Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Tanda Kesehatan Mental Anak Butuh Perhatian Saat Pandemi
Di situasi serba terbatas seperti sekarang ini, bukan cuma kesehatan mental orang dewasa yang harus diperhatikan, tetapi juga kesehatan mental anak.
Iya dong, yang aktivitasnya berubah kan bukan cuma orang dewasa. Anak yang sebelumnya bisa sekolah bertemu teman, bermain di taman, atau sekadar bermain sepeda di taman kompleks, kini juga terpaksa lebih sering di rumah.
Belum lagi harus keluar rumah dengan masker, sering cuci tangan, wajar banget kalau anak akhirnya juga punya kecemasan yang sama dengan orang dewasa.
Kapan kesehatan mental anak butuh perhatian? Ketika perilaku ini sudah mengganggu kesehariannya ya!
Kebiasaan lama muncul kembali
Biasanya sudah tidak ngompol, kini sering sekali ngompol. Kembali ngemut jari atau kebiasaan lain yang sebetulnya sudah jarang sekali terjadi.
Ini hal yang wajar sebetulnya, namun ketika sudah terjadi sangat sering, sangat lama, dan menganggu keseharian, ini mungkin pertanda anak stres. Hubungi psikolog ya mom untuk meminta saran apa yang sebaiknya dilakukan.
Nafsu makan berubah
Biasanya terjadi di anak usia pre-teen atau remaja. Anak yang biasanya tak susah makan kini menolak makanan. Atau sebaliknya, ia justru binge-eating alias makan terus menerus. Bisa jadi, ia menjadikan makanan sebagai rasa aman. Kalau sudah merasa pola makan anak jadi tidak wajar, jangan ragu minta bantuan profesional!
Sulit tidur
Di awal-awal karantina, anak saya sempat sulit tidur. Ia sepertinya beradaptasi dengan pola baru karena tak perlu pergi ke daycare. Ada juga anak yang terus menerus terbangun tengah malam atau sering mengalami mimpi buruk. Jangan diremehkan ya, moms!
Cemas berlebihan
Anak juga merasakan kecemasan yang sama karena pandemi ini. Namun ketika kecemasan itu sudah terasa berlebihan, seperti anak menangis karena takut meninggal, kita sebagai orangtua mungkin mulai harus memilah informasi semacam apa yang boleh dan tidak boleh diterima anak seputar pandemi.
Clingy atau malah menjauh
Pada anak yang lebih kecil, ada orangtua di rumah di tengah kecemasan gini biasanya jadi lebih clingy ya. Nempel terus sama mamanya. Tapi pada anak yang lebih besar, bisa jadi ia malah ingin sendirian terus. Mengunci diri di kamar dan tidak mau berinteraksi dengan keluarga.
Susah fokus
Kita saja yang orang dewasa harus konsentrasi penuh ya agar bisa kerja di rumah. Jadi wajar sebetulnya kalau anak jadi susah fokus mengerjakan hal yang sebelumnya bisa sudah lancar ia lakukan. Asal tidak terjadi terus menerus saja, ya!
Psikosomatis
Sakit perut atau sakit kepala tanpa sebab yang jelas bisa jadi merupakan gejala psikosomatis, penyakit psikis yang jadi terasa secara fisik. Sangat mungkin terjadi karena kecemasan akan pandemi.
Yang jelas, apapun yang berubah jadi anak, kita sebagai orangtua yang harus tetap sadar akan perubahan-perubahan itu ya, mom. Kita yang harus yakin bahwa dengan penanganan yang tepat, kecemasan anak perlahan bisa berubah jadi adaptasi dan tidak jadi sakit secara mental.
Jangan lupa validasi kecemasannya, buka dialog terus menerus tentang pandemi dan rasa takutnya, ceritakan berita baik seputar pandemi, dan buat daftar rasa syukur agar ia bisa melihat sisi cerah dari diam di rumah ini.
Good luck, moms! We’re in this together!
Baca:
Agar Anak Tumbuh dengan Mental yang Sehat
7 Masalah Kesehatan Mental yang Sering Terjadi di Anak Usia SD
Share Article
COMMENTS