“Aku sudah main lego, sudah gambar, sudah bantuin mama, sudah ini, sudah itu, aku nggak tahu mau ngapain lagi? Boleh aku nonton tv? Sebentar saja mama,” rengekan yang sungguh membuat hati iba.
Selama di rumah saja ini memang benar-benar tantangan buat anak-anak. Tugas sekolah selalu diselesaikan tepat waktu, semua permainan sudah habis dimainkan, tinggal screen time yang belum.
Saya yang tadinya memberlakukan screen time hanya di hari Jum’at dan Sabtu akhirnya harus luluh juga dan bikin aturan baru. Ya, gimana, ya, semua sudah dilakukan, jalan-jalan sekitar komplek perumahan juga sudah dikerjakan setiap pagi saat matahari bersinar, bahkan yang tadinya nggak pernah bantu cuci piring, sekarang bantu-bantu hingga menyiram tanaman serta melipat cucian yang sudah kering. Nah, setelah browsing dan berdasarkan apa yang saya baca di sini. saya bisa saja menambahkan screen time dengan beberapa catatan sebagai berikut:
Pada akhirnya setiap hari ada jatah screen time yang saya seimbangkan dengan aktivitas lain. Itu pun selalu ada batasan periodenya. Anak-anak saya kasih jatah nonton (no game) televisi pilihan jika rutinitas pagi seperti membereskan tempat tidur, berjemur atau olahraga pagi, sarapan, dan mandi sudah selesai.
Berikutnya tugas sekolah dan tugas les musik yang diberikan gurunya setiap pagi harus sudah dilakukan. Menonton pun nggak bisa seharian. Mereka biasanya mulai di jam 10 pagi dan selesai di waktu makan siang. Istirahat siang, lalu boleh nonton lagi setelah sholat Ashar dan berhenti sebelum jam 6 sore.
Untuk anak-anak di atas usia dua tahun, sebaiknya pilih jenis konten yang edukatif. Konten-konten seperti ini cenderung untuk menyesuaikan isi programnya dengan kebutuhan anak-anak sesuai usia. Bahkan programnya pun memiliki manfaat untuk mengembangkan keterampilan anak, apakah itu keterampilan visual, sosial, maupun berbahasa.
Nah menurut peneliti, untuk anak usia di bawah 2 tahun nggak banyak yang memengaruhi tumbuh kembangnya. Jadi, ya, orangtua dengan anak usia segini diharapkan kreatif dalam menciptakan stimulasi-stimulasi karena waktu dengan layar dibatasi hanya 10-15 menit sehari. Semangaaaat!
Ketika anak-anak dan orangtua screen time bersama, penelitian menunjukkan kalau mereka lebih mungkin untuk belajar kata-kata baru. Jadi sebisa mungkin kita juga harus ada dan terlibat saat mereka menonton sesuatu di layar (tentunya dengan catatan nggak sedang work from home :D) Kita bisa mengarahkan perhatian anak ke konten tertentu, lalu mendiskusikan apa yang sedang dilihat, bahkan memperkuat apa yang telah mereka pelajari dengan menjadikannya contoh sehari-hari.
Misalnya ketika menonton tentang anak yang sedang dibully, kita bisa sambil mengobrol kenapa, sih, bully itu sangat nggak boleh. Apa yang harus dilakukan ketika ia melihat situasi tersebut, dan apa yang bisa ia lakukan ketika ia mengalami bully.
Koneksi sosial itu penting terutama untuk anak-anak dan dipandang sebagai salah satu cara sehat dalam penggunaan gadget. Terlebih dalam situasi seperti ini, saat kita harus menjaga jarak dengan keluarga besar, seperti kakek, nenek, dan juga paman serta bibi, hingga teman sekolah, bahkan guru. Screen time bisa dilakukan dengan cara berinteraksi dengan mereka, lho. Ajak anak menyanyi atau menari demi menghibur kakek nenek yang kangen ingin bertemu. Paling tidak walau tidak bisa bertemu, tingkah mereka yang lucu bisa jadi pengobat rindu.
Ajak anak mengkreasikan sesuatu atau menghasilkan sesuatu dari screen time. Mau yang paling gampang? Ngedance bareng di TikTok. Sungguh sebuah acara screen time yang pasti berfaedah, anak senang, orangtua senang karena sejenak melepas stres. Nggak pede tiktokan? Cari saja video-video DIY sederhana untuk dibuat kreasi bersama, atau misalnya ide untuk tugas prakarya dari sekolah. Jadi screen time-nya juga lebih banyak digunakan untuk menghasilkan sesuatu daripada hanya sekadar nonton.
Kalau Anda sendiri bagaimana moms? Ada tips dalam menambahkan screen time selama pandemi ini berlangsung? Atau malah strict dengan aturan screen time yang sudah berlaku selama ini? Bagi tipsnya, dong ;)
Baca:
Tips Mengajar Anak Saat Masa Belajar di Rumah
Sensitivitas Makanan pada Anak, Apa dan Bagaimana Penanganannya?