinderella yang nrimo aja. Dal Mi juga melawan, melakukan berbagai cara supaya bisa terlihat hebat di mata In Jye dan eomma Dal Mi. Padahal ketika kecil dulu mereka saling sayang, lho. Dal Mi nggak bisa hidup tanpa In Jye, begitupun sebaliknya. Lantas apa yang salah?
Memilih bercerai bisa jadi pilihan terbaik bagi pasangan suami istri. Tapi tentu efeknya juga harus dipikirkan, terutama ketika memiliki anak. Menyuruh anak memilih ikut siapa, lantas kalau nggak dipilih ditinggal begitu saja, nggak ditengok-tengok, tentu bukan tindak bijaksana. Memisahkan anak dengan ayah atau ibunya setelah bercerai bukan jawaban. Apa lagi dalam kasus In Jye dan Dal Mi, mereka dipisah ‘paksa’. Yang tadinya lengket banget kayak jempol dan telunjuk kena lem Fox, kini dipisahkan laut dan benua.
In Jye jadi pongah dan angkuh mungkin juga karena luka masa lalu. Bertahun-tahun nggak bisa ketemu appa dan Dal Mi. Apa nggak sedih? Pelan-pelan sifat negatif itu ia bangun, bisa jadi untuk membentengi dirinya sendiri. Dal Mi juga punya semacam dendam sama ibunya. Ingin membuktikan diri kalau dia juga bisa sehebat In Jye. Siapa, sih, yang nggak sakit hati kalau ibu kelihatan lebih sayang jauh sama saudara sendiri. Walaupun tanpa Dal Mi sadari, eomma Dal Mi juga perih banget nggak bisa ketemu anak sekian belas tahun. Sadar nggak? Perceraian yang mengedepankan ego malah akan melukai banyak hati.
Baca juga: 5 Kampanye Kebaikan dari Drakor
Ketika takdir sudah menentukan kita lahir sebagai anak yatim piatu, ya, mau bilang apa? Tapi nggak ada yang bisa memungkiri kalau semua orang itu pasti merindukan kehangatan keluarga, disadari atau tidak. Layaknya Han Ji Pyeong, dari kecil nggak ngerti rasanya disayang. Nggak tahu bagaimana harus empati, karena nggak ada keluarga yang ngajarin. Nggak kenal sama yang namanya kebersamaan, karena besar di panti asuhan. Begitu ketemu nenek Dal Mi, segala sikap pahit Ji Pyeong terhadap kehidupan bisa berubah. Ji Pyeong jadi menghangat karena nenek Dal Mi tanpa pamrih sayang sama dia.
Kalimat nenek Dal Mi yang nggak cuma bikin Ji Pyeong banjir air mata, tapi juga bikin hati penonton berdarah-darah adalah, “Seandainya kita ketemu lebih cepat, tentu aku bisa mengajak kamu piknik, main Go Stop. Aku mungkin nggak bisa jadi orangtuamu, tapi aku bisa jadi nenek tetangga yang bawel.” Aaaack...saya nggak kuat mikirin perasaan Ji Pyeong kalau tahu nenek Dal Mi sakit apa. Plis dong sutradara, tolong jangan dibikin jadi antagonis, ya, si Ji Pyeong. Baru 6 episode, nih, akan banyak hal yang terjadi di 10 episode ke depan.
Baca juga: Drama Korea Tentang Kasih Sayang dan Perjuangan Orangtua
Perjuangan tim Dal Mi dan tim In Jye masuk Sand Box (sebuah region ala-ala Silicon Valley) dan memulai bisnis yang dimentori oleh para evangelist dan investor tentu sedikit banyak bisa mengilhami kita dalam memulai bisnis. Dimulai dari syarat apa yang harus dimiliki oleh seorang CEO, siapa yang harus ia rekrut untuk menguntungkan perusahaan, hingga pembagian saham yang challenging dan rentan memecah belah persatuan para sahabat, semua dikupas dengan apik di sini. Bahkan ketahanan Dal Mi sebagai CEO diuji ketika dia harus menentukan kebijakan. Seperti kata Ji Pyeong, kalau kamu sudah jadi CEO, kamu nggak akan bisa membuat keputusan yang menyenangkan semua tim. Ih, bener banget! Yang pada akhirnya tim mereka harus bisa punya business plan supaya menarik para investor.
Setelah baca review drakor Start Up, cus, ditonton, deh! Siap-siap jatuh hati sama second lead, walau first lead luar biasa memesona.