Sorry, we couldn't find any article matching ''
Begini Cara Agar Anak Tak Bosan dan Ketagihan Belajar
Ditulis oleh: Ficky Yusrini
Kira-kira, bisa nggak ya, anak kecanduan belajar, seperti halnya ia ketagihan game.
Bagaimana kabar anak di rumah? Sudah kelihatan mulai bosan? Atau malah orangtua yang lelah karena mendadak jadi guru?
Hampir sebulan sudah sekolah formal ditutup, dan diperkirakan sampai ajaran semester ini berakhir. Tidak menutup kemungkinan, SFH bakal diperpanjang lagi dan lagi, sampai kondisi pandemi membaik. Kabar baik (iya betul, kabar baik), menurut Enrique Dans, Senior Advisor for Digital Transformation at IE University Spanyol dalam sebuah artikel di Forbes, apa yang terjadi sekarang di dunia pendidikan bakal menjadi permanen.
Jadi, jangan berharap semua akan kembali seperti semula. Ini bukan hanya tentang wabah virus, tetapi bahwa pandemi ini menjadi titik tolak terjadinya sebuah revolusi pendidikan.
Tugas utama pendidikan, tidak lagi di tangan guru, tetapi menjadi tugas orangtua (menghela napas). Nah, ada baiknya, kita menyiapkan mental dan mengalihkan cara berpikir, bahwa sebagai orangtua, kita adalah pendidik sekaligus fasilitator belajar anak. Menyadari hal ini, saya pun mulai ngintip-ngintip forum belajar guru dan topik-topik pendidikan.
Salah satu yang saya ikuti adalah program Belajar Live! Sekolahmu. Ada satu topik menarik yang disampaikan oleh Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika ITB, penulis buku Kasmaran Berilmu Pengetahuan, tentang Kasmaran Berilmu di Masa Wabah. Senada dengan Enrique Dans, Iwan berpendapat, pendidikan sekarang adalah pendidikan masa depan. Teknologi belajar sudah menjadi bagian dari pendidikan. Bukan sebagai pernak-pernik atau tempelan semata. Mereka yang tidak mau beradaptasi, tidak akan punya tempat.
Menurut Iwan, pendidikan formal berhenti total. Ada sekitar 1 milyar jumlah pelajar di dunia, dari tingkat PAUD sampau universitas, sekarang terpaksa harus belajar di rumah. Mau tidak mau, tiap anak harus belajar sendiri. Anak harus bisa mengelola kegiatan belajarnya sendiri. Anak harus bisa mengajar dirinya sendiri.
“Walaupun ada bantuan dari guru, tapi sifatnya minim. Sekarang kita semakin sadar, dorongan untuk belajar, bersumber dari dalam diri sendiri. Yang tadinya kita berharap guru memaksa murid belajar, sekarang pemaksaan itu cerita masa lampau,” tutur Iwan, yang wawancaranya bisa disimak di kanal Youtube Sekolahmu.
Kasmaran Belajar dan Teori Flow
Kalau di sekolah formal, anak belajar karena ada paksaan dari guru dan sekolah. Sekarang, tidak lagi. Di masa SFH, anak harus bisa memotivasi dirinya sendiri untuk belajar. Seperti apa anak yang punya rasa kasmaran dalam belajar? Iwan mengibaratkannya seperti anak yang kecanduan game. Inisiatif belajar, kata Iwan, ibarat seseorang yang ketagihan. Ada pengalaman menyenangkan, sampai otaknya terus meminta lagi dan lagi.
Dalam psikologi positif, dikenal Teori Flow. Yakni, kondisi seseorang yang sangat hanyut dalam sebuah aktivitas sehingga seakan tidak ada hal lain yang bisa mengganggu perhatiannya. Pengalaman tersebut sekaligus terasa sangat menyenangkan untuk tetap dilakukan, sehingga seseorang akan tetap melakukannya walaupun tantangannya besar dan memakan waktu lama.
Flow menghasilkan sensasi yang dirasakan ketika seseorang melakukan suatu aktivitas dengan keterlibatan total dan konsentrasi penuh tanpa sedikitpun rasa kebosanan. “Keadaan flow ini yang ingin kita wujudkan di rumah-rumah kita,” tutur Iwan.
Inisiatif belajar, kata Iwan, ibarat seseorang yang ketagihan. Ada pengalaman yang menyenangkan, sampai akhirnya otak bilang, ayo lagi, hal itu menarik. Ayo lagi.
Menumbuhkan Kasmaran Belajar
Dalam video ini, ada seorang penanya dari profesi guru, yang bertanya tentang bagaimana menumbuhkan inisiatif belajar pada anak. Bagaimana jika anak tidak mau hadir (dalam meeting online) dan tidak mengerjakan tugas yang diminta? Iwan mengambil perumpamaan sebuah game. Jika ingin anak kita senang belajar, anak harus diberikan tiga hal:
Kegiatan itu harus baru. Dalam game, setiap level tidak ada yang sama. Kita selalu dibuat penasaran.
Harus menantang. Seperti game, selalu ada tantangan. Tantangannya tidak boleh terlalu mudah, sebab kita akan cepat bosan. Tapi juga tidak boleh terlalu sulit, sebab kalau jauh di atas kemampuan kita, akhirnya jadi frustasi dan berhenti main.
“Tantangan yang paling baik itu sedikit di atas kemampuan kita.” Ia menambahkan, kasmaran belajar terjadi di antara dua ekstrem, kebosanan dan frustasi. Kalau terlalu mudah, jadi bosan. Kalau terlalu sulit, jadi frustasi. Di situlah seninya, bagaimana kita dapat menemukan tantangan yang pas untuk anak agar berada di dua ekstrem itu.
Sifatnya harus aman. Kalau ia gagal, tidak dihukum, tidak dipermalukan. Belajar di rumah sangat memungkinkan untuk membuat anak mendapatkan kenyamanan belajar sesuai dengan kemampuannya, tanpa harus merasa ketinggalan dari teman lain yang lebih pintar, atau menggegas materi yang harus dihabiskan.
Sebuah penutup dari video Iwan, walaupun proses pendidikan sekarang tidak berjalan, tapi proses belajar justru berjalan. “Di sekolah masa lalu, sebetulnya pengajaran terjadi, tapi belum tentu murid belajar. Mereka mendengar, tapi belum tentu mereka berpikir. Nah, hari ini justru kesempatan yang baik. Walaupun tidak ada yang mengajar, tapi anak-anak dapat belajar. Kita masing-masing adalah guru terbaik untuk kita sendiri.”
Baca:
Kocaknya Tugas Sekolah Anak Selama Belajar dari Rumah
Share Article
COMMENTS