Sorry, we couldn't find any article matching ''
7 Hal Wajib untuk Ortu Agar Anak Mampu Kelola Marah dengan Baik
Membantu anak mengelola marah itu salah satu hal yang paling menantang – kalau nggak mau disebut sulit – dalam membesarkan anak.
Dan untuk lulus dari PR yang satu ini, orang tua perlu belajar dan ujian tanpa henti hingga bisa benar-benar menyaksikan anak berhasil mengelola amarahnya dengan tepat, hingga dewasa nanti.
Dari bincang-bincang saya dengan Psikolog Klinis Anak, Mbak Alia Mufida, M.Psi., Psikolog seorang anak yang cerdas mengelola emosinya nggak lepas dari peran orang tuanya dalam membantu dia mulai dari mengenali, mengekspresikan, mengelola hingga mengontrol emosi sejak dini.
“Anak-anak yang tidak dibiasakan untuk mengenali emosi sejak dini, tentunya akan lebih sulit untuk mengontrol dan mengekspresikan emosinya dengan cara yang tepat. Istilahnya, proses “pendewasaannya” akan lebih sulit”, katanya. Sementara kalau dibiasakan sejak dini untuk mengenali emosinya, salah satunya memahami apa yang membuatnya marah, tentu seiring bertambahnya usia, anak akan semakin cerdas mengontrol amarahnya.
Menurut terapis anak Angela Pruess dari parentswithconfidence.com, buat anak-anak, rasa marah adalah emosi yang sangat rumit karena seringkali muncul sebagai emosi “sekunder” yang terjadi akibat reaksi emosional terhadap emosi lain. Pendeknya, kemarahan adalah “topeng” atas emosi lainnya yang dirasakan anak, seperti rasa tidak aman, ketidakberdayaan, kekecewaan, atau kelelahan. Apalagi, otak logisnya belum sepenuhnya berfungsi dengan baik. Alhasil, manifestasi dari rasa marah bisa di luar dugaan, seperti berteriak, membanting benda atau memukul.
Nah, orang tua, terkadang “no clue” menghadapi anak marah. Antara panik dan frustrasi, nggak sadar ingin segera “mematikan” amarah anak. Akhirnya berujung kepada “power struggle” dengan anak, yang sebetulnya nggak boleh terjadi.
Sama seperti anak perlu bantuan untuk belajar memakai baju sendiri, begitupun dengan rasa marah, dia butuh bantuan orang tua untuk mengelola rasa marahnya.
Coba diingat kembali, ketika anak marah, apa yang ia lakukan? Jika anak sudah mampu mengatasi amarah dengan baik, mommies boleh lega, karena artinya mommies sudah melakukan hal-hal yang tepat.
Tapi jika belum, nggak perlu kecil hati, karena setiap anak dikaruniai temperamental dasar yang berbeda. Tetap lakukan ketujuh hal berikut untuk membantu si kecil mengelola amarahnya.
Kenali anak kita sendiri
Sebagai orang tua, kita pasti merasa sudah kenal banget anak kita luar dalam. Yakin kenal? Nyatanya, belum tentu, lho! Menurut Mbak Fida, kita butuh untuk mengenali anak-anak kita sedini mungkin. Bagaimana karakternya, temperamennya, respon dia dalam menghadapi sesuatu yang baru, apa yang membuat ia senang, sedih, marah, kesal, kecewa dan seterusnya. Lalu, apa yang mereka butuhkan untuk dapat tenang kembali, perlakuan apa yang mereka ingin dapatkan saat mereka sedang marah.
Mengenal anak sejak dini dapat membantu kita melakukan adjustment terhadap respon kita ke anak. Kita juga menjadi lebih tau apa yang wajar dan tidak wajar pada anak. Akhirnya, kita nggak akan mudah tersulut emosi saat mereka marah, malahan, bisa lebih paham menemukan cara yang tepat untuk membantu mereka mengatasi marah.
Ajarkan kosakata emosi (labeling emosi)
Labeling emosi adalah langkah paling dasar untuk membesarkan anak yang cerdas secara emosional. Ini membantu anak mengenali apa yang mereka alami, rasakan, dan belajar mengungkapkannya dengan tepat. Beberapa contoh labelling emosi dari Mbak Fida yaitu:
“Wow, kamu kelihatan senang sekali bermain air ya.. lihat, tuh, kamu tertawa lebaarr.”
“Kamu marah, ya, karena nggak boleh minum susu dulu sebelum makan?”
“Sedih ya, Nak, rasanya ingin pergi tapi ternyata kamu sakit dan harus istirahat?”
Bersikap proaktif, bukan reaktif
Siapa yang suka nge-gas saat anak marah? Bukan apa-apa, ternyata energi yang dikeluarkan buat menasihati anak (sambil mengomel, uhuk!) di saat anak lagi terbakar api emosi itu P-E-R-C-U-M-A! Mengapa? Karena saat emosi, pusat emosi otak sedang sangat aktif dan menguasai akses ke bagian otak yang berpikir rasional, sehingga anak tidak bisa mendengar atau mengingat apa yang orang tua katakan.
Menyampaikan “wejangan” dalam kondisi normal dan tenang akan lebih mampu diingat dan diterapkan anak ketimbang saat emosi melanda.
Tetap pegang kendali
Tenang, adalah kunci ampuh untuk membantu mengatasi anak yang sedang marah. Nggak, anak itu nggak punya tujuan dengan sengaja ingin memancing kita supaya marah juga, kok, mommies. Itu murni ekspresi perasaannya, karena otaknya sedang nggak mampu berpikir rasional.
Mereka mengharapkan kita tetap pegang kendali saat mereka nggak bisa. Mereka butuh orang dewasa yang memahami diri dan emosinya. Ekstremnya, jika kita sendiri belum mampu memegang kendali saat emosi, nggak adil jika kita minta anak melakukannya. Kaca, mana, kaca?
Jadi kawan, bukan lawan
Kita aja sebagai orang dewasa kadang bisa lebih tenang jika didampingi pasangan atau sahabat ketika sedang emosi, apalagi anak-anak. Mereka butuh dukungan aktif dari orang tua untuk bersama-sama memetakan perasaan mereka sambil mencari cara bagaimana melalui badai kemarahan mereka. Dengan menemani mereka (bukan mengabaikan apalagi melawan ☹), niscaya, mereka mampu mengelola amarah dengan sehat saat dewasa kelak.
Jadi role model
Coba cek diri, saat emosi apakah kita sudah mampu mengelola dan mengekspresikan emosi negatif dengan cara yang tepat? Cause, hey, our kids watch us! Kalau mommies selama ini sudah mencontohkan cara mengatasi emosi dengan sehat dan tepat di depan anak, misalnya sesimpel menarik nafas, menghitung mundur 10 hitungan, menahan kata-kata dan menjaga tone suara, maka nggak perlu repot, anak pasti meniru cara yang sama ketika menghadapi rasa marah.
Tanda peringatan tubuh
Ini hal yang nggak kalah penting dalam melatih anak mengelola emosi. Kemarahan adalah cara alami tubuh manusia untuk memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Bantu anak mengembangkan self-awareness atas reaksi tubuh mereka terhadap kemarahan, misalnya apakah wajah mereka menjadi panas dan memerah, apakah otot mereka tegang, nafas memburu dan lain sebagainya. Dengan mengenali tanda ini, anak jadi belajar untuk peka terhadap emosi mereka dan cepat-cepat menerapkan strategi menenangkan diri sebelum amarah menguasai mereka.
Kemampuan mengelola amarah dengan tepat akan menjadi life skill yang sangat berharga sepanjang hidup anak. Mereka pun akan tumbuh menjadi pribadi bermental sehat. Ketika dewasa, mereka akan lebih pandai mengelola stres, mengatasi konflik dalam hubungan, terhindar dari masalah perilaku dan kekerasan. Nantinya, mommies akan tersenyum bahagia, karena telah berhasil membekali mereka dengan manajemen amarah yang tepat.
Baca juga:
Mengelola Kemarahan dengan Mindful, Gimana Caranya?
Marah Pada Anak dan Cara Agar Nggak Kebablasan
Share Article
COMMENTS