Orangtua Perlu Lakukan 7 Hal Ini Untuk Tingkatkan Kecerdasan Emosi Anak

Kids

dewdew・28 Jul 2020

detail-thumb

Ini 7 hal yang bisa dilakukan orangtua untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak. Peran orangtua sangat dibutuhkan di sini, ya.

Menurut Donna Housman, psikolog klinis asal Amerika Serikat, yang berpengalaman selama 30 tahun dalam pengembangan anak usia dini, "Menjadi cerdas secara emosional membantu anak mengelola perasaan mereka dengan cara yang konstruktif, mampu menyelesaikan konflik, serta masalah. Selain itu, anak akan memiliki kemampuan mengelola emosi dirinya sendiri, mengatasi emosi orang lain, sekaligus meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain,”ungkap Donna.

Semua yang disebutkan Donna Housman merupakan kunci anak dalam mengembangkan empati, kasih sayang, pemahaman, dan penerimaan perbedaan di lingkungannya. Jadi kecerdasan emosi itu penting banget

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional terkait dengan keberhasilan akademis di sekolah, sebab keterampilan komunikasi anak jadi lebih kuat. Dia juga akan punya hubungan yang lebih baik dengan lingkungannya, punya kesadaran diri, serta ketahanan dan kesehatan mental yang baik. Hal-hal tersebut menjadi pondasi yang bagus untuk anak bertahan di sekolah, terutama untuk anak pra remaja, ya.

Berikut ini 7 hal yang bisa dilakukan sejak dini untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak.

Melatih Kecerdasan Emosi Anak - Mommies Daily

Photo by Tengyart on Unsplash

Membantu anak melatih mengidentifikasi emosi

“Untuk membantu membangun kecerdasan emosional anak, orangtua sebaiknya membantu mengidentifikasi emosi mereka setiap hari, seraya memberikan mereka izin untuk memiliki dan mengalami emosi tersebut,” saran Housman. Misalnya saja, alih-alih bertanya apa yang ia lakukan tadi di sekolah, atau bagaimana dengan sekolah hari ini, coba lebih spesifik lagi. “Apa perasaan kamu saat ketemu teman-teman?” bisa juga kita bertanya, “Adakah yang bikin kamu kesal hari ini?”

Baca juga:

30 Pertanyaan Seputar Sekolah yang Bisa Kita tanyakan ke Anak

Ajak anak mengisi jurnal emosi

Kegiatan seperti menulis jurnal bersama juga dapat membantu anak meningkatkan kecerdasan emosi. Seorang psikolog pernah menyarankan pada saya, jika sedang tak mampu mengekspresikan sesuatu dalam komunikasi verbal, komunikasi tulisan bisa jadi jurus yang ampuh. Ajak anak rutin mengisi jurnal, boleh setiap hari, atau kalau dirasa terlalu sering, bisa 3-4 kali dalam seminggu. Kita bisa minta ia menuliskan perasaan apa saja yang ia rasakan hari itu, dan menanyakan bagaimana ia mengatasi perasaannya tersebut. Untuk anak-anak yang lebih kecil, dan belum fasih menulis, mungkin bisa kita ajak menggambar emosi. Beri panduan emoticon yang suka ada di whatsapp kita itu, lho. Aktivitas ini pasti menyenangkan.

Biasakan mengekspresikan perasaan atau emosi kita sendiri

Sudah jadi pengetahuan umum, ya, anak-anak banyak belajar dari yang orangtua lakukan. Kalau orangtua ingin anak-anak nyaman membicarakan perasaannya, kita pun sebaiknya juga harus terbuka mendiskusikan emosi kita sendiri. Sewaktu-waktu kita bisa menggambarkan apa yang kita rasakan, atau katakan pada mereka emosi apa yang kita rasakan hari ini. Tak selalu harus emosi yang berhubungan dengan mereka, bisa juga bercerita tentang perasaan kita ketika menghadapi klien selama work from home.

Baca juga:

5 Langkah Redakan Emosi Memuncak di Depan Anak

Jangan lupa beritahu bahwa emosi negatif itu normal

Hindari mengatakan bahwa frustasi, kesal, cemas, adalah emosi yang tidak boleh dirasakan. Emosi negatif itu normal dirasakan, terutama ketika ia sedang merasakan emosi-emosi tersebut. Wajar, sih, bagi orangtua untuk melindungi anak-anak dari pengalaman atau emosi negatif, sayangnya terlalu melindunginya dari emosi negatif ini justru merugikan perkembangan emosi mereka. Yang sebaiknya kita lakukan adalah membantu anak-anak memahami bahwa semua perasaan itu alami dan normal, dan bantu mereka dalam menghadapinya.

Baca juga:

Sikap anak = Apa yang Dia Rasakan dan Apa yang Dia Butuhkan

Diskusikan cara tepat untuk mengekspresikan dan mengelola emosi

"Salah satu elemen penting dari kecerdasan emosional adalah pemecahan masalah," jelas Kerry Goyette, penulis buku The Non-Obvious Guide to Emotional Intelligence. Seringkali, ketika kita berpikir tentang mengembangkan EQ anak, kita hanya memikirkan empati. Padahal emosi itu, kan, banyak. Jadi kita bisa membantu mereka untuk mendiskusikan cara tepat untuk mengekspresikannya, terutama untuk emosi-emosi negatif, ya, seperti ketika anak merasa marah, kesal, atau kecewa.

Untuk anak yang berada di usia remaja, kita bisa sarankan mereka untuk menuliskannya di jurnal, atau mendengarkan musik yang menenangkan hatinya. Jangan lupa untuk selalu terbuka juga dengan cara yang diajukan sendiri oleh anak, selama itu tidak menyakiti dirinya dan orang lain.

Baca juga:

Orangtua Juga Penting Belajar Kelola Emosi

Orangtua jangan ragu mengakui kesalahan

Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita semua pasti membuat kesalahan, bahkan ketika kita sedang dalam usaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Dalam hal emosi, orangtua harus berani mengakui saat-saat ketika secara tidak sengaja meledak di depan anak-anak, atau misalnya saat gagal mengatasi stres. Sampaikan dengan cara yang sehat. Kita mungkin bisa menunggu beberapa saat setelah kita meledak. Misalnya ketika anak-anak mau tidur, atau beberapa jam setelah kita merasakan emosi negatif dan memengaruhi hubungan dengan anak saat itu. Intinya, nggak perlu gengsi minta maaf sama anak.

Berikan anak pengalaman dan bergaul dengan orang baru

Alangkah baiknya bila kita sebagai orangtua membiarkan anak terlibat dalam kegiatan dan pengalaman baru. Jangan kita terus yang menentukan aktivitas yang harus ia lakukan, dan siapa teman yang boleh intens berada dalam lingkungan terdekatnya. Aktivitas dan teman baru bisa mengajarkan banyak hal, lho, termasuk emosi-emosi baru.

Ketika anak-anak masuk ke tempat baru, bertemu orang-orang baru dan melakukan kegiatan yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya, pikiran mereka meluas untuk memahami pengalaman dan perspektif lain. Yah, walaupun saat ini pandemi COVID-19 dapat membatasi jenis peluang tersebut. Mungkin kita bisa menggantinya dengan pengalaman baru yang bisa ia dapatkan di rumah terlebih dahulu. Ikut les online misalnya?