Belajar di rumah kayaknya masih akan berlangsung cukup lama. Dan, anak bosan belajar di rumah sudah saya dengar di mana-mana, termasuk anak saya. Bagaimana cara menyiasatinya?
Belum ada 10 menit menghadap layar komputer untuk ikut zoom class, Rimba, anak kedua saya yang semester ini sudah duduk di kelas 3 SD, mulai resah. Duduknya sudah miring ke kiri, kanan, hingga nyaris setengah tidur. Belum ada 1 jam, dia sudah berteriak pada gurunya, “Bu, kapan, sih, selesainya? Aku bosan.”
Geregetan, sih, mendengarnya. Tapi nggak usah mereka, deh, kita yang dewasa melakukan zoom meeting 1-2 jam saja seringkali resah, walaupun tidak diutarakan secara langsung, dalam hati sudah bertanya-tanya, kapan ini kelarnya? Terutama kalau kita pemeran pasif di dalam meeting tersebut. Kebayang, ya, betapa bosannya.
Situasi belajar dari rumah yang dimulai dari bulan Maret hingga saat ini, serta tanpa kepastian yang jelas kapan berakhirnya, tentu membuat anak-anak didera perasaan bosan. Saat anak bosan belajar di rumah, walau nggak mudah, kita bisa membantu mereka dengan cara-cara berikut ini, supaya paling tidak rasa bosannya sedikit berkurang.
Apakah itu dengan mendekor ulang sudut belajar, atau menciptakan suasana yang sepi supaya anak bisa berkonsentrasi, semua bisa saja dilakukan. Yang penting, tanyakan anak suasana yang membuat dia bisa nyaman dan bisa melupakan rasa anak bosan belajar di rumah. Ada, kok, anak yang nggak masalah dengan suara ribut selama sudut belajarnya didekor sesuai yang dia mau. Tapi ada juga anak yang butuh ketenangan, jadi headphone atau earphone mutlak diperlukan. Ada juga anak yang nyaman berpindah-pindah sudut belajar supaya tidak merasa bosan. Intinya yang bikin sudut belajar itu nyaman adalah keterlibatan anak dalam mengaturnya, bukan maunya kita saja sebagai orangtuanya.
Ketika mereka mau main saat sedang belajar, tentu kita wajib mengingatkan mereka untuk disiplin menyelesaikan waktu belajarnya terutama ketika sedang mengikuti pelajaran dari sekolah. Tapi ketika sudah selesai, dan dia mau main, sebaiknya nggak usah dilarang. Kapan anak harus main, kapan dia harus belajar, kapan waktu bersama untuk keluarga harus bisa kita seimbangkan supaya anak punya variasi aktivitas dalam kesehariannya.
Photo by Andrew Ebrahim on Unsplash
Seperti anjuran pemerintah, aktivitas olahraga di sekolah dan tempat umum ditutup untuk sementara waktu. Namun begitu, tetap disarankan aktivitas fisik supaya kita bisa menjaga kesehatan fisik, termasuk mental. Jadi tetap ajak anak untuk berolahraga, ya. Kalau saya dan suami biasanya mengajak anak-anak untuk jogging rutin di sekitar kompleks rumah dengan mengikuti protokol kesehatan seperti menjaga jarak hingga 1 meter dengan orang lain saat berpapasan. At least nggak sumpek-sumpek amat, deh, di rumah dan bisa menghirup udara segar pagi hari.
Kalau sebelum pandemi biasanya kita suka sebal melihat anak-anak sibuk saja dengan gadget-nya untuk berkomunikasi dengan teman-teman via whatsapp, sekarang, aktivitas ini mungkin bisa sedikit lebih fleksibel, ya. Dulu mereka masih bisa bertemu teman-teman di sekolah, nah kalau sekarang satu-satunya cara mereka bersosialisasi, ya, via online. Batasi saja waktunya per hari. Bagaimana pun mereka butuh bersosialisasi dengan teman sebaya, nggak melulu dengan kita orangtuanya. Apalagi buat anak remaja.
Selama pandemi dan diam di rumah, nggak ada salahnya mengajak anak berdiskusi, apa, sih, hobi yang bisa kerjakan di rumah. Karena hobi macam main sepakbola tentu saat ini nggak bisa dilakukan, kan? Bantu anak menemukan hobi baru supaya dia nggak sedih-sedih amat karena nggak bisa main bola seperti biasa. Jika mereka ternyata menunjukkan minat terhadap cookery, bisa diajak nonton youtube tentang masak-masak sederhana lalu dipraktikkan. Atau misalnya jika anak sudah punya hobi membaca, ya, tinggal tambahkan buku-buku dengan tema yang ia minati, supaya ia betah belajar terus di rumah.
Mommies punya tips lain? Yuk, share di kolom komen!