Sorry, we couldn't find any article matching ''
Saat Anak Bertanya “Ma, Kapan Pandemi Ini Berakhir?”
Bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan yang kita sendiri aja nggak tahu jawaban pastinya seperti apa ….
Kita sebagai orang tua, yang selama ini menjadi tempat anak-anak bertanya dan (biasanya) kita tahu jawabannya, kali ini dibikin “nggak berkutik” oleh pandemi Covid-19.
“Kapan semua ini akan berakhir?”
Rasa-rasanya kalimat di atas adalah pertanyaan dari banyak pihak. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. And unfortunately there are no clear answers.
So, bagaimana orang tua sebaiknya menjawab pertanyaan ini ketika keluar dari mulut anak kita?
Berikut beberapa saran yang bisa kita coba menurut mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psikolog Anak dan Remaja
1. Jawablah dengan jujur
Bicaralah dengan jujur. Kita bisa mengatakan “Mama tidak tahu kapan persisnya kondisi ini akan berakhir, yang pasti, mama setiap hari selalu memantau perkembangan terbaru dan akan memberikan update ke kamu ketika ada hal baru yang perlu kamu ketahui.”
Tak perlu menceritakan secara detail informasi atau berita sedih yang bisa menambah rasa khawatir pada anak. Jelaskan secara umum bahwa ya orang-orang pada jatuh sakit karena virus ini dan para dokter sedang bekerja keras untuk menyelamatkan yang sakit serta mencari cara mengusir virus ini. At least anak paham, bahwa walau belum ada jawaban yang pasti, setidaknya orang-orang di luar sana serta pemerintah sedang berusaha keras untuk mencari solusinya. Hindari memberikan jawaban dengan kalimat “Segera ya nak, segera ini akan berakhir,” atau “Setelah Lebaran semua ini pasti selesai.”
2. Jangan menjadikan topik ini sebagai topik obrolan yang tabu
Ketika kita tidak memiliki jawaban pasti bukan berarti kita tidak membicarakan hal ini seolah-olah ini adalah hal yang tabu. Nggak kenapa-kenapa kok kalau jika kita menjadikan ini sebagai topik diskusi, bertanya ke anak apa sih yang mereka tahu tentang virus Corona, pandemic, dan situasi yang terjadi sekarang ini. Jawaban dari mereka bisa memberitahu kita, apakah ada informasi yang salah yang mereka peroleh, dan kita wajib mengoreksinya. Anak pun terhindar dari berita hoax.
Sebaliknya, ketika kita menghindari topik ini, anak malah akan penasaran dan menganggap bahwa “Oh ini nih buruk banget ya, sampai mama dan papa aja nggak mau bahas. Apa sih yang sebenarnya terjadi?” Rasa penasaran ini malah akan membuat mereka semakin khawatir, takut serta sedih.
3. Validasi perasaan mereka
Katakan bahwa kita memahami apa yang dirasakan oleh mereka dan that’s OK to talk about it! Kalimat seperti “Iya mama paham kok kalau ini nggak menyenangkan” atau “Susah emang ya untuk sabar ngadepin situasi seperti ini,” bisa menjadi cara yang baik untuk memulai.
Ajak mereka untuk bicara jujur mengenai perasaan mereka dan jelaskan bahwa sebagai orang dewasa, kita pun kadang merasakan apa yang mereka rasakan lho, marah dengan keterbatasan yang harus dijalani, takut, khawatir. Kemudian lanjutkan menjelaskan ke mereka bagaimana cara kita berdamai dengan emosi dan perasaan yang kita alami ini. Bisa juga tanya, apakah ada kekhawatiran lain yang mereka miliki? Bisa jadi mereka khawatir dengan sekolah, kangen teman atau kakek neneknya.
4. Fokus pada rasa aman
Setiap anak pasti ingin diyakinkan bahwa mereka aman dan akan ada orang yang menjaga mereka, demikian menurut Denise Daniels, Child Development Expert. Maka sering-seringlah memeluk anak dan mengatakan bahwa kita mencintai dan menyayangi mereka. Bahwa, mama dan papa akan melakukan yang terbaik untuk menjaga dan memastikan keselamatan mereka. Tell them dan SHOW them, that we are there. The theme is ‘We’re all in this together, so let’s all fight this as a family. This will be over.’”
5. Fokus pada saat ini
Ajak anak untuk fokus pada hari demi hari yang berlalu, fokus pada masa sekarang dibanding terlalu mengkhawatirkan masa depan. Tunjukkan bahwa saat ini mereka masih memiliki keluarga, mereka sedang bersama-sama dengan keluarga di rumah yang aman. Ciptakan rutinitas harian yang menyenangkan; olahraga, makan, belajar, relaksasi, diskusi bersama, nonton film dan lainnya.
Jika anak memiliki rasa khawatir yang besar, tak ada salahnya untuk mengajak anak menuliskan apa saja ketakutan yang dia rasakan dan memintanya bercerita ke kita. Jika memungkinkan, ajarkan anak untuk bernapas dengan baik dan benar, ajak jalan keluar rumah (cari taman yang sepi) agar dia tak merasa terkukung di dalam rumah. Bisa juga, mengajak seluruh anggota keluarga untuk mengucapkan hal yang mereka syukuri di hari itu.
Baca juga:
10 Pertanyaan Untuk Menciptakan Rasa Syukur di Masa Pandemi
6. Perlihatkan ke anak, hal apa saja yang bisa mereka kontrol dan fokuslah di situ
Daripada memusingkan hal yang tak bisa kita kontrol, ajak anak untuk fokus kepada hal-hal yang bisa mereka kontrol. Misal, menjaga kesehatan dengan cara rajin mencuci tangan, istirahat yang cukup, makan yang bergizi. Atau, mereka bisa meringankan beban orang lain dengan memberi makanan untuk tetangga yang kekurangan. Menulis ucapan terima kasih kepada tukang sampah yang rutin mengambil sampah di rumah.
7. Bersikaplah positif sebagai orang tua
Orang tua yang menunjukkan sikap serta ucapan positif akan membuat anak merasa tenang, nyaman serta memiliki pikiran yang positif.
Baca juga:
Dan Hidup Kita pun Kembali ke (New) Normal
Share Article
COMMENTS