Jumlah anggota keluarga boleh berbeda, ayah atau ibu boleh tidak ada, tapi kekhawatiran tentang uang akan selalu sama.
Namanya ingin hidup berkualitas ya, memang kenyataannya butuh uang, kan? Kecuali mau hidup tanpa uang dan bertani, berternak, serta mengajar anak sendiri di rumah.
Bukan potret keluarga modern tentunya. Apa kabar aktualisasi diri sebagai diri sendiri bukan sebagai ibu dan istri? Apa kabar persaingan sengit di dunia global yang dihadapi anak-anak kita? Apa kabar teknologi dan berbagai kemudahan yang semakin mudah kalau uangnya tersedia?
Meski tujuannya sama (iya, uang), setiap jenis keluarga punya tantangan tersendiri. Dan ini sepertinya masalah keberuntungan saja karena sering kali, bukan hanya keputusan buruk soal keuangan yang membuat kondisi keuangan kita buruk. Tapi juga ada pengaruh lingkungan sekitar.
(Baca: Ide Resolusi Keuangan Tahun Baru)
Saya berpikir keras memikirkan apa sih kebalikan dari single parents? Ya parents sih tapi kok rasanya tidak tepat ya disebut keluarga lengkap.
Anyway, yang jelas di sini saya akan membahas kekhawatiran keluarga di mana ada suami, istri, dan anak lengkap. Apa saja kekhawatirannya sih?
Biasanya tidak jauh dari apa istri perlu resign dan full di rumah mengurus anak? Tapi khawatir uangnya jadi berkurang dan gaya hidup berubah. Atau justru istri perlu bekerja agar keluarga bisa punya penghasilan tambahan? Tapi anak bagaimana, bingung juga dititip siapa.
Belum lagi tidak sepakat dengan suami soal uang. Suami maunya let it flow, istri maunya terencana. Suami memandang sebelah mata financial planner karena tak terbayang harus buka-bukaan soal gaji pada orang lain, istri panik karena uang rasanya selalu habis sebelum waktunya. Tidak sepakat terusss.
Bagi yang sudah punya solusi, masalah selanjutnya adalah kok tidak bisa menabung ya? Kok uang selalu habis? Keingininan punya dana darurat diperangi dengan keinginan liburan.
Belum lagi biaya sekolah yang wow sekali, sampai-sampai rasanya harus kerja 24 jam kalau bisa sih demi anak dapat sekolah terbaik.
(Baca: Tak Sekadar Diganti Uang, Ini Tips Memanage Rasa Bersalah Sebagai Ibu Bekerja)
Kelebihannya, semua diputuskan sendiri jadi tidak perlu ada salah paham. Kekurangannya, semua diputuskan sendiri jadi kok berat juga ya urusan uang ini. Ahahaha.
Semua tagihan rumah dibayar sendiri, untuk yang beruntung, sekolah anak dibayar ayahnya tapi banyak pula ayah-ayah yang tidak peduli jadi si ibu tetap berusaha sendiri menyekolahkan si anak. Huh.
Belum lagi ada biaya-biaya yang tak terduga karena co-parenting seperti mengantar jemput anak dari rumah ayahnya. Pun biaya-biaya lain yang tidak “diizinkan” oleh ayah si anak sehingga tidak dibiayai seperti les ini itu atau kegiatan sepulang sekolah.
Yang sangat dibutuhkan dari seorang single parents adalah asuransi jiwa. Jaga-jaga ketika ia meninggal dunia, anak bisa diurus oleh keluarga terpercaya dan dibiayai oleh uang pertanggungan asuransi.
(Baca: Tujuan Finansial di Setiap Dekade Kehidupan yang Wajib Direncanakan)
Dari semuanya, ini yang terberat sih sepertinya. Bukan karena masalah pembagian uangnya karena kebanyakan urusan sandwich generation itu lebih banyak drama keluarganya.
Kalau hanya membiayai makan dan tagihan sehari-hari mungkin masih bisa. Tapi yang jadi masalah kan harus membiayai adik yang masih sekolah, ipar yang tak tau diri utang sana sini dan kita yang ditagih, plu sgaya hidup orangtua yang menyangka anaknya miliuner.
Kuncinya ada 3 sih untuk para generasi sandwich ini. Sepakat dengan suami untuk satu suara menghadapi keluarga, tinggal berjauhan, dan tegas bilang tidak. Sudahlah lebih baik dibilang tidak tahu diri dibanding keluarga sendiri berantakan.
Kalian punya kekhawatiran yang mana moms?