Beberapa kali saya berbagi tentang cerita ini. Tentang betapa saya tidak sayang anak sampai usianya sekitar 2-3 tahun. Kok bisa?
Bisa ternyata karena begitu banyak hal. Yang jelas saya alami adalah anak saya lahir sebagai high needs baby. Sensitif, mudah menangis, tidak anteng, tidak mudah ditenangkan, keras kepala lah sejak bayi. Temperamennya memang begitu.
Bagi saya yang baru saja punya anak pertama, ini traumatis. Saya tidak tahu punya anak bisa traumatis karena seluruh dunia bilang kasih sayang ibu kan tidak terbatas. Ternyata bisa berbatas. Bisa karena berbagai hal.
Dari berbagai sumber, saya kumpulkan beberapa alasan kenapa seorang ibu bisa tidak sayang pada anaknya.
Mungkin dulu saya mengalami ini. Entahlah karena tentu tidak bisa dicek sekarang dong, kan sudah berlalu. Yang jelas, saya stres berkepanjangan. Saya tidak menyiapkan diri atas perubahan pada diri yang mungkin terjadi setelah saya jadi ibu.
PPD bisa membuat ibu tidak sayang pada anaknya. Tidak ada cara lain selain mencari pertolongan ke psikolog atau psikiater. Kasarnya, bagaimana bisa membangun relasi baik dengan anak kalau secara mental kita masih sakit?
(Baca: Saya Ingin Mengakhiri Hidup Karena Post Partum Depression)
Apakah kita punya trauma masa kecil yang membuat kita sulit sayang pada anak sendiri? Bisa karena kekerasan yang dilakukan orangtua kita saat kecil atau bahkan kekerasan dari orang lain yang membuat kita mempertanyakan apa itu arti sayang yang tulus?
Jika memang ada trauma, selesaikan dulu. Berdamai dulu dengan masa lalu, baru kita bisa memulai hubungan cinta yang baik dengan anak.
Iya saya pernah diceritakan hal seperti ini. Ia belum mau punya anak tapi suami memaksa. Setelah anaknya lahir, segimana pun ia berusaha ia tetap tidak sayang anaknya huhu.
Menurut saya wajar sih ya, siapa sih yang mau dipaksa?
(Baca: Ini Alasan Kenapa Nggak Perlu Baper Sama Postingan ‘Perfect Mom’ di Instagram)
Ini saya juga merasa begini. Bahkan di rumah sakit, saya baru saja bayi keluar, tiba-tiba ruangan kosong. Saya hanya ditinggal bersama suster yang membersihkan badan saya. Suami dan keluarga tidak ada lagi di ruangan. Saya tanya “suster, ke mana orang-orang?”.
Suster jawab “liat bayinya bu” terus saya nangis dan kesel lalu bilang “kenapa semua lihat bayinya, aku ditinggal”.
Dulu rasanya biasa aja. Sekarang ketika dipikir kembali, perasaan seperti itu jika terus menerus datang bisa membuat ibu kehilangan diri. Semua fokus pada anak, semua untuk anak, lalu saya bagaimana? Sehingga sulit sekali rasanya untuk sayang pada anak.
Apalagi ya?
Yang jelas, setelah jadi ibu saya baru sadar bahwa ibu tidak sayang anak itu sesuatu yang bisa sekali terjadi. Jangan ragu minta bantuan ya, moms! Karena anak kan tanggung jawab kita, bukan ia yang ingin dilahirkan ke dunia. :)