Sorry, we couldn't find any article matching ''
Perilaku Remaja yang Berisiko: Pacaran, Pornografi hingga Seks Pranikah
Pendidikan dan agama adalah dua topik yang selalu dibahas oelh orang tua dengan anaknya. Sedangkan seks dan pacaran adalah dua topik yang ingin sekali anak bahas dengan orang tua tapi nggak berani alias takut. Sedih :(.
Jadi, minggu lalu, saya dan mbak Vera Itabiliana kembali membahas mengenai topik yang cukup sensitif di kalangan orang tua, apalagi kalau bukan tentang seks dan teman-temannya. Bahasannya di Instagram pribadi kami @duniapercil dan @veraitabhadiwidjojo.
Menarik ketika di awal obrolan mbak Vera bercerita mengenai hasil sebuah survey yang dilakukan oleh sebuah brand terhadap anak-anak remaja di Indonesia.
Hasilnya:
Dua topik tertinggi yang paling sering dan SELALU dibicarakan orang tua dengan anak-anak adalah pendidikan dan agama. Sebaliknya, dua topik yang ingiiiiin banget diobrolin bareng orang tua, tapi sayangnya banyak anak-anak yang merasa takut, adalah: Seks dan pacaran. Apalagi kata mereka, orang tuanya nggak pernah membahas dua topik itu sama sekali.
Menyedihkan ya, ketika sebenarnya banyaaaaaak banget topik bahasan antara orang tua dengan anak tapi ternyata yang sering dibahas itu lagi-itu lagi. Berikut, hasil obrolan saya dengan mbak Vera, yang saya bagi menjadi tiga payung besar:
Anak Remaja dan Pacaran
Pahami bahwa itu adalah hal yang wajar terjadi. Bicarakan dengan santai, tanya apa aalasannya dia naksir temannya itu? Amati namun jangan langsung kasih larangan ini itu.
11 – 13 tahun: Taksir-taksiran
14 – 16 tahun: Coba-coba pacaran
17 – 19 tahun: Mulai menganggap serius hubungan yang dijalani.
Tergantung kebijakan orang tua serta nilai-nilai yang dianut di dalam keluarga. Namun harus diingat bahwa anak usia di bawah 20 tahun perkembangan otaknya belum sempurna sehingga masih didominasi emosi. Maka kewajiban kita sebagai orang tua untuk menjadi ‘pagar’ pembatas si anak.
Pengetahuan mengenai hubungan yang sehat dan tidak sehat itu seperti apa? Pengetahuan mengenai tanggung jawab seksual yang mereka miliki setelah akil baliq. Menanamkan self respect agar anak mampu menghargai diri serta tubuh mereka. Karena self respect adalah salah satu kunci menghindari anak dari toxic relationship.
Jika sudah menyangkut keselamatan dan nyawa anak, maka intervensi segera.
Seks Pranikah
- Awali dengan menanyakan mengenai kegiatan apa saja yang biasa dia lakukan bersama pacarnya?
- Jelaskan mengenai hal-hal apa saja yang biasanya bisa terjadi di usianya dan bagaimana mereka harus siap menghadapinya.
- Bicarakan dengan anak mengenai pilihan-pilihan serta setiap konsekuensi dari pilihan yang dia ambil. Misalnya:
- Ajarkan anak pentingnya perilaku seks yang aman, seperti pemakaian kontrasepsi dan tidak berganti-ganti pasangan.
- Ciptakan komunikasi yang baik, agar apa pun yang terjadi, anak nyaman berbicara dengan kita secara jujur dan terbuka.
Pornografi
Usia-usia remaja. Karena di usia pubertas (10 atau 11 untuk perempuan, 11-12 untuk anak laki-laki) selain fisik berubah, keingintahuan tentang seksualitas juga meningkat. Sementara mereka tidak bisa diskusi dengan orang tua mungkin. Kenapa merka mudah tertarik dengan hal demikian, karena di usia ini yang namanya libido atau dorongan seksual memang sudah ada. Kalau didiamkan, bisa menjadi adiksi.
Pahami bahwa di usia mereka memang wajar punya keinginan itu, maka diskusikan saja bahwa itu wajar, namun nggak boleh karena …. (sebutkan alasan-alasannya).
Gunakan perumpamaan mesin giling daging. Minta anak bayangkan otak mereka seperti mesin giling daging. Jika usia masih 10 tahun, berarti otak mereka kapasitasnya untuk 10 tahun, jika diberikan potongan ‘daging’ yang tidak sesuai mesin, maka mesin bisa menjadi rusak. Itulah yang terjadi pada otak, ketika mengonsumsi hal-hal yang tidak sesuai dengan kapasitas otak mereka.
Berikan informasi, ketagihan pornografi bisa mengalami kerusakan pada otak yang sama parahnya dengan dampak narkoba.
Langsung tanya juga boleh. Apa yang dia ketahui tentang pornografi dan pastikan obrolan tentang topik ini jangan hanya sekali ya, tapi semacam obrolan yang berkelanjutan.
- Ketika anak mulai berlama-lama di kamar atau di kamar mandi sambil membawa gadget
- Perilaku berubah, mulai mudah terangsang, misalnya ketika melihat adegan di televisi dia jadi berkeringat, gelisah, gesek-gesek
- Hilang minat terhadap aktivitas lain
- Pelajaran terganggu
- Ajak diskusi
- Berikan informasi mengenai bahayanya
- Berikan kegiatan aktivitas fisik secara rutin minimal tiga kali dalam seminggu untuk membantu mengurangi libido, menyalurkan energi yang ada.
Katakan saja “Kok mama melihat ini ya di history kamu? Kamu memang lagi mau tahu apa? Mau cari tahu tentang ini kenapa? Kamu bisa lho tanya mama atau ayah, nggak usah cari tahu sendiri.
Atau ….
Bisa disinggung dengan “Kak, kamu kan udah kelas 3 SMP, udah pubertas, udah punya pacar belum? Menurut kamu hubungan antara laki-laki dan perempuan seperti apa? Buat anak melihat kita sebagai figure yang menyenangkan untuk diajak diskusi tentang apa pun.
Baca juga:
Edukasi Seks Pada Anak yang Sering Membuat Orang tua Pusing
Belajar dari Karakter Ibu di Serial Favori
Share Article
COMMENTS