Sorry, we couldn't find any article matching ''
5 Fakta Tentang Mastitis Pada Ibu Menyusui
Jangan sampai mastitis bikin mommies menyapih sebelum waktunya.
Di balik postingan-postingan bahagia seputar menyusui di Instagram, ada mastitits yang jarang diungkap para ibu menyusui. Buat yang pernah mengalami, pasti tahu, mastitis bukan pengalaman manis (malah cenderung pahit!). Sementara buat para calon ibu, mastitis bagai momok yang ditakutkan bakal terjadi saat menyusui nanti.
Simak lima fakta tentang mastitis berikut, beberapa penyebabnya ternyata sangat bisa dihindari.
Sekitar 1 dari 10 ibu menyusui mengalami mastitis
Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara yang bisa menyebabkan infeksi. Gejalanya, payudara terasa nyeri, bengkak, hangat dan kemerahan yang disertai tubuh demam, menggigil dan sakit. Data WHO menyebutkan sekitar 10% atau 1 dari 10 ibu menyusui di seluruh dunia mengalami mastitis.
Penyebab mastitis: dari posisi menyusui hingga infeksi bakteri
Biasanya mastitis terjadi saat bayi berusia 0-6 bulan, di mana ASI mommies lagi deras-derasanya. Jika nggak dikeluarkan, maka terjadi penyumbatan saluran ASI (clogged milk duct), yang kemudian membuat ASI menumpuk lalu menyebabkan infeksi payudara.
ASI menumpuk antara lain karena posisi menyusui salah sehingga puting terlepas dari mulut bayi, frekuensi menyusui kurang atau bayi tidak menghisap habis ASI di payudara ibu. Jadi, penting banget buat ibu menyusui untuk mengosongkan payudaranya.
Penyebab lainnya yaitu infeksi bakteri. Mungkin mommies bertanya-tanya: bakteri dari mana? Kan menyusui itu urusan eksklusif saya dan bayi saja? Ternyata, layaknya orang dewasa, air liur bayi juga mengandung bakteri baik dan jahat. Noda ASI yang tertinggal di sekitar puting bisa jadi sasaran empuk bertumbuhnya bakteri. Bila bakteri ini masuk ke dalam jaringan payudara, bisa memicu inflamasi hingga infeksi payudara.
Berhenti menyusui memperparah mastitis!
Nggak jarang siksaan mastitis membuat beberapa mommies menyapih bayinya lebih cepat sebelum waktunya, saking nggak tahannya! (puk puk mommies..). Namun, urungkan dulu niat itu, sebab berhenti menyusui justru memperparah kondisi mastitis.
Dari situs IDAI disebutkan bahwa menyapih secara mendadak bisa meningkatkan risiko komplikasi, salah satunya abses. Mayo Clinic pun menganjurkan agar ibu tetap menyusui meski sedang dalam perawatan medis. Tetap menyusui akan membuat mastitis perlahan membaik. Apalagi jika mommies meningkatkan frekuensi menyusui dan rajin memompa ASI.
Mastitis lebih berisiko pada wanita dengan penyakit kronis
Situs WebMD menyebutkan, sebenarnya mastitis jarang terjadi pada wanita sehat. Tapi, wanita yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes, AIDS, atau gangguan sistem kekebalan tubuh bisa lebih rentan mengalami mastitis.
Mastitis bisa dicegah!
Berita baiknya, mastitis itu bisa banget dicegah. Berbagai treatment di rumah bisa dilakukan untuk mencegah mastitis, antara lain:
- Bersihkan payudara dari sisa ASI dan liur bayi dengan air hangat setiap habis menyusui.
- Pastikan perlekatan bayi sempurna saat menyusui agar optimal.
- Susuilah bayi dengan posisi bergantian dari satu sisi ke sisi lainnya.
- Tingkatkan frekuensi menyusui.
- Lakukan gerakan pijat payudara untuk menghindari sumbatan ASI.
- Kompres payudara dengan handuk hangat untuk melancarkan ASI.
- Jika puting lecet, oleskan nipple ointment agar luka tidak berkembang menjadi infeksi.
Apabila mommies merasakan gejala mastitis, konsultasikan dengan dokter atau konselor menyusui untuk mendapat penanganan segera.
Perjalanan menuju sukses menyusui itu mirip-mirip kayak mau ke Roma, ada 1000 jalan! Intinya, jangan menyerah, mommies!
Baca:
Buku “Anti Kendor Menyusui” Teman Perjuangan Para Ibu Menyusui
Kandungan Skincare Aman Untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Tips Terbaik Seputar Menyusui Agar Ibu Tidak Stres
Share Article
COMMENTS