banner-detik
MARRIAGE

Silent Killer dalam Pernikahan

author

fiaindriokusumo15 Oct 2020

Silent Killer dalam Pernikahan

Kehadirannya tidak disadari padahal dampaknya bisa sangat mematikan, dan 90% pasangan bercerai mengalaminya.  Ini dia silent killer dalam pernikahan.

Setiap pasangan bercerai memang memiliki alasan masing-masing, karena apa yang terjadi di dalam pintu rumah setiap keluarga hanya mereka yang tahu. Ada yang karena alasan perselingkuhan, ak sedikit yang berpisah karena alasan finansial atau bahkan karena rasa cintanya sudah hilang lenyap tak berbekas tanpa adanya orang ketiga! Yup, serumit itu memang alasan perceraian.

Namun, menariknya, kalua menurut konselor hubungan professional E.J Smith, sebelum meruncingnya pertikaian yang berujung pada perpisahan, sebagian besar pasangan yang bercerai faktanya mengalami 4 hal yang dia sebut sebagai “Empat penunggang kuda di hari kiamat,” yaitu semakin berkurangnya komunikasi, saling sindir satu sama lain, saling menghina dan penuh kritikan. Dan, dampak yang paling merusak adalah bagian saling menghina. Luka yang ditimbulkan jauh lebih dahsyat dibanding kritik dan sindiran.

Masalahnya, berbeda dengan perselingkuhan atau KDRT yang lebih mudah dikenali, tidak demikian dengan para silent killers ini. Namanya juga silent, ya kehadirannya biasanya pelan-pelan dan senyap. Maka, butuh kesadaran dan kerendahan hati dari masing-masing pasangan untuk bisa sensitive merasakan kehadiran silent killers di dalam hubungan mereka, agar, kematian alias perceraian bisa dicegah.

Dan, ini dia silent killers dalam pernikahan:

1. Menghindari konflik

Nggak ada yang salah lho dengan konflik di dalam pernikahan. Namanya juga sebuah hubungan antara dua manusia, dengan berbagai perbedaan dan masalah hidup, wajar kalau berkonflik. Sayangnya, banyak orang merasa tidak nyaman dengan adanya konflik sehingga cenderung menghindar. Padahal, menghindari konflik menjadi salah satu silent killer karena artinya kita membuka peluang bagi si konflik ini untuk mendominasi hubungan kita dengan pasangan. Kita mengizinkan perasaan-perasaan negatif dan tidak nyaman hadir di dalam hidup kita tanpa ada penyelesaian. The important thing here is to learn how to deal with conflict in the right way.

Baca juga: Cara Bertengkar Sehat dengan Suami

2. Tidak memvalidasi emosi yang kita atau pasangan rasakan

Poin ini cukup sulit karena seringnya terjadi tanpa kita sadari. Contoh paling gampang, misalnya, pasangan kita mengatakan “Kok kamu cuek, sih,” lalu kita menganggapnya lebay dan berbalik menjawab “Ih kamu lebay amat sih, masa gitu aja berasa dicuekin.” Kita nggak ada maksud apa-apa karena kita tidak merasa cuek, padahal di sisi lain, pasangan kita merasa kita mengabaikan apa yang dia rasakan. When a person feels invalidated, they often feel disconnected and unheard, dan dua perasaan ini akan menciptakan jurang yang lebih besar di dalam sebuah hubungan.

Baca juga: Kebiasaan Unik yang Bikin Hubungan Tetap Asyik

3. Trauma-trauma masa lalu yang tidak tertangani dengan baik

Setiap kita memasuki sebuah hubungan baru dengan bagasi masa lalu. Ketika isi di dalam bagasi masa lalu kita ternyata tidak terselesaikan dengan baik maka bisa memberi dampak negatif pada hubungan kita yang baru. Kenapa? Karena akhirnya kita akan mudah terpancing dengan hal-hal yang dulu mungkin menjadi penyebab trauma atau luka kita di masa lalu. Contoh sederhana, Ketika di hubungan sebelumnya kita pernah dikhianati, maka ini akan jadi perjuangan untuk pasangan baru kita, karena kita biasanya akan lebih mudah cemas, khawatir dan sensitif. Baiknya, jangan biarkan kalia berjuang sendiri-sendiri. Bicarakan dan cari solusi bersama.

4. Stonewalling atau membatasi komunikasi

Pernah nggak mengalami ketika kita kesal dengan pasangan kita, alih-alih membicarakan masalahnya, kita malah melakukan silent treatment? Menutup pintu komunikasi sebagai bentuk hukuman ke pasangan. Well, ini adalah salah satu silent killer dalam pernikahan. Kita menutup pintu untuk penyelesaian masalah.

5. Perbedaan yang tak disadari

Idealnya, kita dengan pasangan akan tumbuh bersama selamanya seraya waktu berjalan, menua bersama hingga akhir hayat. But, that is not always the case. Some people change and find out they've outgrown their partner or the relationship. Dan, seringnya ini terjadi pada pasangan yang memasuki masa pensiun. Mungkin ketika masih bekerja, mereka tidak terlalu peduli dengan perbedaan yang dimiliki, nah,ketika semakin banyak menghabiskan waktu bersama, baru terasa. Maka, penting banget selalu dibicarakan tentang tujuan hidup ke depan akan seperti apa.

Baca juga: 6 Masalah Sepele Pemicu Rusaknya Hubungan Suami Isteri

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan