Berutang Demi Uang Pangkal Sekolah Anak, Yes or No?

Financial Wellness

annisast・23 Jan 2020

detail-thumb

Uang pangkal sekolah yang mahal, memang bikin stres ya. Tapi perlukah sampai berutang?

Saya menemukan banyak sekali orang yang terheran-heran karena uang sekolah anak kok seharga mobil? “Pasti bayar gengsi orangtuanya!” Atau orang yang bingung “masuk SD kok lebih mahal dari kuliah sih!”

Dosa-dosa Keuangan yang Nggak Akan Diulang di 2020 - Mommies Daily

Padahal menurut saya wajar lho kalau SD lebih mahal dari kuliah. Coba saja, disuruh bepergian dengan 5 anak usia 6 tahun dibanding dengan 5 anak usia 18 tahun. Lebih gampang mana?

Lebih gampang mengurus anak 18 tahun pastinya kan. Sudah mandiri, tidak perlu didampingi sampai hal-hal kecil. Kalau anak usia SD kan masih perlu 100% perhatian jadi ya wajar saja kalau harga SD lebih mahal dari harga kuliah.

Di SD pula kesenangan akan belajar dimunculkan. Apakah dia akan senang belajar atau justru menganggap belajar itu menyebalkan? Akan dibentuk saat SD, akan jadi modal penting saat dia kuliah nanti.

Dengan demikian, jadi banyak nih orangtua yang bertekad menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik. Dengan berbagai fasilitas dan guru-guru yang memang passionate di bidangnya. Risikonya, uang pangkal dan SPP-nya sudah pasti mahal.

(Cek biaya masuk SD di sini: Biaya Sekolah Dasar di Jakarta Tahun 2020)

Apa perlu sampai berutang? Menurut saya sih sebaiknya jangan.

Betul, pendidikan adalah modal, tapi sebaiknya tidak berutang dan sekolahkan anak di tempat yang sesuai kemampuan.

Kenapa?

Karena uang pangkal adalah “sedikit” dari keseluruhan biaya yang muncul saat anak mulai sekolah. Masih harus bayar SPP, iuran POMG, field trip, ekskul, buku tahunan, belum lagi yang memang merupakan biaya sehari-hari seperti ongkos, antar jemput, katering, dan banyak lagi.

Kalau uang pangkalnya harus berutang, dengan ambil kredit tanpa agunan (KTA) misalnya. Maka setiap bulan, di luar biaya itu, mommies harus juga menambah cicilan.

Jadi menurut saya, ketika kita tidak mampu bayar uang sekolahnya, ada dua kemungkinan:

1. Tidak punya habit menabung yang baik dan tidak punya perencanaan keuangan. Kalau memang punya kebiasaan baik menabung, seharusnya sudah menabung sejak hamil/anak bayi. Menabung 6 tahun sih harusnya bisa lebih bebas memilih sekolah karena waktu menabungnya panjang.

2. Sebetulnya tidak mampu karena memang uangnya tidak mencukupi. Kalau begitu tandanya hidup tidak sesuai kemampuan, yang juga bukan kebiasaan keuangan yang baik.

(Baca: Terlanjur Terlilit Utang, Harus Bagaimana?)

Dalam kondisi tidak punya kebiasaan menabung dan tidak mampu, berutang dan harus menghadapi tambahan biaya karena anak sekolah itu nekat sekali. Ingat, anak masuk SD selama 6 tahun, jangan sampai hanya mampu membiayai selama beberapa tahun awal lalu kesulitan setelahnya.

Rencanakan jumlah anak, jarak kelahiran, lalu rencanakan tujuan keuangan. Ingat, definisi "terbaik" adalah terbaik yang bisa kita berikan, bukan terbaik menurut standar orang lain.

Menurut mommies bagaimana?