Sorry, we couldn't find any article matching ''
Foto Tanpa Busana Anak Tersebar di Dunia Maya, Ini yang Wajib Dilakukan Orang tua
Ketika foto tanpa busana anak tersebar di dunia maya, apa yang paling penting dilakukan orang tua agar dampak buruk tidak semakin menjadi-jadi?
Dua hari lalu, Kepolisian Resor Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat menangani kasus dugaan penyebaran foto tanpa busana anak gadis yang masih duduk di bangku SMP yang disebarkan oleh mantan pacarnya.
Sakit kepala saya tuh bacanya …… nggak mau membayangkan kalau itu terjadi pada anak-anak yang saya kenal.
Namun, sebagai orang tua zaman sekarang yang tantangannya masyallaaaah bertumpuk-tumpuk, nggak bisa juga kan kita tutup mata dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Nggak bisa juga kita sok denial bahwa ya, di lingkungan anak-anak zaman sekarang, kasus narkoba, seks bebas, pornografi, itu memang ada dan semakin banyak.
Baca juga:
Perilaku Remaja yang Berisiko: Pacaran, Pornografi Hingga Seks Pranikah
Daripada denial, mending kita sama-sama belajar, sikap seperti apa yang sebaiknya kita miliki, ketika kondisi-kondisi yang tidak diinginkan ini harus kita alami.
Saya bertanya kepada Nadya Pramesrani, Psikolog Keluarga sekaligus Psikolog Anak serta Co-Founder dari Rumah Dandelion, apa yang paling penting dilakukan orang tua, ketika (knock on wood) foto tanpa busana anak tersebar di dunia maya, social media atau bahkan Whatsapp.
1. Saat kita tahu foto tanpa busana anak tersebar entah di social media atau WAG, apa hal pertama yang perlu kita lakukan?
Tunjukkan dukungan kita ke anak, first things first adalah damage control di anak kita, karena anak pun pasti merasa malu, merasa dikhianati, dan memiliki banyak sekali emosi negatif di dalam dirinya. Jadi, fokus utama adalah ke anaknya dulu. Apa yang dia butuhkan? Apa yang bisa orang tua lakukan untuk menunjukkan bahwa anak kita mendapat dukungan sepenuhnya dari kita orang tuanya.
2. Jika anak kita sendiri yang menyebarkan mungkin untuk menerima tantangan dari pasangan atau teman, bagaimana tindakan kita?
Siapa pun yang menyebarkan (biasanya, seringnya bukan disebar oleh anak, tapi teman/mantan pacar yang punya niat menjatuhkan/bully) situasi ini in a way bisa dijadikan sarana untuk diskusi sama anak tentang apa saja yang boleh/tidak boleh dilakukan, apa yang pantas/tidak pantas dilakukan, terutama dalam konteks untuk melindungi diri.
Jadi buat anak-anak yang mau for fun aja, bisa mulai diajarkan bahwa for fun itu kan here and now ya, tapi diajak melihat lebih jauh lagi dari for fun tersebut ada konsekuensi berikutnya nggak? Jadi biasakan anak untuk memikirkan 2-3 langkah ke depan, tidak hanya masa sekarang.
3. Jika yang menyebarkan adalah pihak lain, apa tindakan kita?
Kalau terjadi di ranah publik seperti sosmed, yang langsung bisa dilakukan adalah report abusive. Perkara dibawa ke polisi atau tidak, itu kontekstual banget sih. Kalau anak kita di bawah 17-18 tahun, bisa dilaporkan ke polisi dengan tuntutan child pornography, tapi seringkali ketika dibawa ke polisi itu memberikan pengalaman traumatis pada anak.
Bila foto diambil di lingkungan sekolah, masalah ini bisa dilaporkan ke pihak sekolah, karena mestinya sekolah memberikan lingkungan yang tidak mendukung terjadinya hal-hal tersebut.
Paling sering di indonesia sih ketemu sama orangtua pelaku yaaa.. tapi mungkin sebelum bertemu, orang tua korban perlu tenang dan regulasi diri dulu, serta identifikasi tujuannya ketemu apa? Untuk menyelesaikan masalah bersama, kah, bahwa ternyata anak kita dua-duanya ini belum tahu mana yang baik dan yang tidak baik, pantas dan tidak pantas, atau mau ketemu untuk venting out anger. Nah, kalau yang kedua kan.... jadinya hanya menambah masalah.
4. Bagaimana mengurangi dampak trauma pada anak kita ketika foto tanpa busana anak tersebar?
Kembali lagi ke jawaban nomor satu, show them that you got their backs. Regulasi malu atau marah si orang tua secara dewasa, bukan dilampiaskan ke anak.
Tawarkan anak (dan orang tua juga kalau memang butuh) untuk konsultasi dengan profesional. Orang tua bisa mendorong anak untuk tetap menjalani aktivitasnya dengan normal (dengan penguatan dan semangat).
Hindari memfasilitasi mereka untuk "kabur" dari lingkungan karena itu membuat pelaku berhasil mem-bully anak.
5. Bagaimana membuka obrolan dengan anak mengenai topik ini? Untuk mengingatkan bahwa meminta foto tanpa busana dari orang lain itu tidak boleh dan memberikan foto tanpa busana kita pada orang lain itu juga tidak boleh
Di anak remaja paling ideal mulai dari menonton film atau kalau anaknya suka baca novel bisa juga dari bedah buku. Karena kalau main bahas aja tanpa ada konteks di depan, anak malah bisa menolak untuk membahas lebih lanjut.
6. Apa biasanya penyebab utama anak melakukan hal ini? Baik sebagai pelaku atau korban?
Basically, frontal cortex remaja atau otak depannya yang berperan besar dalam proses berpikir dan pengambilan keputusan itu memang masih dalam tahap pengembangan. Nah hal ini biasanya yang membuat remaja cenderung lebih berani untuk melakukan tindakan-tindakan yang berisiko, apalagi kalau memang belum ada yang mengajarkan mereka tentang kepantasan dalam bersosialisasi.
Baca juga:
Pertanyaan Tentang Seks Edukasi pada Anak yang Sering Membuat Orang tua Pusing
Berbagai Macam bentuk Stress pada Anak Remaja
14 Tipe Pertemanan di Mata Anak Remaja
Share Article
COMMENTS