21 tahun setelah papa meninggal, saya masih suka berandai-andai tentang hal-hal yang saya harap sempat papa katakan ke saya.
Papa meninggal ketika saya baru lulus SMA dan tepat tiga bulan sebelum hari lahirnya yang ke-50. Iya, bisa dibilang papa meninggal di usia yang tergolong muda. Berita meninggalnya papa saya terima ketika saya sedang menghadiri acara kebaktian di pusat kota Jakarta. Papa meninggal di rumah ketika hanya berdua dengan mama.
Meninggalnya papa tidak menghiasi halaman depan surat kabar, karena beliau bukan orang terkenal dan orang penting (bagi orang lain). Namun bagi saya pribadi, dia adalah Dewa masa kecil dan masa remaja saya.
Masa penderitaannya dimulai setelah ia divonis mengidap begitu banyak komplikasi penyakit yang merenggut hidupnya kurang dari satu tahun sejak beliau di vonis. Ya... papa memang memiliki turunan gula, dan kebetulan beliau bukan tipe pria yang patuh terhadap larangan dokter. Dalam waktu singkat, papa berubah dari seorang Dewa yang atletis dan humoris menjadi seorang pria tua yang mudah bingung, kurus serta lamban.
Empat bulan menjelang kepergiannya, itu merupakan anugerah baginya dan bagi saya serta anggota keluarga saya yang lain. Tidak terlalu lama baginya untuk menanggung sakit. Namun cukup lama bagi saya untuk menyiapkan diri mengalami perpisahan.
Salah satu hal yang menjadi penyesalan besar bagi saya, adalah hubungan saya dan papa yang sempat memburuk sehingga komunikasi kami tidak berjalan dengan baik. Dan kadang, saya berharap, bahwa sebelum meninggal, seandainya kami sempat berbicara mengenai beberapa topik ini:
Saya tahu bahwa papa bangga sekali dengan ketiga anak perempuannya. Terlihat jelas di matanya dan juga perilakunya. Saat tahu saya keterima di Universitas Indonesia, Papa sibuk menelepon teman-temannya untuk membagikan kabar ini. But somehow, saya berharap seandainya Papa lebih banyak mengutarakan rasa bangganya terhadap apa yang ia lihat dari saya. Apakah papa bangga melihat kepribadian saya? Apakah papa bangga dengan kesibukan saya di organisasi? Apakah papa bangga menjadi papa saya?
Baca juga:
Cara Membuat Pasangan Menjadi Ayah yang Lebih Baik
Karena dengan mengetahui penyesalan yang papa miliki, mungkin saya jadi bisa lebih berempati dan hubungan kami jauh lebih baik. Dan siapa tahu saya jadi bisa belajar agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Kadang saya berpikir, apakah papa menyesal dengan pernikahannya? Menyesal ketika memutuskan keluar dari perusahaan dan meninggalkan posisinya yang sangat nyaman dan mapan?
Saya selalu kesal jika mendengar ada orang yang mengatakan mereka bertahan di dalam pernikahan demi anak-anak. No, percayalah, anak melihat orang tuanya saling ribut, saling teriak, bertengkar itu nggak nyaman. Lebih baik berpisah tapi adem ayem dibanding bersama tapi kondisi rumah kayak medan perang. Saya merasa ada yang salah dengan pernikahan papa dan mama. Rumah tangga yang dingin, acuh satu sama lain dan sindiran-sindiran sinis. Saya tidak merasakan kehangatan di dalamnya. Saya berharap, papa bisa lebih terbuka, agar saya tahu cerita dari dua sisi, tak hanya cerita versi mama.
Apakah papa ingin saya menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga? Pasangan seperti apa yang papa ingin untuk saya peroleh? Pendidikan setinggi apa yang papa inginkan dari saya? Kehidupan macam apa yang papa ingin saya jalani? Cucu laki-laki atau perempuankah pilihan papa?
Papa memang cukup kenyang melihat saya gonta ganti pasangan, ahahaha dari SMP hingga SMA. Ada beberapa hal yang pernah papa sampaikan ke saya, tapi bagi saya pribadi, masih terlalu sedikit ilmu yang papa berikan ke saya, agar anak perempuannya ini paham trik-trik para laki-laki yang patut diwaspadai :D.
Papa tidak pernah menyiapkan saya terhadap sebuah kehilangan. Kehilangan orang yang dicintai. Maka ketika papa meninggal, saya nggak tahu harus bersikap bagaimana. Saya menangis, tapi sebentar. Setelah itu saya gamang. Dan say baru bisa menangis lagi beberapa minggu setelahnya. Saya nggak tahu apakah papa ingin saya tegar atau melepaskan semua emosi? Apakah papa ingin pemakaman yang sederhana atau yang ramai luar biasa?
Menjelang akhir masa hidupnya, saya mendengar berita-berita miring yang tidak mengenakkan tentang papa. Dan saya yakin papa juga mendengar dan tahu bahwa anak-anaknya dengar berita itu. Tapi papa diam saja. Tidak berusaha membela diri. Menceritakan kebenaran versi papa. Atau kalau memang berita itu benar, apa alasan papa melakukannya. Setidaknya, dengan papa bercerita, ini akan membantu saya untuk melihat semua dari pikiran seorang papa.
Pada dasarnya, Papa adalah pria yang baik dan lembut. Sepanjang hidupnya, saya merasa bahwa beliau selalu siap untuk mendampingi saya beserta kedua kakak saya dengan seluruh hati dan cintanya. Hanya saha dengan cara yang tidak selalu sesuai harapan kami.
Terkadang dengan harapan dia akan mendengarkan, saya berbisik.... Beristirahatlah dalam damai. Saya mencintaimu dan saya rindu padamu.
Baca juga:
Quotes Tentang Fatherhood dari Para Ayah di Film Keluarga