banner-detik
ENTERTAINMENT

Review “Sex Education” Season 2, Pencarian Jati Diri di Segala Usia

author

annisast03 Feb 2020

Review “Sex Education” Season 2, Pencarian Jati Diri di Segala Usia

Bicara pencarian jati diri, biasanya dikaitkan dengan remaja ya. Serial orisinal dari Netflix “Sex Education” season 2 ini justru berbeda. Mengambil angle bahwa pencarian jati diri terutama tentang seks, tak berhenti di usia remaja.

Saya menonton Sex Education Season 1 dan kagum karena penyampaian yang gamblang namun tetap terasa sebagai edukasi. Di season 2, saya merasa seperti sedang kuliah tentang seks, lengkap dengan perjalanan para tokohnya, dengan bumbu drama dan komedi. Bagussss sekali.

sex education1

Tapi warning untuk mommies yang tidak tahan pada hubungan LGBTQ ya sudahlah tidak perlu nonton ya. Karena series ini sejak awal memperlihatkan semua kemungkinan seksual manusia. Dari yang heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, bahkan lebih dalam lagi sampai pada masturbasi, fetish, aromantic dan aseksual, sampai vaginismus!

(Baca: Workin’ Moms Series di Netflix Tontonan Untuk Ibu Bekerja)

Saya saja yang selama ini merasa cukup terbuka dan paham atas orientasi seks, merasa belajar banyak sekali. Mungkin karena ini sebatas membaca, tidak diterjunkan langsung dalam contoh cerita.

Untuk mommies yang tidak nonton season 1 nya, “Sex Education” berkisah tentang Otis Milburn, anak Jean Milburn, seorang terapi seks dan hidup teman-teman di sekitarnya. Ada sahabatnya yang gay, Eric Effiong, pacarnya yang masih bingung pada orientasi seksualnya Ola Nyman, dan banyak sekali teman sekolah, guru, yang semua ternyata punya masalah dengan relasi seksual. Termasuk ayahnya sendiri yang meninggalkan Otis dan ibunya saat ia masih kecil.

Di season 1 masalah hanya berputar di seputar remaja dan sedikit tentang dewasa. Tapi di season 2, barulah terungkap semua masalah yang bahkan dialami perempuan usia 50-an, bagaimana seks bisa memengaruhi kepercayaan diri, dan bagaimana pengasuhan (suka tidak suka) dalam beberapa kasus jadi berpengaruh pada orientasi seks anak.

Betapa edukasi seks itu bukan hanya dibutuhkan anak dan remaja, kita sendiri saja masih sangat butuh edukasi seks. Tentang kontrasepsi, tentang consent dan kehamilan, banyaaakkk.

(Baca: 4 Film Sarat Pesan Parenting, Wajib Tonton untuk Para Orangtua)

Karena setiap anak di serial ini diceritakan datang dari keluarga yang berbagai macam. Keluarga utuh (Eric), keluarga yang otoriter (Adam), keluarga yang bercerai (Otis), keluarga yang ditinggal mati ibu (Ola), keluarga dengan orangtua pemakai narkoba (Maeve), sampai keluarga dengan dua ibu tanpa ayah (Jackson). Lengkap.

Dijelaskan gamblang tapi tak menganggu bagaimana consent itu penting bahkan saat pasangan sudah punya komitmen dengan kita, tentang pentingnya kontrasepsi dan pengenalan tentang morning pills, juga tentang apa yang harus dilakukan kalau suami sudah menjauh. Diceritakan lengkap dari sisi luka emosional istri dan luka emosional dari si suami. Lalu apa dampaknya untuk anak?

"Sex Education" juga memasuki ranah toxic masculinity dan apa arti pertemanan yang sesungguhnya. Bagaimana masa lalu seseorang (dan pola pengasuhan tentu saja) bisa jadi sangat berpengaruh dengan value yang dipegangnya kini.

Saya menangis tak henti ketika salah satu teman Otis, Aimee dilecehkan di bis saat akan pergi sekolah oleh seorang pria yang masturbasi dan spermanya terkena celana jins Aimee. Awalnya ia mengabaikan dan menganggap remeh, namun trauma itu ternyata tidak hilang.

Yang sedih adalah, ketika Aimee akhirnya bercerita pada teman-teman sekolahnya, semua pernah mengalami hal yang sama. Betapa pelecehan itu hal yang sangat umum dialami perempuan apapun latar belakang, bentuk tubuhnya, dan kepribadiannya. T________T

sex education2

Di luar plot yang terasa sangat real, saya angkat topi untuk keanekaragamannya. Tidak memandang warna kulit, tidak menonjolkan white supremacy sama sekali, bahkan geng queen bees di sekolah adalah orang India, bukan tipikal cewek blonde anak cheers. :))))

Plusss bajunya lucu-lucu sekali. Gemas dan sesuai dengan personality mereka. Tidak berlebihan dan tidak terlalu sering ganti, jadi setiap toko punya ciri khas dan terasa sangat nyata.

Wajib tonton ya moms! Di Netflix!

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan