banner-detik
PARENTING & KIDS

Kenali Tanda-Tanda Anak Ingin Bunuh Diri

author

dewdew18 Nov 2019

Kenali Tanda-Tanda Anak Ingin Bunuh Diri

Remaja Jepang bunuh diri dengan menabrakkan diri ke kereta cepat, bintang muda K-Pop bunuh diri karena dibully netizen. :(

Belakangan muncul berita remaja Indonesia bunuh diri meloncat dari lantai 10 apartemen, bahkan gantung diri habis baca cerita-cerita tentang bunuh diri. Duh, rasanya, kok, dunia makin membingungkan saja. Di mana pun itu terjadi, mendengar seseorang bunuh diri di usia sebegitu mudanya saya merasa miris banget.

Saya Selamat dari Percobaan Bunuh Diri  - Mommies Daily

Dengan alasan itu pulalah saya mulai sering berpikir (since I have a-pre-teen son) sebagai orangtua tanda-tanda apa,sih, yang harus dikenali, ketika anak kita punya pikiran bunuh diri. Karena, ya, sebagian dari orangtua yang anaknya bunuh diri, selalu berkata bahwa sebelum kejadian ia terlihat baik-baik saja.

Tidak terlihat tanda-tanda depresi, tidak menunjukkan keinginan bunuh diri, dan terlihat riang seperti biasa. Hal yang akhirnya membawa saya curhat dengan Dr. Dewi Maulina, M.Psi soal kecenderungan anak remaja yang bunuh diri. Dengan begitu, saya jadi bisa mengenali tanda-tandanya. Yuk, simak hasil ‘interogasi’ saya.

Sebenarnya kenapa, sih, seorang anak yang jelang puber, atau bahkan sudah remaja bisa punya pikiran bunuh diri?

Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada anak karena anak merasa tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik, yang mengarahkan pada munculnya depresi. Pemicu depresi pada anak sumbernya bisa banyak, seperti stres, nggak yakin sama dirinya sendiri, atau bisa saja mendapat tekanan untuk berhasil dari lingkungan (*uhuk* shout out to ambitious parents!).

Bisa juga karena anak memiliki kekecewaan atau kehilangan orang, sesuatu, yang punya peran signifikan pada anak. Nah, biasanya bunuh diri dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah mereka.

(Baca: Saya Selamat dari Percobaan Bunuh Diri (1))

Selain depresi ada nggak, sih, faktor lain yang bisa meningkatkan kemungkinan anak memiliki keinginan bunuh diri?

Ada banget. Bisa jadi dia punya riwayat keluarga yang juga punya keinginan bunuh diri. Sering terpapar pada kekerasan juga bisa jadi pemicu anak ingin bunuh diri. Pemicu lain bisa karena ia punya kepribadian impulsif, perilakunya cenderung agresif, punya pengalaman bullying, dan lain-lain.

Bagaimana cara orangtua bisa tahu kalau anaknya memiliki kecenderungan untuk bunuh diri?

Orangtua perlu peka mengenali perubahan pada sikap atau perilaku anak. Seandainya seorang anak yang periang tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan senang menyendiri, orangtua harus segera mendekati dan berbicara dengan anak.

Pintar-pintarnya orangtua untuk lebih sensitif terhadap perilaku anak, jangan sampai anak mengalami depresi yang berkepanjangan tanpa bantuan dan pada akhirnya bisa memunculkan keinginan untuk bunuh diri.

Mbak Dewi boleh jelaskan tanda-tanda apa yang paling jelas yang ditunjukkan seorang anak kalau ia memiliki kecenderungan bunuh diri?

Sebenarnya ada beberapa tanda yang menunjukkan seorang anak berpikir tentang bunuh diri, yaitu:

Sering mengatakan secara eksplisit kalimat seperti "I wish I was dead," or "I won't be a problem for you much longer.”

- Anak mengalami perubahan dalam kebiasaan makan atau tidur.

- Mengalami stres berkepanjangan, penyebabnya bisa dari keluarga, sekolah, masalah keuangan, maupun penggunaan media sosial.

- Anak terlihat menarik diri dari teman-teman, keluarga, dan aktivitas rutin yang biasa ia lakukan.

- Anak jadi sering mengeluhkan gangguan fisik yang biasanya berkaitan dengan emosi tertentu, misalnya sakit perut, sakit kepala, lelah, dan sebagainya.

- Anak mengalami penurunan dalam kualitas pengerjaan tugas-tugas sekolah.

- Anak punya pikiran yang kuat atau terobsesi dengan segala hal berbau kematian.

- Ketika berdiskusi, ia tak lagi antusias terhadap masa depan. Cenderung berhenti memikirkan rencana masa depan dan sebisa mungkin menghindar dari pembicaraan tentang masa yang akan datang.

- Sebagian anak suka melakukan perilaku yang melukai atau menyakiti diri sendiri seperti menyilet-nyilet tangannya.

(Baca: Ini yang Harus Kita Pelajari dari Marak Kasus Anak Bunuh Diri)

Tapi sebagian dari orangtua yang anaknya bunuh diri merasa anaknya tidak menunjukkan tanda-tanda di atas. Orangtuanya yang denial, atau bagaimana?

Memang ada anak yang kepribadiannya tertutup sehingga tak terlihat sedang ada masalah. Tapi bisa juga kemungkinan orangtuanya kurang peka, bahwa sebenarnya perubahan perilaku tersebut terjadi. Karena itu yang paling penting diperlukan adalah komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.

Sehingga orangtua tahu apa yang terjadi dalam kehidupan anaknya sehari-hari. Ya kalau orangtuanya sibuk, jarang bertemu anak, misalnya karena sibuk bekerja, sangat lumrah ia jadi nggak ngeh kalau anak sedang bermasalah. Saya pernah, lho, menemui beberapa kasus, anaknya sudah jelas-jelas memiliki kecenderungan bunuh diri tapi orangtuanya menganggap anaknya tak bermasalah, dengan kata lain orangtua juga ada yang denial.

Apakah keinginan bunuh diri itu bisa dipengaruhi lingkungan? Atau bisakah sebenernya dia memiliki gangguan mental yang tidak terdeteksi?

Bisa keduanya. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, ketika anak berada dalam lingkungan yang memberikan pengalaman bahwa bunuh diri adalah salah satu solusi dari masalah yang dihadapi, hal ini bisa memberikan contoh padanya. Anak bisa melakukan modeling terhadap perilaku bunuh diri.

Yang perlu diperhatikan juga, lingkungan yang sering mem-bully anak, memberikan anak standar yang tinggi untuk mencapai sesuatu dan suka menghukum anak akan membuat ia merasa tidak nyaman, kesepian, dan putus asa sehingga sangat mungkin memunculkan keinginan untuk bunuh diri.

Ia merasa tidak ada orang yang mencintainya sehingga berpikir bahwa bunuh diri adalah cara tercepat dan termudah untuk keluar dari masalahnya. Gangguan mental yang tidak terdeteksi ini salah satunya bisa dalam bentuk depresi. Anak yang mengalami depresi membuatnya tidak bisa memiliki pemikiran dan penilaian yang obyektif terhadap masalah dan bagaimana interaksinya dengan lingkungan.

Kalau anak sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, pertolongan pertama apa yang dapat diberikan orangtua?

Sesegera mungkin orangtua melakukan pendekatan personal dan mengajak anak bicara secara terbuka masalah yang sedang dihadapinya, emosi, dan perasaan yang sedang ia rasakan. Coba tanyakan padanya, atau mungkin juga bisa didiskusikan apa yang ingin ia lakukan untuk mengatasi masalahnya.

Bantu ia menentukan solusi. Tunjukkan pada anak bahwa ia memiliki orang yang dapat dipercaya dan mau memberikan perhatian padanya. Orangtua perlu melakukan pendekatan dengan lebih banyak mendengarkan anak bicara.

Usahakan untuk tidak judging atau langsung mengkritisi apa yang disampaikan anak, terutama dalam intonasi atau sikap yang authoritative. Penting untuk anak tahu bahwa orangtua mau mendengarkan dan berikan dukungan emosional pada anak. Yakinkan padanya bahwa kita sebagai orangtua bersedia terbuka dan membantunya kapanpun ia memerlukan bantuan.

Jika perlu orangtua bisa mengajak anak menemui tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater. Tenaga ahli biasanya akan membantunya menghadapi masalah dan emosi yang dirasakannya. Yang terpenting, jangan sampai anak mengalami depresi berkepanjangan akibat masalah-masalah yang dihadapinya. Sekecil apa pun masalahnya.

(Baca: 10 Alasan Tertinggi Kenapa Orangtua Melakukan Tindak Kekerasan Terhadap Anak)

Share Article

author

dewdew

Mother of Two. Blogger. Make-Up Lover. Skin Care Amateur. Beginner Baker. Entrepreneur Wannabe. And Everything in Between. www.therusamsis.wordpress.com


COMMENTS