Tips menjalankan bisnis dari Rachel Kaloh, salah satunya: Ketika ingin menjalankan bisnis, lihat kesempatan bisnis ini berkembang nggak hanya hari ini, tapi juga lima tahu tahun ke depan.
Mengenal sosok Rachel Kaloh (32) sejak tahun 2012 saya melihat perjalanan hidupnya dari perempuan lajang, kemudian menikah dengan Boni Nugeraha (39) hingga menjadi ibu dari Briella (2). Tak hanya kehidupan rumah tangga, namun juga kariernya (karena saya yang mewawancara anak ini saat akan masuk ke media cetak di tahun 2012, hahaha), hingga sekarang dia berani menjadi seorang mompreneur, menjalankan usaha RSD Digital, sebuah Digital Creative Agency bersama dua temannya.
Yuk, simak hasil obrolan saya dengan Rachel, yang juga menjadi salah satu dari kontributor di Mommies Daily mengenai suka duka berbisnis dan tips menjalankan bisnis
Whatsapp sudah pasti supaya selalu terkoneksi dengan keluarga maupun klien. Instagram dan Facebook, karena pekerjaan saya memantau akun social media klien. Aplikasi editing seperti Over, untuk membantu saya bisa mengulik konten yang engaging.
- Trust your support system! Kalau sudah hire mbak buat bantu urus anak, ya, percayalah, jangan sedikit-sedikit kepikiran saat meninggalkan anak untuk meeting seharian.
- Komunikasi sama suami, apalagi buat mompreneur yang jam kerjanya nggak jelas.
- Always manage to spend some quality time bersama keluarga. Hasil jerih payah bekerja maupun berbisnis, harus dialokasikan juga buat liburan keluarga.
Jumlah klien RSD sudah pasti menurun drastis. But that's how a business grow, nggak selamanya menanjak terus macam jalanan ke puncak. Ada saatnya merana. Bisnis besar yang sudah lama berjalan aja pada goyang, bagaimana kami yang startup. Untungnya saya dan dua rekan di RSD saling mengerti, nggak posesif. Kalau salah satu dapat tawaran job, ya silakan diambil. Kalau memang fee-nya bisa dibagi, ya dibagi, kalau nggak, ya, ya nggak masalah. Be loyal, tak hanya ke kliennya RSD, tapi juga ke klien masing-masing.
Mengumpulkan dana darurat is a must! Dari dulu, saya dan suami selalu mengalokasikan penghasilan ke pos tabungan dan dana darurat. Jumlah yang kami tabung harus lebih banyak dari jumlah yang kami keluarkan untuk belanja. Alhasil, saat pandemi begini, saya masih bisa berpegang pada uang di pos dana darurat. Penyesuaian lainnya, yakni meminimalkan hasrat belanja barang-barang yang kurang penting!
Alokasi bujet dengan tepat! Begitu dapat hasil yang lumayan besar langsung bagi-bagi, ke pos dana darurat, dana pendidikan maupun investasi. Buat saya pribadi, kalau dalam satu bulan dapat penghasilan lebih, ya, nabungnya harus lebih juga dari biasanya. Buat seorang mompreneur dengan skala bisnis yang masih mikro, ada baiknya untuk tetap punya life insurance pribadi (kebetulan untuk health insurance, saya masih bisa rely on kantor suami).
Keyakinan bahwa kesempatan bisnis RSD Digital (@rsd_digital) yang saya dan teman-teman bentuk empat tahun lalu ini sangat besar. Karena pada akhirnya, semua brand wajib menjalankan bisnisnya secara digital. Sebelumnya karena sudah berkecimpung di ranah digital, saya berani mengembangkan bisnis ini.
Pertama, komitmen menjalankan bisnis, di atas segala urusan rumah tangga. Jam kerja yang nggak menentu ini seringkali overwhelming!
Kedua, komitmen mempertahankan bisnis, meski di saat keadaan sedang tidak menentu, seperti sekarang. Jujur sempat kepikiran buat balik lagi jadi working mom, tapi, kalau kita men-treat bisnis kita as our own baby, nggak akan semudah itu kita pindah haluan.
Ketiga, saingan! Bisnis digital memang kesempatannya besar banget, tapi, ya, saingannya juga nggak sedikit, apalagi brand besar biasanya nggak melirik micro agency, hihihi. Sudah pasti kalah, sama agensi besar.
Growing up your own business yang rasanya sama seperti membesarkan anak sendiri. Bisa kita arahkan mau ke mana, bisa kita kembangkan, kita perkaya, dan ketika growth-nya sudah kelihatan, pastinya bikin kita bangga.
Kedua, sebagai seorang ibu, dapat kesempatan untuk berkarya dengan leluasa itu rasanya menyenangkan, apalagi kalau bisa mengembangkan bisnis sendiri dan hasilnya bisa dinikmati sekeluarga.
Ketiga, to finally be able to do what I love. Kalau dulu saat bekerja untuk orang lain ketika kerjanya all out, belum tentu gajinya naik, hahaha, kalau sekarang, sebisa mungkin menghasilkan output yang kualitas dan kuantitasnya seimbang.
Lihat kesempatannya, nggak hanya hari ini, tapi bagaimana dengan 5 tahun ke depan, kalau sekiranya bisa tahan lama, go for it! Rejeki itu memang sudah diatur sama Tuhan, tapi Dia membebaskan kita memilih cara yang mau kita lakukan.
Terakhir, komitmen! Anggap saja bisnis kita adalah anak kita, nggak mungkin, kan, ngebesarinnya mood-mood-an?
Simpel aja sih, anything can happen tomorrow, termasuk hal yang nggak pernah kita bayangkan sebelumnya. Selain itu, saya pribadi, lebih puas ngabisin uang hasil jerih payah sendiri, daripada nunggu transferan suami, hahaha!