Umumnya, anak remaja mulai suka menyimpan masalahnya sendiri. Menurut psikolog, ada beberapa masalah pada remaja yang paling sering terjadi. Apa saja ya?
Bahwa sesungguhnya dinamika parenting punya tantangannya masing-masing di setiap level. Termasuk pas nanti anak-anak memasuki usia remaja. Bukannya menakuti-nakuti, tapi inilah fakta yang memang terjadi di dunia remaja.
Delapan masalah remaja yang dikemukakan oleh empat psikolog ini berdasarkan kasus-kasus yang pernah mereka hadapi.
1. Gangguan pola makan. Karena ingin punya bentuk tubuh ideal, ada remaja yg mengalami gangguan makan, antara lain bulimia (memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan).
2. Depresi. Ada remaja yang mengalami tekanan sedemikian beratnya dari lingkungan sehingga mengalami depresi. Gangguan ini juga dipengaruhi oleh bagaimana karakter si remaja yang bersangkutan. Biasanya remaja dengan self esteem kurang baik rentan terhadap gangguan depresi ini.
BACA JUGA: Saat Anak Remaja Pacaran, Ini yang Harus Dilakukan Orang tua agar Anak tetap Terbuka!
3. Salah satu permasalahan yang cukup genting adalah bunuh diri. Bunuh diri itu penyebab kematian nomor dua bagi individu usia 15-29 tahun lho, Mommies juga bisa cek datanya di sini. Prevalensi bunuh diri di Indonesia itu 3,7 per 100.000 penduduk, ini data 2016, belum ada perhitungan lebih baru setahuku. Ada banyak hal yang bisa jadi penyebab tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja. Yang paling sering karena depresi yang tidak tertangani (kadang hidden depression), relasi yang buruk dengan keluarga, mengalami bullying, penyalahgunaan alkohol dan narkoba.
4. Selain itu peer pressure juga masih jadi masalah buat remaja. Dengan adanya media sosial, tekanan sosial ini juga menjadi masalah yang lebih besar lagi karena relasinya jadi lebih instan dan anonym. Ini juga kemudian termasuk bullying, sexting, body shaming, juga berbagai cyber bullying. Gimana juga buat remaja penting sekali arti teman. Jika teman yang mereka temukan adalah yang relasinya negatif, mereka mungkin tetap bertahan dalam masalah tersebut.
5. Permasalahan yang terkaitan dengan pertemanan. Banyak remaja yang mengeluhkan proses pertemanan yang cukup sulit dan berat. Biasanya karena tekanan dari kelompok, geng dan sejenisnya. Kemudian membuat mereka tidak nyaman. Misalnya, faktor senioritas di sekolah, lalu merasa ada tekanan secara mental, pada akhirnya si remaja jadi tidak nyaman pergi ke sekolah. Apalagi di bulan-bulan awal, anak remaja masuk ke lingkungan sekolah yang baru.
6. Selanjutnya seputar pemanfaatan gadget dan internet. Mereka sebetulnya menyadari kalau dirinya mempunyai indikasi ke arah, kecanduan gadget. Tapi di sisi lain ternyata tuntutan dari beberapa pihak, termasuk sekolah, mengondisikan mereka menggunakan gadget untuk mengerjakan tugas, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: 10 Tanda Adanya Kecenderungan Bunuh Diri pada Remaja, Orang Tua Harus Tahu!
Mereka yang punya kontrol yang baik, kinerja belajarnya jadi lebih optimal. Tapi mereka yang fungsi kontrolnya kurang dan kurangnya pengawasan, merasa bahwa social media dan gadget yang dia gunakan, memberikan dampak yang tidak baik, termasuk motivasi belajar. Kalaupun mereka ke psikolog, ada yang memang karena kemauan sendiri, ingin melepaskan diri dari kecanduan gadget dan memanfaatkan gadget dengan positif. Namun ada pula yang dibawa oleh orangtua mereka ke klinik, anak-anak yang sulit untuk melepaskan diri dari gadget, dan sudah berdampak negatif pada pola kehidupan mereka.
7. Kasus bullying adalah salah satu kasus yang paling banyak aku temui di remaja. Kebutuhan remaja untuk diterima lingkungan dan membuktikan diri membuat para korban bully makin merasa frustrasi. Bagi para pelaku bully sendiri, pola asuh yang keliru membuat anak merasa berhak menindas teman yang berbeda dengan mereka.
8. Salah 1 kasus yang juga banyak ditemui di remaja akhir-akhir ini adalah stress, terutama terhadap tekanan akademik mereka. Dalam hal ini, karena aku kebetulan praktik di sekolah internasional ya, jadi pressure apply college ke luar negeri, tuntutan portofolio, tugas, pelajaran dan lain-lain membuat mereka overwhelmed.
BACA JUGA: 7 Buku Sex Education yang Bagus untuk Anak Balita hingga Remaja
Belinda Agustya Putri, M. Psi, psikolog anak dan remaja, juga menyampaikan jika orang tua merasa anak memiliki masalah yang dapat terlihat dari perubahan pola perilaku sehari-hari, sebaiknya orang tua segera mencari tahu apa yang sedang dialami oleh anak. Sebab, orang tua merupakan terapis terbaik bagi anak. Maka dari itu, sebaiknya dimulai dari orang tua terlebih dulu. Caranya dengan menunjukkan sikap terbuka, non judgmental, validasi perasaan anak, dan memberikan saran-saran yang supportif. Jika masih belum membantu, Mommies dan anak bisa datangi psikolog untuk pertolongan lanjutan.
Cover: Photo by Monstera Production on Pexels